membaginya dengan jumlah saham yang beredar. Pendekatan ini menghasilkan indikator yang disebut dengan trading volume activity TVA. Pendekatan lainnya
adalah dengan memilih adjusted volume, yaitu volume yang telah disesuaikan dengan penambahan dan pengurangan saham beredar. Penelitian ini menggunakan
trading volume activity TVA sebagai indikator likuiditas.
D. Return Saham
Tingkat pengembalian saham return saham adalah penghasilan yang diperoleh selama periode investasi per sejumlah dana yang diinvestasikan.
Tingkat pengembalian suatu investasi merupakan persentase penghasilan total selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut. Bodie,
2006. Return
saham dalam konteks manajemen investasi merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi yang merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung resiko atas investasi yang dilakukan. Pada prinsipnya return saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu return realisasi dan return ekspektasi.
Return realisasi realization return merupakan return yang telah terjadi.
Return realisasi dihitung berdasarkan data histories. Return realisasi penting
karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return histories ini juga berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang
diharapkan expected return dan resiko di masa datang.
Return ekspektasi expected return adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, sedangkan return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Penelitian ini menyelidiki apakah terdapat return yang tidak normal yang dapat diterima oleh investor sebagai akibat dari adanya informasi stock split dan
reverse stock split sebagai bukti bahwa stock split dan reverse stock split sebagai
pembawa sinyal. Return tidak normal abnormal return adalah selisih return yang lebih atau kurang dari nilai yang seharusnya. Atau dengan kata lain
abnormal return dihitung dengan selisih tingkat return sesungguhnya dengan
return ekspektasi. Suad Husnan, 2005:269.
E. Stock Split
Kebijakan manajemen dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu kebijakan investasi, kebijakan pembiayaan, dan kebijakan deviden Van
Horne, 1995 dalam Achmad Rifa’i dan Rudi Handoko, 2005. Stock split merupakan salah satu kebijakan deviden perusahaan. Stock split memiliki
pengaruh yang sama dengan deviden saham. Satu-satunya perbedaan antara deviden saham dan pemecahan saham berhubungan dengan perlakuan
akutansinya Keown, et.al. 1996 dalam Achmad Rifa’i dan Rudi Handoko, 2005. Dengan kata lain, tidak ada bedanya dalam hal ekonomi antara deviden saham dan
pemecahan saham. Keduanya merupakan distribusi yang proposional dari saham tambahan kepada pemegang saham sekarang. Tapi, untuk tujuan akuntansi,
pemecahan saham didefinisikan sebagai deviden saham yang melebihi 25.
Menurut Baridwan 1993 dalam Ade Wirman 2002 definisi stock split adalah sebagai berikut:
Stock split adalah suatu kebijakan yang ditempuh oleh manajemen perusahaan dengan cara menarik kembali saham yang beredar dan
ditukar dengan saham yang nilai nominalnya lebih kecil atau menarik kembali saham yang beredar dan ditukar dengan saham yang nilai
nominalnya lebih besar. Menurut Hilman 1989 dalam Ade Wirman 2002 mendefinisikan stock split
up adalah:
A corporation may wish to reduce the par value of its stock or to reduce the price at which the stock is being sold where by the number of shares
outstanding are increased and the par of stated value per share is usually reduced. The total capitalized value of the outstanding shares remains the
same and there is no change in retained earnings. Namun demikian, Kieso mempunyai pandangan yang lebih sempit
dibandingkan pandangan yang telah disampaikan oleh para ahli sebelumnya. Menurut Kieso 1989 dalam Ade Wirman 2002 stock split adalah:
A stock split is employed when the management of corporation thinks that the market price of his stock is too high. The market price of his stock must
be sufficiently low to be within range of the majority of potential investors. So, the lower the market price of a stock the more readily it can be
purchased by most people. Because the management believes that for
better public relations, wider ownership of the corporation stock is desirable.
Dari semua pandangan dan pernyataan yang disampaikan oleh para ahli tentang stock split, maka dapat disimpulkan definisi stock split adalah:
1. Stock split adalah suatu kebijakan untuk memecah saham atau melakukan perubahan atas nilai nominal saham yang beredar-yang ditempuh oleh
manajemen perusahaan-dalam rangka mengurangi harga pasar saham yang beredar sehingga saham perusahaan dapat dimiliki oleh banyak investor
kecil lainnya. 2. Stock split-pada umumnya atau biasanya-berarti perubahan nilai nominal
saham menjadi nilai nominal saham yang lebih kecil. 3. Stock split adalah kebijakan untuk memecah saham perusahaan yang tidak
mengakibatkan adanya perubahan pada nilai total modal saham dan nilai laba ditahan perusahaan.
Untuk dapat memahami lebih dalam mengenai stock split, berikut disajikan contoh dari stock split. Asumsikan bahwa Chen Industries memiliki total ekuitas
pemegang saham seperti yang diperlihatkan dalam sisi kiri di tabel 2.1. Chen Industries kemudian melakukan stock split 2 untuk 1 sehingga jumlah saham yang
beredar menjadi dua kali lipat. Total akun ekuitas pemegang saham digambarkan pada sisi kanan di tabel 2.1.
Tabel 2.1 Stock Split
2 untuk 1 di Chen Industries Sebelum
Sesudah Saham biasa
nilai nominal 5; 400.000 lembar
2.000.000 Saham biasa
nilai nominal 2,5; 800.000 lembar
2.000.000 Tambahan modal disetor
1.000.000 Tambahan modal disetor
1.000.000 Laba ditahan
7.000.000 Laba ditahan
7.000.000 Ekuitas total pemegang
saham 10.000.000
Ekuitas total pemegang saham
10.000.000
Sumber : James C. Van Horne dan John Wachowich, Jr., 2007:290
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa stock split tidak merubah akun saham biasa, modal disetor, laba ditahan dan tentu saja ekuitas total pemegang
saham. Satu-satunya perubahan dalam nilai nominal saham biasa, yang berdasarkan per lembarnya, kini setengah dari yang sebelumnya.
Stock split merupakan kebijakan yang ditempuh oleh manajemen perusahaan
dalam rangka memanfaatkan psikologis pemodal sehingga upaya meningkatkan likuiditas saham dapat direalisasikan. Hal ini dikarenakan stock split semata-mata
hanya penambahan jumlah saham beredar, dengan mengalikan jumlah saham yang dipegang investor dengan rasio stock split. Tindakan stock split akan
menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah- olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah yang lebih
banyak. Hasil penjelasan tersebut, bahwa stock split menyebabkan meningkatnya
jumlah saham yang beredar dan membuat harga lebih rendah sehingga terjangkau oleh lebih banyak pemodal. Akibatnya permintaan akan saham cendrung naik dan
saham akan lebih aktif diperdagangkan di lantai di bursa. Oleh sebab itu besar
kemugkinan harga saham tersebut akan naik. Dan pada akhirnya akan mempengaruhi bauran pemegang saham karena pemilik individual akan semakin
banyak dan pemilik institusional akan menurun. Perusahaan emiten jarang mempertahankan dividen tunai yang sama per
lembarnya sebelum dan sesudah stock split. Akan tetapi perusahaan mungkin akan menaikan dividen efektif bagi para pemegang saham. Contohnya, perusahaan
mungkin memecah saham biasanya 2 untuk 1 dan membuat tarif dividen tahunan sebesar 1,20 per lembar sementara sebelumnya tarif tersebut adalah 2 per
lembar. Seorang pemegang saham yang memiliki 100 lembar saham sebelum stock split
akan menerima 200 dividen tunai per lembar tahun. Sesudah stock split
, pemegang saham tersebut akan memiliki 200 lembar saham dan akan menerima dividen sebesar 240 per tahun. Hal inilah yang membuat pasar
menginterpretasikan bahwa pengumuman stock split sebagai suatu sinyal yang baik mengenai akan adanya kenaikan deviden tunai. Van Horne dan Wachowicz,
2002:510. Selain itu, jika investor berkeinginan menjual beberapa lembar saham untuk
mendapat penghasilan, stock split akan membuatnya lebih mudah melakukan hal tersebut. Tanpa stock split, pemegang saham juga dapat menjual beberapa lembar
saham yang awalnya mereka miliki untuk mendapatkan penghasilan. Dalam situasi yang mana pun, penjualan saham mewakili penjualan pokok sekuritas
principal dan dikenai pajak atas keuntungan modal. Mungkin saja investor tertentu tidak memandang penjualan saham tambahan yang merupakan hasil dari
stock split sebagai penjualan pokok. Bagi mereka, stock split merupakan
keuntungan tidak rutin. Mereka dapat menjual saham tambahan dan tetap mempertahankan kepemilikan awalnya. Stock split dapat memiliki pengaruh yang
menguntungkan terhadap para pemegang saham ini. Van Horne dan Wachowich, 2007:292.
Stock split merupakan sinyal positif yang diberikan oleh manajer perusahaan
kepada pasar mengenai kinerja dan prospek yang bagus di masa depan dari perusahaan yang melakukan aktivitas tersebut.
Penelitian mengenai hal ini telah dilakukan oleh Grinblatt, et.al. 1984 dalam Ahmad Rifa’i dan Rudi Hanoko 2005 yang menemukan bahwa efek atas
informasi pemecahan saham pada perusahaan yang tercatat tidak membayarkan dividen tunai lebih tinggi daripada perusahaan yang tercatat melakukan
pembayaran dividen tunai sebelumnya, dengan return yang signifikan secara statistik sekitar 3.44. Berdasarkan penelitian ini, Grinblatt, Masulis, dan Tiltman
menginterpretasikan bahwa pengumuman pemecahan saham sebagai suatu sinyal yang baik mengenai cash flow perusahaan di masa depan.
Hanya perusahaan yang mempunyai kinerja yang bagus saja yang bisa melakukan stock split, karena untuk melakukan aktivitas tersebut, perusahaan
harus menanggung biaya-biaya yang diakibatkan oleh aktivitas pemecahan saham. Menurut Mc Gough dalam Endah Lestari 2006 satu kerugian dilakukannya
pemecahan saham bagi perusahaan adalah adanya biaya pemecahan yang termasuk didalamnya biaya transfer agen untuk proses sertifikat dan biaya
lainnya, sedangkan bagi pemegang saham tidak ada kerugiannya. Biaya broker
setelah stock split menimbulkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat stock split.
Penjelasan bahwa stock split dapat memberikan sinyal informatif mengenai prospek perusahaan yang menguntungkan, menurut Brennan dan Copeland 1988
dalam Wang Sutrisno 2000, adalah bahwa aktivitas split memberikan sinyal yang mahal terhadap informasi manager karena biaya perdagangan tergantung
pada besarnya harga saham dimana kedua variable tersebut memiliki hubungan yang negative. Apabila aktivitas split dapat meningkatkan biaya likuiditas kepada
investor, maka split menunjukkan sinyal yang valid. Hal ini didukung oleh Brennan dan Hughes 1986 dalam Wang Sutrisno
2000. Menurut mereka semakin tinggi tingkat komisi saham dengan semakin rendahnya harga saham menimbulkan bertambahnya biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan akibat split. Tingkat komisi saham yang semakin tinggi merupakan daya tarik bagi broker untuk melakukan analisis setepat mungkin agar
harga saham berada pada tingkat perdagangan yang optimal serta mampu memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor.
F. Reverse Stock Split