Pengikatan Jaminan Kredit Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Dan Upaya Penyelesaian Kredit Macet Atas Jaminan Hak Tanggungan (Studi Pada PT.Bank Negara Indonesia Tbk Cabang Kabanjahe)

48 keputusan adalah wewenang direktur bagian kredit. Apakah disetujui atau ditolak. Apabila disetujui kontor pusat oleh direktur bagian kredit atau kepala bagian kredit ini harus membicarakan kepada direksi-direksi lainnya, walaupun ini adalah tanggung jawab bagian kredit.

2. Pengikatan Jaminan Kredit

Selanjutnya dalam penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit maka PT.BNI cabang Kabanjahe menyertakan adanya agunan dalam pemberian kredit kepada debitur, dalam hal ini adalah jaminan kebendaan. Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Perbankan mengemukakan, dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Selanjutnya dalam penjelasan pasal ini disebutkan kredit adalah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor Universitas Sumatera Utara 49 penting yang harus diperhatikan oleh bank. 78 Menurut Jopie Jusuf, mengenai jaminan adalah walaupun tidak secara eksplisit, dari berbagai jenis jaminan yang ada, ada jenis-jenis tertentu yang “lebih disukai” adalah jenis jaminan yang memiliki nilai stabil, mudah dijual, dan memiliki kepastian hukum. Contohnya, deposito dan tanahbangunan. Contoh golongan ekstrem lainnya yang “lebih tidak disukai” adalah persediaan barang, piutang dagang, dan saham. 79 Hal ini juga dibenarkan nara sumber dari PT. BNI Cabang Kabanjahe, bahwa tanah dan atau bangunan merupakan jenis jaminan kebendaan yang lebih disukai oleh pihak bank. 80 Dalam melakukan pengikatan jaminan kredit berupa tanah dan bangunan maka akan dilakukan dengan pembebanan hak tanggungan sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah UUHT. Menurut Pasal 10 ayat 1 UUHT, hak tanggungan itu selalu mengikuti perjanjian pokoknya yaitu perjanjian kredit, maka setelah perjanjian kredit itu disepakati oleh kedua belah pihak antara kreditur dan debitur dalam suatu akta yang dinamakan “akad kredit” lalu diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT yang dibuat oleh PPAT. 78 H.M.N. Purwosutjipto, 1992, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 8, Djambatan, Jakarta, 1992, hal. 54. 79 Jopie Jusuf, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta, 2003, hal. 163. 80 Hasil Wawancara dengan Heny Pegawai Bank BNI Kabajahe, tanggal 13 Juni 2007, di Kabanjahe. Universitas Sumatera Utara 50 Menurut keterangan nara sumber, dokumen yang harus dilengkapi dalam rangka pengikatan jaminan dalam perjanjian kredit yaitu pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT adalah sebagai berikut : 1. SKMHT dalam hal pembuatan APHT melalui suatu akta SKMHT. Pada umumnya terhadap tanah belum terdaftar maupun tanah sudah terdaftar sebagai obyek hak tanggungan, maka pembuatan APHT yang diajukan pihak bank kreditur atas dasar SKMHT dari debitur. 2. Bukti identitas para pihak yang bersangkutan danatau data-data lengkap dari pihak-pihak bersangkutan; 3. Surat persetujuan dan suamiistri; jika menurut peraturan perundang-undangan harus ada. 4. Sertifikat hak atas tanah yang akan dibebani Hak TAnggungan Hak Milik, HGB atau HGU berikut surat IMB Izin Mendirikan Bangunan, bila di atas tanah tersebut terdapat bangunannya. 5. Perjanjian kredit yang tercantum di dalam Akta Otentik atau Akta di Bawah Tangan. 81 Semua syarat-syarat tersebut di atas, merupakan persyaratan pemberian hak tanggungan yang pemohon kredit atau debitur adalah perorangan. Sedangkan apabila pemohon kredit atau debitur itu adalah perusahaan atau badan hokum, syarat- syaratnya ialah: 81 Hasil Wawancara dengan Nurleli Pulungan, SH, NotarisPPAT Deli Serdang, tanggal 7 Juni 2007. Universitas Sumatera Utara 51 1. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan SKMHT atau lainnya sesuai Anggaran Dasar Perusahaan dan Direksi ; 2. Akta Pendirian Perusahaan badan hukum Anggaran Dasar Perusahaan ; 3. Sertifikat hak atas tanah yang akan dibebani hak tanggungan Hak Milik, HGB atau HGU berikut surat IMB, bila tanah tersebut terdapat bangunan ; 4. Perjanjian kredit yang dimuat di dalam akta otentik atau akta di bawah tangan. 82 Ketentuan akta perjanjian kredit sebagai dokumen persyaratan dalam pembuatan APHT boleh dengan akta di bawah tangan, walaupun begitu dari hasil penelitian pada PT. Bank Negara Indonesia Cabang Kabanjahe, dalam membuat perjanjian kredit selalu dilakukan secara akta otentik atau dihadapan Notaris, karena akta perjanjian kredit secara akta otentik itu adalah sebagai bukti yang sempurna dalam bersengketa atau dihadapan pengadilan. 83 Pasal 13 dan Pasal 14 UUHT mewajibkan pemberian hak tanggungan didaftarkan pada Kantor Pertanahan, dan Kantor Pertanahan berkewajiban menerbitkan sertifikat sebagai bukti adanya hak tanggungan. Dalam hal ini sertifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebanan hak tanggungan dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Sedangkan sertifikat hak tanggungan diserahkan oleh Kantor Pertanahan kepada pemegang hak tanggungan. Namun demikian pemegang hak tanggungan bankkreditur dapat 82 Hasil Wawancara dengan Nurleli Pulungan, SH, NotarisPPAT Deli Serdang, tanggal 7 Juni 2007. 83 Hasil Wawancara dengan Heny Pegawai Bank BNI Kabanjahe, tanggal 13 Juni 2007 di Kabanjahe. Universitas Sumatera Utara 52 memperjanjikan lain di dalam APHT, yaitu agar sertifikat hak atas tanah tersebut diserahkan dalam penyimpanan bank kreditur. Dalam prakteknya pada PT. BNI Cabang Kabanjahe, sertifikat hak atas tanah yang telah dibebankan hak tanggungan disimpan oleh bank tersebut, hal mana apabila terdapat pelunasan kredithutang maka bank selaku kreditur akan mengembalikan semua jaminan yang menjadi agunan milik debitur, kemudian pembebanan hak tanggungan pada sertifikat hak atas tanah akan segera diroya. 84 Persyaratan yang harus disampaikan oleh bank sebagai pemohon melalui PPAT kepada Kantor Pertanahan, dalam hal pendaftaran pemberian hak tanggungan adalah : 1. Surat pengantar dari PPAT dua rangkap memuat jenis daftar surat yang disampaikan ; 2. Surat permohonan pendaftaran hak tanggungan dari penerima hak tanggungan kreditur ; 3. Sertifikat hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan yang telah dicek keabsahannya pada Kantor Pertanahan setempat, yaitu : a. Lembar kedua APHT dan salinan APHT yang sudah diparaf PPAT yang bersangkutan untuk pembuatan Sertifikat Hak Tanggungan ; b. Akta SKMHT bila pembuatan APHT didasarkan pada suatu akta SKMHT; c. Surat Kuasa mengurus dan fotocopy bukti identitas Penerima Kuasa bila dikuasakan ; 84 Hasil Wawancara dengan Heny Pegawai Bank BNI Kabanjahe, tanggal 13 Juni 2007 di Kabanjahe. Universitas Sumatera Utara 53 d. Fotocopy bukti identitas pemberi dan pemegang hak tanggungan. 85 Dengan demikian dari pembahasan di atas, penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit yang dilakukan PT. Bank Negara Indonesia Cabang Kabanjahe adalah berdasarkan data yang telah terkumpul, petugas Bank dalam hal ini bagian kredit melakukan analisis kredit. Pada dasarnya, ada dua golongan data yang dianalisis. Yang pertama adalah analisis terhadap data kuantitatif yaitu menghitung kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan, kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman serta analisis keuangan calon debitur. Yang kedua adalah analisis terhadap data kualitatif yaitu cara calon debitur menghadapi persaingan, kemampuan manajemen dalam mengelola bisnis dan lain-lain. Dan berdasarkan hasil analisis kredit yang dilakukan pihak bank maka akan sampai pada kesimpulan mengenai kelayakan proposal kredit. Jika layak, maka pegawai bagian kredit PT. BNI Cabang Kabanjahe akan menyusun proposal kredit untuk diajukan ke pejabat kredit yang berwenang agar disetujui. Proposal kredit yang telah dinilai layak untuk dibiayai akan diinformasikan kepada calon debitur dan sekaligus meminta kepada calon debitur untuk melengkapi berbagai dokumen yang dibutuhkan dalam rangka realisasi permohonan kredit, seperti dokumen jaminan kredit berupa tanah dan bangunan di atasnya yang asli dan kelengkapan data calon debitur. Dokumen dan data tersebut akan diperiksa oleh bagian kredit bank, misalnya untuk badan hukum maka kelengkapan dokumen pendirianperubahan akta 85 Hasil Wawancara dengan Nurleli Pulungan, SH, NotarisPPAT Deli Serdang, tanggal 7 Juni 2007. Universitas Sumatera Utara 54 perusahaan untuk menentukan pihak-pihak yang berwenang mewakili perusahaan untuk menandatangani perjanjian kredit, memeriksa sertifikat tanah dan bangunan di atasnya ke BPN Badan Pertanahan Nasional untuk memastikan bahwa tanah yang dijadikan jaminan kredit tidak dalam sengketa. Selanjutnya dalam pemberian kredit kepada debitur yang dilakukan PT. BNI Cabang Kabanjahe, pengikatan kredit dan pengikatan jaminan dilakukan dengan menandatangani perjanjian kredit dan perjanjian jaminan yaitu pihak PT. BNI Cabang Kabanjahe dan calon debitur menyepakati berbagai hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kredit yang akan diberikan tersebut. Artinya ada dua perjanjian yang akan ditandatangani, yaitu : 1. Perjanjian kredit yang berisi berbagai aspek yang berkaitan dengan kredit, yaitu jumlah, mata uang, suku bunga, jangka waktu, persyaratan penarikan dana, pembayaran bunga dan pokok. 2. Perjanjian jaminan yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari suatu kredit, yaitu pemasangan hak tanggungan untuk jaminan tanah dan bangunan yang dijadikan jaminan tersebut. Bank dalam memberikan kredit kepada debitur wajib melakukan upaya pengamanan agar kredit tersebut dapat dilunasi debitur yang bersangkutan, karena kredit yang tidak dilunasi oleh debitur, baik seluruhnya maupun sebagian akan merupoakan kerugian bagi bank. Kerugian yang menunjukkan jumlah yang relatif besar akan memengaruhi tingkat kesehatan bank dan kelanjutan usaha bank. Oleh Universitas Sumatera Utara 55 karena itu, sekecil apapun nilai uang dari kredit yang telah diberikan kepada debitur harus tetap diamankan sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Secara umum, pengamanan kredit dapat dilakukan melalui tahap analisis kredit dan melalui penerapan ketentuan hukum yang berlaku, diantaranya menyertakan agunan atau jaminan kredit sebagai upaya lain atau alternatif yang dapat digunakan bank untuk memperoleh pelunasan kredit apabila debitur tidak dapat membayar kredit yang diterimanya atau terjadi kredit macet pada bank. Jika terjadi kredit macet sesuai dengan ketentuan perjanian kredit, maka pembayaran kreedit dapat dilakukan dengan cara penjualan atas objek jaminan kredit yang dijaminkan debitur. Hasil penjualan objek jaminan kredit tersebut selanjutnya diperhitungkan oleh bank untuk pelunasan kredit debitur yang telah dinyatakan sebagai kredit macet. Di samping itu, proses pemberian dan pengikatan kredit serta pengikatan jaminan kebendaan yang dilakukan guna kehati-hatian yang dilakukan pihak bank, maka salah satu tindak lanjut keputusan persetujuan pemberian kredit adalah berupa pengadministrasian dan pendokumentasian kredit. Sebelum debitur disetujui untuk menarik dana yang bersal dari pemberian kredit, terlebih dahulu telah diselesaikan berbagai dokumen perkreditan dan persyaratan administrasinya sebagaimana yang diatur oleh peraturan bank. Dalam hal ini telah diselesaikan perjanjian kredit yang menunjukkan perikatan antara debitur dengan bank, perjanjian pengikatan jaminan kredit, dan dokumen lainnya yang dipersyaratkan misalnya perjanjian penutupan asuransi untuk kredit dan atau untuk Universitas Sumatera Utara 56 jaminan kredit, penerimaan penguasaan jaminan kredit yang diikat dengan hak tanggungan untuk tanah dan atau bangunan, serta persyaratan administrasi misalnya pembukaan rekening pinjaman sesuai dengan prosedur akuntansi yang berlaku guna menampung transaksi yang berkaitan dengan kredit yang diterima debitur. Dengan demikian, bank tidak akan memberikan persetujuan penarikan dana kredit sebelum semua hal yang berkaitan dengan pengadministrasian kredit diselesaikan. Menurut narasumber dari PT. BNI Cabang Kabanjahe, setelah kredit disetujui bank dan debitur melakukan penarikan dana kredit sesuai dengan ketentuan perjanjian kredit, maka bank wajib menindaklanjutinya dengan melakukan pengawasan kredit dengan meneliti dan menilai laporan-laporan yang wajib disampaikan debitur dan atau dengan melakukan pemeriksaan lapangan kepada debitur sesuai dengan ketentuan peraturan bank. Sehingga, dengan pengawasan yang efektif ini akan dapat mencegah terjadinya penyimpangan kredit oleh debitur dan bank dapat secara dini mengetahui permasalahan yang mungkin timbul terhadap kelancaran pelunasan kredit yang telah diberikan kepada debitur tersebut. 86 86 Hasil Wawancara dengan Heny Pegawai Bank BNI Kabanjahe, tanggal 13 Juni 2007 di Kabanjahe. Universitas Sumatera Utara 57

BAB III FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEBITUR WANPRESTASI DI

PT. BANK NEGARA INDONESIA CABANG KABANJAHE

A. Kriteria Kredit Macet

Kredit berasal dari kata Yunani “Credere” yang berati kepercayaannya truth atau faith. 87 Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Dengan demikian seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan, artinya pihak yang memberikan kredit kreditur percaya bahwa penerima kredit debitur akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan. 88 Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh R. Tjiptoadinugroho bahwa “inti sari dari kredit sebenamya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan ragamnya dan dari manapun asalnya serta kepada siapapun diberikannya”. 89 Baik menyangkut jangka waktunya, maupun prestasi dan kontra- prestasinya. Dengan demikian kredit berarti bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa barang, uang dan jasa kepada pihak lain, sedangkan kontra prestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu. Menurut Undang-Undang Perbankan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad 87 Thomas Suyatno,dkk., Op.Cit, hal 12. 88 Ibid, hal. 13 89 R. Tjiptoadinugroho, Perbankan Masalah Perkreditan Penghayatan, Analisis dan Penuntun, Pradnya Paramita, Jakarta, 1994, hal 14 57 Universitas Sumatera Utara 58 baik dan kemampuan debitur serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan hutang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. 90 Dalam praktek perbankan istilah kredit tidak asing lagi dunia bisnis, apabila bagi mereka yang selalu berhubungan baik dengan bank. Namun demikian definisi mengenai kredit sangat beragam meskipun bila disimak subtansi yang terkandung dalamnya adalah sama. Sebagai contoh berikut dikemukakan beberapa definisi tentang kredit. Muchdarsyah Sinungan memberikan definisi bahwa : Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. 91 Pengertian kredit yang rumuskan pada pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyatakan : penyediaan yang dan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 92 Dalam pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa mengingat kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, maka pemberian kredit oleh bank dilandasi oleh keyakinan bank atas kemampuan, kesanggupan dan itikad baik debitur untuk dapat melunasi hutangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan. 90 Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, hal 141 91 Muchdarsyah Sinungan., Op.Cit, hal 11. 92 Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan. Universitas Sumatera Utara 59 Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, bank sebelum memberikan kredit harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha nasabah debitur. Karena dengan proses analisis kredit yang baik diharapkan kredit yang diberikan bank kepada debitur akan berjalan lancar dan dapat dikembalikan tepat pada waktunya. Akan tetapi pada kenyataannya harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud mengingat setiap kredit yang telah diberikan bank kepada debitor tetap mangandung resiko kegagalan atau kemacetan dalam pengembaliannya. Oleh karena itu untuk memantau pelaksanaannya, setiap bank mempunyai alat ukur dari kelancaran dan kesehatan setiap kredit yang diberikan dengan mengacu pada Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31148KEPDIR tanggal 12 November 1998, tentang Pembentukan Kualitas Aktiva Produktif 93 sebagai berikut: 1. Lancar: a. Prospek usaha i. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. ii. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik. iii. Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar. iv. Manajemen yang sangat baik. v. Perusahaan afiliasi atau grup stabil dan mendukung usaha. vi. Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. b. Kondisi keuangan i. Perolehan laba tinggi dan stabil. ii. Permodalan kuat. iii. Likuiditas dan modal kerja kuat. 93 Suharno., Op.Cit, hal 58. Universitas Sumatera Utara 60 iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga tanpa dukungan sumber dana tambahan. v. Jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga relatif sedikit atau telah dilakkan lindung nilai hedging secara baik. c. Kemampuan membayar i. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening baik, dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit. ii. Hubungan debitur dengan bank baik dan teratur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat. iii. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. 2. Dalam Perhatian khusus : a. Prospek usaha i. Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas. ii. Posisi di pasar baik, tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. iii. Pangsa pasar sebanding dengan pesaing. iv. Manajemen yang baik. v. Perasahaan afiliasi atau grap stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur. vi. Tenaga kerja pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan. b. Kondisi keuangan i. Peroleh laba cukup baik, namun memiliki potensi menurun. ii. Permodalan cukup baik dan pemilik mempunyai kemampuan untuk memberikan modal tambahan apabila diperlukan. iii. Likuiditas dan modal umumnya baik. iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa meskipun debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok serta bunga, namun terdapat indikasi masalah tertentu yang apabila tidak diatasi akan mempengaruhi pembayaran dimasa mendatang. v. Beberapa portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga, tetapi masih terkendali. c. Kemampuan membayar i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari. ii. Jarang mengalami cerukan. iii. Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat. iv. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat. v. Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil. 3. Kurang Lancar : a. Prospek usaha Universitas Sumatera Utara 61 i. Industri atau kegiatan usaha menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan. ii. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. iii. Posisi di pasar cukup baik, tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi bisnis yang baru. iv. Manajemen cukup baik. v. Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau grup mulai memberatkan terhadap debitur. vi. Tenaga kerja berlebihan, namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik. b. Kondisi keuangan i. Perolehan laba rendah. ii. Rasio hutang terhadap modal cukup tinggi. iii. Likuiditas kurang dan modal kerja terbatas. iv. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur hanya mampu membayar bunga dan sebagian dari pokok. v. Kegiatan usaha terpengaruh perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. vi. Perpanjangan kredit untuk menutupi kesulitan keuangan. c. Kemampuan membayar i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. ii. Terdapat cerukan yang berulang-ulang khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. iii. Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya. iv. Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. v. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit. vi. Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. 4. Diragukan: a. Prospek usaha i. Industri atau kegiatan usaha menurun. ii. Pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. iii. Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami permasalahan yang serius. iv. Manajemen kurang berpengalaman. v. Perusahaan filiasi atau grup telah memberikan dampak yang memberatkan debitur. vi. Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan. b. Kondisi keuangan i. Laba sangat kecil atau negatif. ii. Kerugian operasional dibiayai dengan penjualan aset. Universitas Sumatera Utara 62 iii. Rasio hutang terhadap modal tinggi. iv. Likuiditas sangat rendah. v. Analisis arus kas menunjukkan ketidakmampuan membayar pokok dan bunga. vi. Kegiatan usaha terancam karena perubahan nilai tukar valuta asing dan suku bunga. vii. Pinjaman baru digunakan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. c. Kemampuan membayar i. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. ii. Terjadi cerukan yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas. iii. Hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan informasi keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya. iv. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. v. Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian kredit. 5. Macet: a. Prospek usaha i. Kelangsugan usaha sangat diragukan, industri atau kegiatan usaha mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali. ii. Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti. iii. Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurun iv. Manajemen sangat lemah. v. Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur. vi. Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi. b. Kondisi Keuangan i. Mengalami kerugian yang besar. ii. Debitur tidak mampu memenuhi seluruh kewajiban dan kegiatan usaha tidak dapat dipertahankan. iii. Rasio hutang terhadap modal sangat tinggi iv. Kesulitan likuiditas. v. Analisis arus kas menunjukkan bahwa debitur tidak mampu menutup biaya produksi. vi. Kegiatan usaha terancam karena fluktuasi nilai tukar valuta asing dan suku bunga. vii. Pinjaman baru digunakan untuk menutup kerugian operasional. c. Kemampuan membayar i. Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari ii. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada. 94 94 Suharno, Op.Cit, hal. 51 Universitas Sumatera Utara 63 Dengan mengacu pada ketentuan tersebut di atas maka yang dimaksud dengan kredit bermasalah ialah kredit-kredit yang tergolongan sebagai : kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Dalam Pasal 1243 KUH Perdata dinyatakan : Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika suatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya. 95 Di dalam suatu perikatan apabila debitur karena kesalahannya tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur dapat dikatakan wanprestasi atau cidera janji. Wujud dari tidak memenuhi perikatan wanprestasi adalah sebagai berikut: 96 1. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan. 2. Debitur terlambat memenuhi perikatan. 3. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan. Upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit bermasalah, sebagaimana yang dikemukakan Kasmir: Sebagai upaya yang ditempuh oleh bank apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami masalah atau tergolong dalam kredit bermasalah, maka dalam hal ini bank perlu melakukan penyelamatan rescue sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan 95 Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 96 Mariam Darus Badrulzaman., KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Alumni, Bandung, 1993, hal 23. Universitas Sumatera Utara 64 berupa jangka waktu atau angsuran temtama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. 97 Agar tidak membahayakan kesehatan bank dan tidak mengorbankan para deposan penabung, maka Bank Indonesia dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 2622KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 264BPPP masing-masing tanggal 29 Mei 1993 telah menetapkan agar bank-bank menempatkan Cadangan Penghapusan Aktiva Produktif”. 98 Selanjutnya upaya penyelamatan terhadap kredit bermasalah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 99 1. Rescheduling penjadwalan kembali Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga angsuran pertermin menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya. 2. Reconditioning mengubah persyaratan a. Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus membayar. c. Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur. Misalnya : bunga pertahun 18 diturunkan menjadi 16 pertahun dan tergantung pertimbangan bank bersangkutan. Akibatnya berpengaruh kepada jumlah angsuran semakin mengecil sehingga meringankan debitur. d. Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas. 3. Restructuring penataan kembali Tindakan menambah fasilitas kreedit bagi debitur atau dengan cara menambah equity modal sendiri yaitu dengan menyetor fresh money, akan tetapi ini biasanya gagal karena banyak pemilik perusahaan yang tidak mampu. Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan khusus, yakni Surat Keputusan Direksi 97 Kasmir, Op.Cit, hal 129. 98 Gunarto Suhardi, Op.Cit, hal 105 99 Ibid, hal 106-107. Universitas Sumatera Utara 65 Bank Indonesia No. 31150KEPDIR tanggal 12 November 1998 yakni upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya ini dilakukan melalui tindakan sebagai berikut: a. Penurunan suku bunga kredit. b. Pengurangan tunggakan bunga kredit. c. Pengurangan tunggakan pokok kredit. d. Perpanjangan jangka waktu kredit e. Penambahan fasilitas kredit. f. Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. g. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur. Setelah dilakukan upaya penyelamatan kredit dengan cara yang telah disebutkan diatas, ternyata tidak diperoleh hasil yang diharapkan, maka bank akan melakukan tindakan penagihan kepada debitur yang bersangkutan, baik secara tertulis maupun dengan kontak langsung dengan debitur. Akan tetapi bila cara tersebut ternyata kurang berhasil, maka bank melakukan upaya penyelesaian kredit bermasalah dengan cara penghapus bukuan dan penyitaan jaminan untuk dijual sebagai pelunasan kredit. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan Pasal 20 ayat 2 UUHT ditentukan adanya kemungkinan penjualan agunan pinjaman secara di bawah tangan, atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan, penjualan objek hak tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. 100 Maksud dari penjualan di bawah tangan adalah pada saat kredit diberikan, telah dipersyaratkan dalam perjanjian kredit bahwa bank diberi kewenangan untuk menjual tanah objek Hak Tanggungan, atas kesepakatan antara pemberi dan penerima Hak Tanggungan. 100 Pasal 20 ayat 2, Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996, tentang Hak Tanggungan. Universitas Sumatera Utara 66 Ini dilakukan karena debitur dalam keadaan kredit macet sulit dihubungi dan tidak kooperatif lagi. Akan tetapi apabila objek Hak Tanggungan dibebani dengan lebih dari satu Hak Tanggungan yang dapat dilihat pada sertifikat tanahnya yang telah didaftar dan dicatat pada Kantor Pertanahan. Maka ketentuan untuk penjualan agunan pinjaman secara di bawah tangan menurut Pasal 20 ayat 3 UUHT mengharuskan dipenuhinya beberapa syarat untuk melindungi pihak-pihak yang berkepentingan yakni: 1. Pelaksanaan penjualan hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi danatau pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Diumumkan sedikit-sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan danatau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberaian. 101 Dalam prakteknya penyelesaiannya harus lewat Pengadilan Negeri. Proses penagihan kredit ternyata sulit, tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak bank dan memakan biaya yang tinggi dan memakan waktu yang lama, sehingga bank mengalami kerugian yang berlarut-larut, sehingga mengurangi laju pertumbuhan ekonomi, karena bank tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan demikian unsur agunan merupakan faktor yang paling utama diperhatikan oleh bank dan itu tergantung pada cara bagaimana jaminan kredit tersebut diikat, efektivitas dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dan kapasitas dari para pelaksanaan yang terlibat dalam proses pemberian kredit dan pencairan jaminan kredit tersebut. 101 Pasal 20 ayat 3, Undang-Undang Hak Tanggungan No. 4 tahun 1996, tentang Hak Tanggungan. Universitas Sumatera Utara 67 Pengertian kredit macet ialah kredit yang telah jatuh tempo, namun belum dilunasi, dan tunggakan angsuran lebih dari 270 hari atau 9 bulan. Kemudian dapat dikatakan kredit macet ialah debitur tidak mampu lagi untuk mengangsur hutang pokok dan bunganya dari hasil usaha yang dimodali dari fasilitas kredit. 102 Kriteria untuk menentukan suatu kredit itu macet, sebenarnya telah diatur di dalam peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia tentang kolektibilitas kredit, yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Hal ini baru terjadi apabila debitur tidak melakukan pembayaran angsuran atau kewajiban lainnya selama lebih kurang 9 sembilan bulan. Namun dapat juga dilihat dari segi cara pembayaran hutangnya, demi kelancaran usaha yang dibiayai dengan kredit itu, dan demi niatkejujuran dari pihak debitur. Namun demikian, apabila debitur tidak memenuhi ketentuan yang telah dibuat dalam perjanjian kredit atau debitur telah melalaikan janji cedera janji, atau dengan kata lain debitur tidak melakukan pembayaran angsuran atas hutang pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31147KEPDIR 1998, kriteria untuk menentukan kredit itu macet adalah: 1. Terdapat tunggakan pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari 9 bulan. 2. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada. 103 Ukuran untuk menentukan kredit macet adalah berdasarkan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak antara debitur dan kreditur. Karena kesepakatan 102 S.Mantayborbir, Imam Jauhari, Agus Hari Widodo., Pengurusan Piutang Negara Macet Pada PUPNBUPLN Suatu Kajian Teori dan Praktik, Pustaka Bangsa, Medan, 2001, hal 88. 103 S. Mantayborbir 2004, Op.Cit, hal 91. Universitas Sumatera Utara 68 kedua belah pihak merupakan undang-undang bagi mereka yang membuat perjanjian yang dimaksud dalam KUH Perdata. Adapun upaya penyelamatankebijakan dari bank apabila debitur masih potensial, maka pihak bank melakukan kompensasi dengan cara membuka akad kredit yang bara, atau dengan 3 R yaitu: Reschceduling Penjadwalan Kembali, Reconditioning Persyaratan Kembali, Restructuring Penataan Kembali. 104

B. Faktor Internal dan Eksternal Perbankan Penyebab Terjadinya Kredit Macet

Pada dasarnya kredit bermasalah yang dihadapi bank-bank saat ini tidak terlepas dari the three Cs ofproblem loan, yaitu Carater,Capacity dan Condition. Ketiga faktor ini berlaku baik pada faktor intern maupun ekstern bank. 1. Caracter a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari apa adanya itikad buruk dari pejabat bank atau pemilik atau pengurus. Misal, pemberian kredit kepada suatu debitur fiktif atau terhadap suatu usaha yang sudah diketahui olehnya tidak memenuhi syarat-syarat bank teknis, tetapi tetap diberikan, tentu dengan suatu kolusi. b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari bad caracter, dimana debitur yang bersangkutan pada waktu mengajukan permohoan kreditnya ia pada dasarnya telah berniat untuk tidak melaksanakan kewajibannya untuk mengembalikan kredit yang diterimanya. Termasuk dalam kategori ini adalah debitur yang spekulatif. 2. Capacity a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari kurangnya kemampuan teknis dari pada pejabat bank terutama pejabat perkreditan, yaitu antara lain tentang prosedur perkreditan, sistem administrasi perkreditan, sistem pengawasan control termasuk loan review, serta sistem informasi kredit. b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari kurangnya keamuan debitur untuk melaksanakan kewajibannya membayar kembali 104 Ibid, hal 92. Universitas Sumatera Utara 69 kredit yang diterimanya. Kurangnya kemampuan debitur di sini termasuk kurangketidakmampuan debitur dalam hal mengelola bisnisnya, baik disebabkan kelemahan manajemen maupun kurang struktur permodalan. 3. Condition a. Faktor intern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi perekonomian yang mengakibatkan iklik persaingan perbankan yang kurangtidak sehat. Kondisi ini dapat berakibat bank-bank saling memacu untuk melempar kredit tanpa pertimbangan yang matang dari segi bank teknis. b. Faktor ekstern, kredit bermasalah yang timbul sebagai akibat dari suatu kondisi yang tidak menguntungkan yang membuat hilangnya kemampuan debitur yang bersangkutan untuk membayar kewajibannya. Misalnya, terjadi perubahan kondisi perekonomian, seperti tight money policy”atau kegagalan usaha debitur karena terjadinya bencana alam termasuk musibah atas meninggalnya debitur perorangan. 105 Di dalam dunia perbankan, faktor utama dalam perkreditan adalah apa yang disebut dengan five C”, dari masing-masing unsur tersebut sangat berkaitan erat satu sama lainnya bila salah satu unsur tersebut kurang maka akan mempengaruhi unsur yang lain. Selanjutnya mengenai faktor penyebab terjadinya kredit macet tersebut dapat dikelompokkan pada faktor internal Perbankan ataupun faktor eksternal Perbankan, sebagaimana dijelaskan berikut ini:

1. Faktor Internal Perbankan a. Kelemahan dalam analisis kredit

Dokumen yang terkait

Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Medan

1 51 83

Analisis Yuridis Perjanjian Kredit Sindikasi Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Di Bank UOB Indonesia)

19 162 171

Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Debitur Yang Wanpretasi Pada Bank Sumut

1 40 148

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus di PT. Bank Capital Indonesia TBK. Cabang Surakarta.

0 4 16

PELAKSANAAN TINGKATAN-TINGKATAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN Pelaksanaan Tingkatan-Tingkatan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Atas Tanah.

0 4 19

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan (Studi Kasus Di Pt. Bank Danamon Tbk. Dsp Cabang Tanjungpandan).

0 2 17

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) CABANG SURAKARTA.

0 0 11

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Pada PD. BPR DJOKO TINGKIR SRAGEN.

0 1 13

Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Proses Penyelesaian Kredit Macet.

0 3 19

Urgensi Peran Apraisal dalam Penyelesaian Kredit Macet pada Perjanjian Kredit Produktif dengan Jaminan Hak Tanggungan COVER 1

0 1 12