Deskripsi Kasus Kartel SMS Terkait Dengan Anti Monopoli Dan

maupun tidak langsung diperhatikan oleh KPPU dan terlihat langsung pada Putusan yang diputuskan oleh KPPU, yaitu konsumen di kemudian hari dapat memperoleh harga SMS yang lebih rendah dari sebelumnya, konsumen dapat menggunakan layanan SMS yang lebih banyak pada harga yang sama dan pilihan operator dengan jasa yang dibutuhkan kemampuan harga yang sesuai dengan kemampuan konsumen jadi lebih banyak. 13

D. Deskripsi Kasus Kartel SMS Terkait Dengan Anti Monopoli Dan

Penyelesaian Sengketa Yang Telah Dilakukan Memperhatikan kondisi perkembangan perekonomian negara Indonesia maka ada upaya untuk menata kembali kegiatan usaha di Indonesia, agar dunia usaha dapat tumbuh berkembang serta demi terhindarnya pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu. Kebijakan persaingan merupakan hal yang cukup baru diterapkan secara serius di Indonesia, setelah terjadinya krisis ekonomi yang menghadang Indonesia pada tahun 1998. Perubahan tersebut dilakukan melalui pengesahan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU sebagai penggeraknya. Hukum Persaingan Usaha melindungi persaingan dan proses persaingan yang sehat, dengan mencegah dan memberikan sanksi terhadap tindakan-tindakan yang anti persaingan. Persaingan merupakan sesuatu yang baik bagi masyarakat maupun 13 Ibid, h. 193 bagi perkembangan perekonomian suatu bangsa karena berbagai alasan. Salah satu di antaranya adalah dapat mendorong turunnya harga suatu barang atau jasa, sehingga menguntungkan konsumen. Di samping itu, persaingan juga dapat mendorong efisiensi produksi dan alokasi serta mendorong para pelaku usaha berlomba melakukan inovasi baik dalam infrastruktur maupun produknya agar dapat memenangkan persaingan atau setidak-tidaknya tetap bertahan di pasar. Sebaliknya di sisi lain, persaingan juga akan memberikan keuntungan yang semakin berkurang bagi produsen, karena mereka bersaing menurunkan harga untuk meningkatkan pangsa pasarnya. Hal yang paling mengkhawatirkan bagi pelaku usaha adalah apabila seluruh pelaku usaha menurunkan harganya, sehingga mereka mengalami penurunan keuntungan secara keseluruhan. Agar para pelaku usaha tetap mempertahankan keuntungan, maka mereka berusaha untuk mengadakan kesepakatan dengan cara membentuk suatu kartel. Praktek Kartel merupakan salah satu strategi yang diterapkan diantara pelaku usaha agar dapat mempengaruhi harga dengan mengatur jumlah produksi mereka agar saat permintaan meningkat maka harga jual akan meningkat tinggi. 14 Kartel adalah kerjasama sejumlah perusahaan yang bersaing untuk mengkoordinasi kegiatannya sehingga dapat mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan jasa untuk memperoleh keuntungan diatas tingkat 14 Theodore P. Kovaleff, ed, The Anti Trust Impulse, vol. 1, Katalis and GTZ, 1994, h. 78- 80. keuntungan yang wajar. Kartel akan memaksa konsumen membayar lebih mahal atas suatu produk, baik itu barang mewah maupun barang-barang yang biasa diperlukan masyarakat seperti obat-obatan dan vitamin. Kartel akan merugikan perekonomian, karena para pelaku usaha anggota kartel akan setuju untuk melakukan kegiatan yang berdampak pada pengendalian harga, seperti pembatasan jumlah produksi, yang akan menyebabkan in-efisiensi alokasi. Kartel juga dapat menyebabkan inefisiensi dalam produksi ketika mereka melindungi pabrik yang tidak efisien, sehingga menaikkan biaya rata-rata produksi suatu barang atau jasa dalam suatu industri. Menurut pendapat lainnya Kartel dalam bahasa Inggris disebut “cartel” adalah suatu kerja sama dari produsen-produsen produk tertentu yang bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan harga dan melakukan monopoli terhadap komoditas atau industri tertentu. 15 Kartel menggunakan berbagai cara untuk mengkoordinasikan kegiatan mereka, seperti melalui pengaturan produksi, penetapan harga secara horizontal, kolusi tender, pembagian wilayah, pembagian konsumen secara non- teritorial, dan pembagian pangsa pasar. Akan tetapi perlu kita sadari bahwa kartel yang efektif tidaklah mudah untuk dicapai. Bagaimanapun terdapat kecenderungan para pelaku usaha akan selalu berusaha memaksimalkan keuntungan perusahaannya masing-masing. 15 Black, Henry Campbel, Black LawDictionary, USA, 6 thn Ed West Publishing Co. St Paul-Minn, 1990, h.270. Praktek kartel pada umumnya dapat berjalan sukses apabila pelaku usaha yang terlibat di dalam perjanjian kartel tersebut mayoritas berasal dari pelaku usaha yang berkecimpung di dalam pasar tersebut. Apabila hanya sebagian kecil saja pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian kartel, biasanya perjanjian kartel akan tidak efektif dalam mempengaruhi pasokan produksi dalam pasar, karena kekurangan pasokan di dalam pasar akan ditutupi oleh pasukan dari pelaku usaha yang tidak terlibat dalam perjanjian kartel tersebut. 16 Dalam kaitannnya ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU yang berwenang untuk mengadili dan memeriksa kasus kartel SMS terkait dengan Anti Monopoli telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan terhadap perkara No. 26KPPU-L2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat UU No. 51999. Dugaan pelanggaran tersebut adalah penetapan harga SMS off-net short message services antar operator yang dilakukan oleh para operator penyelenggara jasa telekomunikasi pada periode 2004 sampai dengan 1 April 2008. Persoalan kartel SMS tersebut menjadi menarik untuk dibahas karena dalam UU No 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, bentuk pelarangan yang tertera dalam pasal 11 tentang Rule of Reason dinilai tidak tegas. Prinsip Rule of Reason adalah 16 Andi Fahmi Lubis, Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan konteks, Jakarta, RDV Creative Media,2009, h. 107. melihat seberapa jauh hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya pengekangan persaingan pasar dengan kata lain apabila tidak mengakibatkan adanya indikasi kerugian bagi pasar dan pelaku pasar maka tindakan tersebut tidak dilarang. 17 Dengan hal inilah yang menimbulkan permasalahan yang baru, karena dengan adanya perjanjian penetapan harga dari anggota yang ada di dalam perjanjian kartel sms ini menimbulkan dampak yang buruk bagi konsumen yang dirugikan dengan adanya perjanjian penetapan harga dalam praktek kartel ini. Artinya tidak ada langkah preventif dalam hal ini terhadap tindakan pelaku usaha yang sejak awal telah dimungkinkan akan memunculkan kemungkinan kerugian bagi konsumen. Seringkali suatu industri hanya mempunyai beberapa pemain yang mendominasi pasar. Keadaan demikian dapat mendorong mereka untuk mengambil tindakan bersama dengan tujuan untuk memperkuat kekuatan mereka dan mempertinggi keuntungan. Ini akan mendorong mereka untuk membatasi tingkat produksi maupun harga melalui kesepakatan bersama di antara mereka. Kesemuanya dimaksudkan untuk menghindari terjadinya persaingan yang merugikan mereka sendiri. Jika berpegang pada teori monopoli, suatu kelompok industri yang mempunyai kedudukan oligopolis akan mendapat keuntungan yang maksimal bila mereka secara bersama. Dalam praktiknya, kedudukan oligopolis ini diwujudkan melalui apa yang disebut 17 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, h.13 asosiasi-asosiasi. Melalui asosiasi ini mereka dapat mengadakan kesepakatan bersama mengenai tingkat produksi, tingkat harga, wilayah pemasaran dan sebagainya, yang kemudian melahirkan kartel, yang dapat pula mengakibatkan terciptanya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. 18 Satu hal yang menonjol dalam perjanjian kartel adalah ketiadaan itikat baik para pendiri kartel terhadap pihak ketiga yang dalam hal ini adalah konsumen. Hal ini terbukti bahwa akibat dari adanya kartel tersebut, keenam operator mendapat keuntungan dari penentuan harga SMS yang berakibat konsumen dirugikan senilai Rp 2,87 triliun dan merenggut hak konsumen yang tertera dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Pemain baru dalam bisnis Telekomunikasi mau tidak mau juga harus mengikuti perjanjian kartel tersebut karena mereka mempunyai posisi tawar yang lemah terhadap harga pasar yang telah dipengaruhi oleh perjanjian kartel sebelumnya. Namun ada catatan jika para pelaku usaha melakukan perjanjian kartel untuk menguntungkan masyarakat maka perjanjian kartel tersebut tidak masuk ke dalam perjanjian yang dilarang karena tidak merugikan pihak ketiga yaitu konsumen atau pun masyarakat. Kartel dianggap sebagai dosa terberat pelaku usaha yang tidak saja merugikan konsumen tetapi juga menciderai alokasi efisiensi sumber daya nasional. Selanjutnya ditegaskan bahwa kartel pada dasarnya adalah perjanjian 18 Agus Sardjono, Pentingnya Sistem Persaingan Usaha Yang Sehat dalam UpayaMemperbaiki Sistem Perekonomian: Jakarta,Newsletter No 34 Tahun IX, Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, 1998, h.26-27. satu pelaku usaha dengan pelaku usaha persaingan untuk menghilangkan persaingan diantara keduanya. 19 Berkaitan dengan kartel tarif SMS, KPPU melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah operator seluler di Indonesia yang juga melakukan penetapan harga SMS off-net short message services antara operator pada periode 2004 sampai 1 April 2008. Operator yang diduga melakukan pelanggaran tersebut adalah PT. Exelcomindo Pratama Tbk, PT. Telekomunikasi Seluler, PT. Indosat Tbk, PT. Telkom Tbk, PT.Huchison CP Telecomunication, PT. Bakrie Telecom, PT. Mobile 8 Telecom Tbk, PT. Smart Telekom dan PT. Natrindo Telepon Seluler. 20 Undang-Undang Anti Monopoli sebagaimana hukum persaingan usaha yang lain mengisyaratkan perlu dibentuknya suatu competition authory atau disebut juga badan yang mengawasi dan memutuskan perkara mengenai kegiatan usaha khususnya kegiatan usaha terlarang yang ada di Indonesia. Ditegaskan dalam Pasal 30, 35 dan 36 UU No. 5 Tahun 1999, bahwa KPPU memiliki tugas dan kewenangan atributif untuk mengawasi perilaku pelaku usaha dengan menggunakan tolak ukur pasal-pasal substantif tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. KPPU bertugas menganalisis perilaku pelaku usaha dengan terindikasi perilaku tersebut 19 Farid Nasution dan Retno Wiranti, Kartel dan Problematikanya, KOMPETISI, Media Berkala Komisi Pengawas Persaingan Usaha, 2008, h. 4. 20 Ibid, h. 6. memenuhi unsur pasal atau tidak. Oleh karena itu fokus pemeriksaan KPPU dalam hukum acara adalah mengumpulkan bukti dan membuktikan bahwa terdapat beberapa tindakan korporasi yang sistematis dan melanggar UU No. 5 Tahun 1999 termasuk di dalamnya larangan Pasal 5 yaitu ”penetapan harga yang harus dibayar konsumen atau pelanggan diantara pelaku usaha yang saling bersaing. Konsisten dengan unsur pasal ini, KPPU melalui putusan perkara Nomor 26KPPU-L2007 setelah melakukan pemeriksaan telah membuktikan dan memutuskan terjadinya pelanggaran Pasal 5 berupa ”perjanjian atau penetapan harga SMS off-net kartel SMS diantara enam pelaku usaha terlapor”. Rumusan pasal kesepakatan harga kartel harga yang dilarang Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 memang bersifat per se illegal sehingga KPPU cukup membuktikan bahwa perjanjian atau kesepakatan itu eksis. KPPU telah selesai melakukan pemeriksaan dan telah menetapkan putusan perkara Nomor26KPPU-L2007 yaitu dugaan pelanggaran terhadap Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dugaan pelanggaran tersebut adalah “penetapan harga tarif SMS off net yang dilakukan oleh para operator penyelenggara jasa telekomunikasi pada periode 2004 sampai dengan 1 April 2008. Berdasarkan fakta-fakta di atas, hasil pemeriksaan Majelis Komisi kemudian berpandangan terdapat kerugian konsumen yang dihitung berdasarkan selisih penerimaan harga kartel dengan penerimaan harga kompetitif SMS off net setidak-tidaknya sebesar Rp. 2.827 triliun. Dari analisis hasil putusan di atas, bahwa 6 enam operator seluler terbukti mempermainkan harga short message services SMS kepada para pelanggan dengan harga yang di atas rata-rata. Sehingga mereka didenda mencapai puluhan milyar rupiah oleh KPPU. Sidang majelis KPPU yang digelar di Jakarta hari Selasa memutuskan 6 enam operator seluler ”bersalah” karena terlibat dalam ”kartel SMS”. 62

BAB IV PENERAPAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR