tertentu dengan cara menghilangkan distorsi pasar antara lain mencegah penguasaan pangsa pasar yang besar oleh seorang atau beberapa orang pelaku
pasar, mencegah timbulnya hambatan terhadap peluang pelaku pasar pendatang baru, dan menghambat atau mencegah perkembangan pelaku pasar yang
menjadi pesaingnya. Jadi jelaslah, bahwa eksistensi dan orientasi dari Undang- Undang Anti Monopoli adalah menciptakan persaingan usaha yang sehat
dengan cara mencegah monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat, serta untuk mencipakan ekonomi pasar yang efektif dan efisiensi demi peningkatan
kesejahteraan rakyat.
9
C. Deskripsi Kasus Kartel SMS Terkait Dengan Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat. Dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan
perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. Tidak adanya perlindungan yang seimbang menyebabkan konsumen berada pada posisi yang
lemah. Lebih-lebih jika produk yang dihasilkan oleh produsen merupakan jenis produk yang terbatas, produsen dapat menyalahgunakan posisinya yang
monopolistis tersebut. Hal itu tentu saja akan merugikan konsumen. Krisis finansial Asia menyebabkan ekonomi Indonesia melemah pada
akhir masa Orde Baru. Era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto telah
9
Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 13-15.
melambungkan korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN sebagai “selebritis” baru di Indonesia. Soeharto jatuh dikarenakan ia lebih memilih untuk memelihara
KKN.
10
Penguasa orde baru sering memberikan perlindungan ataupun privilege kepada pihak-pihak tertentu. Pemerintah orde baru saat itu menganut konsep
bahwa perusahaan-perusahaan besar perlu ditumbuhkan untuk menjadi lokomotif pembangunan. Menurut pandangan pemerintah Orde Baru
perusahaan-perusahaan tersebut hanya mungkin menjadi besar untuk kemudian menjalankan fungsinya sebagai lokomotif pembangunan apabila perusahaan-
perusahaan itu diberikan perlakuan khusus. Perilaku dari pelaku-pelaku bisnis di Indonesia, yaitu para konglomerat
yang memperoleh perlakuan istimewa, ternyata tidak mau berbuat positif untuk memperbaiki kondisi ekonomi nasional yang sangat parah saat itu. Kondisi
semacam itu mengharuskan pemerintah mencari bantuan luar negeri. Banyak hal dari persyaratan utang luar negeri itu mengandung hikmah, yaitu lahirnya
peraturan perundang-undangan yang sudah di dambakan oleh masyarakat pada masa reformasi. Undang-Undang tersebut diantaranya adalah Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
10
Kompasiana, Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme Adalah Budaya online, http:politik.kompasiana.com diunduh pada 15 Oktober 2014
Usaha Tidak Sehat dibentuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU. Sedangkan upaya penegakan hak konsumen yang dilakukan oleh pemerintah
yaitu adalah dengan dibentuknya Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan.
Setidaknya ada sejumlah Putusan KPPU dimana substansi perkara dalam putusan KPPU tersebut memiliki dua dimensi, yaitu dimensi persaingan usaha
dan perlindungan konsumen. Diantara putusan-putusan tersebut ialah Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 26KPPU-L2007 tentang
Kartel SMS. Dalam asas Undang-Undang Persaingan Usaha disebutkan bahwa, “Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.” Tujuan pembentukan Undang-Undang
Persaingan juga adalah untuk “menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat”. Selain asas dan tujuan, ada Pasal-Pasal dalam Undang- Undang Persaingan Usaha yang selain memperhatikan kepentingan pelaku
usaha juga memperhatikan kepentingan umum termasuk konsumen. Secara teoritis hukum persaingan usaha akan menguntungkan konsumen di satu pihak
dan mengembangkan iklim usaha yang lebih baik bagi pelaku usaha di pihak lainnya. Dalam perspektif konsumen dengan adanya larangan monopoli maka
konsumen memperoleh dua keuntungan yaitu pertama kemudahan untuk memilih alternatif barang atau jasa yang di tawarkan dan kedua adalah harga
barang atau jasa akan cenderung lebih murah dengan kompetisi diantara pelaku usaha.
11
Putusan KPPU Perkara No.26KPPU-L2007 ini bermula dari KPPU yang menerima laporan tentang adanya dugaan pelanggaran Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dilakukan oleh PT Excelcomindo Pratama, Tbk. Terlapor I, PT
Telekomunikasi Selular Terlapor II, PT Indosat, Tbk. Terlapor III, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Terlapor IV, PT Hutchison CP
Telecommunications Terlapor V, PT Bakrie Telecom, Tbk. Terlapor VI, PT Mobile-8 Telecom, Tbk. Terlapor VII, PT Smart Telecom Terlapor VIII, dan
PT Natrindo Telepon Seluler Terlapor IX. Tim Pemeriksa menemukan adanya beberapa Perjanjian Kerja Sama PKS Interkoneksi yang memuat klausul
mengenai penetapan tarif SMS. Terdapat dua jenis klausul mengenai penetapan tarif SMS yang dimuat dalam PKS Interkoneksi, yaitu tarif SMS operator
pencari akses tidak boleh lebih rendah Rp 250 dan tidak boleh lebih rendah dari tarif retail penyedia akses. Perjanjian seperti ini adalah pelanggaran yang
dilakukan oleh para operator jasa telekomunikasi pada periode tahun 2004 sampai dengan 1 April 2008. Dengan menggunakan selisih antara pendapatan
pada harga kartel dengan pendapatan pada harga kompetitif SMS off-net dari
11
Mardiharto Tjokrowasito, Kebijakan Persaingan Pada Industri Jasa Penerbangan Dilihat Dari Perspektif Perlindungan Konsumen Online,
http:www.bappenas.go.idgetfile servernode2940, diunduh pada 15 Oktober 2014
keenam operator, maka diperoleh nilai kerugian konsumen sebesar Rp 2.827.700.000.000 dua trilyun delapan ratus dua puluh tujuh miliar tujuh ratus
juta rupiah. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah banyaknya praktik persaingan
usaha yang tidak sehat di berbagai industri dengan mengadakan kesepakatan atau perjanjian dengan pelaku usaha yang lain dengan berbagai pola.
12
Konsumen yang dimaksud dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara Nomor 26KPPU-L2007 adalah pengguna atau pelanggan dan pemakai
layanan yang dilakukan oleh 6 enam operator, yaitu XL, Indosat, Telkomsel, Telkom, Bakrie, dan Mobile-8 dalam kurun waktu tahun 2004 hingga tahun
2008. Dengan adanya kartel SMS oleh beberapa operator, konsumen dirugikan karena harus membayar lebih mahal dari harga kompetitif. Dari adanya Kartel
SMS, kerugian yang dialami konsumen dapat berupa i hilangnya kesempatan konsumen untuk memperoleh harga SMS yang lebih rendah, ii hilangnya
kesempatan konsumen untuk menggunakan layanan SMS yang lebih banyak pada harga yang sama, iii kerugian intangible hak-hak tidak berwujud
konsumen lainnya, iv serta terbatasnya alternatif pilihan konsumen, selama kurun waktu 2004 sampai dengan April 2008. Dalam Putusan mengenai Kartel
SMS ini, ada beberapa kepentingan konsumen yang baik secara langsung
12
Wahyu Retno Dwi Sari, Kartel: Upaya Damai untuk Meredam Konfrontasi dalam Persaingan Usaha, Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 1, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Jakarta,
2009, h.192
maupun tidak langsung diperhatikan oleh KPPU dan terlihat langsung pada Putusan yang diputuskan oleh KPPU, yaitu konsumen di kemudian hari dapat
memperoleh harga SMS yang lebih rendah dari sebelumnya, konsumen dapat menggunakan layanan SMS yang lebih banyak pada harga yang sama dan
pilihan operator dengan jasa yang dibutuhkan kemampuan harga yang sesuai dengan kemampuan konsumen jadi lebih banyak.
13
D. Deskripsi Kasus Kartel SMS Terkait Dengan Anti Monopoli Dan