Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian

Perilaku manusia cenderung selalu berubah-ubah dan hampir sebagian besar perubahannya disebabkan kejadian secara alamiah. Apabila terjadi perubahan di lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, maka seseorang atau sekelompok orang juga cenderung ikut mengalami perubahan. Misalnya, ibu hamil dalam kondisi sakit kepala. Semula dia akan membuat ramu-ramuan tradisional untuk mengurangi keluhannya kemudian secara alamiah dia mulai berubah dan beralih dengan menggunakan obat-obat modern. 2 Perubahan terencana Perubahan perilaku juga dapat terjadi akibat direncanakan sendiri. Misalnya, seorang wanita saat belum menikah dia adalah seorang perokok berat, namun karena dia ingin hamil dan memperoleh informasi dampak negative merokok pada perkembangan janin, kemudia dia merencanakan untuk tidak merokok lagi. Selama masa hamil dia berhenti merokok, berarti terjadi perubahan perilaku terencana sesuai informasi dan pengalamannya. 3 Penerimaan informasi atau pengetahuan Banyak tidaknya informasi atau pengetahuan yang diterima seseorang atau sekelompok orang memengaruhi perubahan perilaku. Misal, informasi keluarga berencana. Informasi dan pengetahuan makna keluarga berencana bagi masyarakat di desa yang sangat terpencil cenderung lebih sedikit daripada masyarakat kota. Bagi masyarakat kota biasanya lebih mudah mendapatkan informasi keluarga berencana. Kondisi itu membedakan perilaku orang atau masyarakat yang mengenal konsep keluarga berencana dengan yang belum mengenal. 4 Perubahan kondisi fisiologis Perubahan perilaku manusia juga bisa terjadi akibat perubahan kondisi fisiologis, terutama yang berhubungan kesehatan dan penyakit yang diderita. Adanya perubahan terhadap kondisi kesehatan fisik akan memengaruhi kondisi psikis seseorang yang akhirnya membawa perubahan sikap dan perilaku. 5 Kesediaan untuk berubah Apabila terjadi inovasi program-program pembangunan dalam masyarakat, maka sering terjadi perubahan perilaku. Akan terlihat perbedaan pola sikap dan perilaku masyarakat. Ada sebagian cepat menerima program dan ada sebagian lagi menolak terhadap perubahan tersebut. Hal ini disebabkan kesiapan dan kesediaan untuk berubah akibat perbedaan dari sikap, minat, dan kemampuan diri. 15

2. Masyarakat

Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah “golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya,bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain” 16 . Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi yang memiliki peranan untuk mencapai tujuan bersama. Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah “kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil” 17 . Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata socius yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan 15 Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, Jakarta: Kencana, 2010, h.51-53. 16 Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009, h. 106. 17 Ibid. oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan 18 . Drs. JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut masyarakat adalah “wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok”. 19 Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas, Masyarakat berasal dari 2 bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian yakni kawan dan bergaul maksudnya adalah sekolompok individu- individu yang memiliki kepentingan dan tujuan sama dengan cara berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri pokok masyarakat yaitu : a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah system komunikasi dan timbul peraturan- peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. Mereka merupakan system hidup bersama. Sistem kehidupan bersama 18 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, Bandung: PT Eresco, 1995, h. 63. 19 Abu Ahmadi, dkk, op. cit.,h. 96.