Konsep Pengetahuan Pengetahuan Faktor risiko kanker payudara

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bahasan bab ini akan menampilkan penjelesan mengenai definisi pengetahuan, anatomi dan fisiologi payudara, pengertian kanker payudara, epidemiologi kanker payudara, penyebab kanker peyudara, gambaran patologi, perjalanan penyakit patogenesis, gejala klinis dan penanganan kanker payudara.

2.1. Konsep Pengetahuan

a. Pengetahuan

Definisi Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena mempunyai cita, rasa dan karsa. Manusia memiliki kehendak untuk mengatahui segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk itu manusia selalu mencari jalan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo 2002 : 94 bahwa pengetahun merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behavior. Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang merupakan hasil dari tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi, pengamatan, konsep dan fakta.

b. Konsep Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2002 : 122 pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu 5 tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami Comprehention Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real sebenarnya. Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain. 4. Analisa Analysis Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan. 5. Sintesis Shyntetis Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi- formulasi yang ada. 6. Evaluasi Evaluation 2. 2. Payudara

2.2.1 Definisi Payudara

Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, bergranular pada bagian anterior toraks, pada perempuan mengandung unsur yang mensekresi susu untuk makanan bayi. Mammae atau glandula mammaria pada wanita merupakan kelenjar tubuloalveolar kompleks yang terdiri dari 15 sampai 25 lobus yang berjalan radikal ke arah puting susu dan dipisahkan oleh jaringan ikat dan lemak, setiap lobus mempunyai duktus ekskretorius lactiferous yang bermuara pada putting susu. Tiap 6 lobus dibagi lagi menjadi lobules, dengan duktus alveolaris dan alveoli menjadi bagian sekresi dari kelenjar. Hartanto, 2005 Gambar 2.1 Anatomi normal payudara Hall, 2007

2.2.2 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Payudara

Struktur histologi kelenjar payudara bervariasi sesuai dengan jenis kelamin, usia, dan status fisiologisnya. Setiap kelenjar payudara terdiri atas 15-25 lobus dari jenis tubuloalveolar kompleks, yang berfungsi mensekresi air susu bagi neonatus. Setiap lobus, yang dipisahkan satu sama lain oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak, sesungguhnya merupakan suatu kelenjar tersendiri dengan duktus ekskretorius laktiferusnya sendiri. Duktus ini, dengan panjang 2-4,5 cm, bermuara pada papilla mammae, yang memiliki 15-25 muara, masing-masing berdiameter 0,5 mm. Carneiro, 2007. 7 Sebelum pubertas, kelenjar mammae terdiri atas sinus laktiferus dan beberapa cabang sinus ini, yakni duktus laktiferus. Pada gadis selama pubertas, payudara membesar dan membentuk putting susu yang mencolok. Pada anak laki-laki, kelenjar mammae tetap datar. Pembesaran payudara selama pubertas terjadi akibat penimbunan jaringan lemak dan jaringan ikat, dengan meningkatnya pertumbuhan dan percabangan duktus laktiferus akibat bertambahnya jumlah estrogen ovarium. Struktur khas kelenjar -lobus-pada wanita dewasa berkembang pada duktus ujung terkecil. Sebuah lobus terdiri atas sejumlah duktus yang bermuara ke dalam satu duktus terminal. Setiap lobus terdapat dalam jaringan ikat longgar. Suatu jaringan ikat yang kurang padat dan kurang banyak mengandung sel, memisahkan lobus-lobus. Dekat dengan muara papilla mammae, Duktus laktiferus menjadi lebar dan menjadi sinus laktiferus. Sinus laktiferus dilapisi epitel selapis gepeng pada muara luarnya. Epitel ini berubah menjadi epitel berlapis silindris atau berlapis kuboid. Lapisan duktus laktiferus dan duktus terminal merupakan epitel selapis kuboid dan dibungkus sel mioepitel yang berhimpitan. Jaringan ikat yang mengelilingi alveoli mengandung banyak sel limfosit dan sel plasma. Populasi sel plasma bertambah nyata menjelang akhir kehamilan, sel ini berfungsi menyekresi immunoglobulin IgA sekretorik yang memberikan kekebalan pasif pada neonatus. Carneiro, 2007 Struktur histology kelenjar ini mengalami sedikit perubahan selama siklus menstrulasi, misalnya proliferasi sel duktus di sekitar masa ovulasi. Perubahan ini bertepatan saat ketika kadar estrogen yang beredar mencapai puncaknya. Bertambahnya cairan jaringan ikat pada fase pra-menstrulasi menambah besar payudara. Carneiro, 2007. Papilla mammae puting susu berbentuk kerucut dan warnanya mungkin merah muda, coklat muda, atau coklat tua. Bagian luar papilla ini, ditutupi epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk yang berhubungan langsung dengan kulit didekatnya. Kulit disekitar puting susu membentuk areola mammae. Warna areola menjadi gelap selama kehamilan, akibat akumulasi melanin setempat. Setelah melahirkan, areola menjadi putih kembali namun jarang mencapai warna aslinya. Epitel puting susu berada di atas selapis jaringan ikat yang banyak mengandung serabut otot polos. Serabut-serabut ini tersusun melingkari duktus laktiferus yang lebih dalam dan tersusun sejajar terhadap duktus ini di tempat masuknya duktus pada puting susu. Puting susu ini banyak di persarafi oleh ujung saraf sensorik. Carneiro, 2007 8 2. 3. Kanker Payudara 2.3.1 Definisi Kanker Payudara Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lemak maupun jaringan ikat payudara. Kanker ini memang tidak tumbuh dengan cepat namun berbahaya. Kanker ini juga termasuk dalam catatan WHO di masukkan kedalam International Classification of Diseases ICD dengan kode nomor 17. Suryaningsih Koni, Endang. Sukaca Eka, Bertiani. 2009

2.3.2 Epidemiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang terdapat pada wanita dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Kanker payudara berasal dari parenkim atau dari stroma mamma. Penyakit ini oleh WHO dimasukkan dalam international classification of disease ICD dengan nomor kode 174 Tjahyadi, dkk. 1986. Di Indonesia kanker payudara merupaankanker terbanyak kedua pada wanita sesudah kanker leher rahim. Tabel berikut ini adalah hasil penelitian yang berhasil dirangkum oleh pusat penelitian kanker radiologi Badan Penelitian dan 9 Pengembangan Kesehatan di 15 pusat Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau RS di Indonesia pada tahun 1983 Alisyawisya, dkk. 1992 Tabel 2.1 Distribusi 10 Jenis Kanker terbanyak pada Wanita di 15 Pusat Patologi dan anatomi Fakultas Kedokteran atau RS di indonesia Tahun 1983 No. ICD Jenis Kanker Jumlah Persentase 1. 180 Servik Uteri 1052 26,1 2. 174 Payudara wanita 755 18,7 3. 183 Ovarium 307 7,6 4. 173 Kulit 268 6,7 5. 196 Limfoma 199 4,9 6. 182 Korpus Uteri 142 3,5 7. 140 Tiroid 140 3,5 8. 147 Nasofaring 188 2,9 9. 154 Rektum 116 2,9 10. 200 Limfosarkoma 103 2,6 Sumber: Rangkuman registrasi kanker pathology based di di Indonesia 1983 Dari tabel di atas terlihat dari 10 jenis kasus kanker tersering yang menyerang wanita, kanker payudara menempati urutan kedua setelah kanker serviks dengan jumlah penderita kanker payudara 755 orang 18,7. Insidens kanker payudara bervariasi pada setiap negara. Di Indonesia, insidens kanker payudara ada 22,2100.000 setiap tahunnya. Di Amerika insidensnya paling tinggi yaitu 71,7100.000, di Australia 55,6100.000, dan di Jepang insidensnya rendah yaitu 12,1100.000 Tjindarbumi dkk, 1995. Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insidens atau frekuensi kanker payudara. Di Indonesia frekuensi kanker payudara yang tertinggi ditemukan pada umur wanita yang produktif yaitu 40-49 tahun dan tersering adalah pada usia 40 tahun ke atas Ramli, 1995. Di Amerika frekuensi kanker payudara tertinggi ditemukan pada umur 40-50 tahun. Umur rata-rata penderita kanker payudara yang ditemukan di Jakarta ialah 46 tahun, di Surabaya 47 tahun dan di Bombay India 53 tahun. Umur termuda penderita kanker payudara di Surabaya ialah 14 tahun yang tertua 91 tahun Sukardja, 1998. 10 Beberapa faktor resiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara luas oleh kalangan oncologist di dunia adalah. a. Umur lebih tua dari 39 tahun cancer age b. Anak pertama lahir setelah usia 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar c. Tidak menikah mullipara mempunyai risiko 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang menikah dan punya anak. d. Menarche haid pertama kurang dari 12 tahun mempunyai risiko 1,7 – 3,4 kali lebih tinggi daripada wanita dengan menarche datang pada usia normal yaitu lebih dari 12 tahun. e. Menopause datang terlambat lebih dari 55 tahun risikonya 2,5 – 5 kali lebih tinggi. f. Pernah operasi tumor jinak payudara risikonya 2,5 kali lebih tinggi. 2. 3. 3 Perjalanan penyakit 2. 3.3.1 Tahap-tahap perkembangan sel normal menjadi sel kanker Sejarah perkembangan tumor ganas dibagi dalam empat fase: perubahan yang besar pada sel target transformasi, pertumbuhan sel yang bertransformasi tadi, invasi lokal dan metastasis ke seluruh tubuh. Inilah karakteristik perbedaan antara tumor jinak dan tumor ganas.

2. 3.3.2 Diferensiasi dan anaplasia

Diferensiasi adalah sel neoplastik yang bila dibandngkan dengan sel normal berbeda secara fungsional dan morfologi, disebut anaplasia bila sel tersebut sudah sangat berbeda dengan sel normalnya. Anaplasia ditandai dengan beberapa perubahan morfologi 1. Pleomorfisme. Sel ditemukan beberapa kali lebih besar dari sel tetangganya dan kadang beberapa sel juga kadang-kadang lebih kecil 2. Morfologi inti sel yang abnormal. Nucleus membesar dan hiperkromatik sehingga rasio terhadap sitoplasma menjadi 1:1.Terdapat anak inti yang besar di dalam inti. 3. Mitosis. Menggambarkan aktivitas sel dalam membelah diri, biarpun adanya mitosis tidak dapat menggambarkan bahwa sel tersebut telah ganas apa tidak tetapi ada perubahan yang morfologi yang menggambarkan sel ganas apa tidak seperti atipik, mitosis aneh yang meproduksi tripolar atau quadripolar spindle. 11 4. Perubahan lain. Terbentuknya sel-sel tumor raksasa yang mempunyai inti yang sangat besar atau mempunyai beberapa inti sel. Di bagian tengah sel tumor tersebut biasanya mengalami nekrosis karena tidak mendapat suplai darah yang adekuat.

2. 3.3.3 Kecepatan pertumbuhan sel

Kecepatan pertumbuhan sel biasanya ditandai dengan 3 faktor utama: pertumbuhan sel dua kali lebih cepat dari normal, fraksi sel tumor yang berada di kolam replikasi, dan kecepatan dimana sel tumor bertumpuk. Umumnya, kecepatan pertumbuhan sel tumor sangat berkorelasi dengan tingkat diferensiasi mereka dan tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat dari tumor jinak. Biasanya sel tumor terhenti di fase G0 atau G1.

2. 3.3.4 Invasi lokal

Semua tumor jinak tumbuh lambat dan biasanya local karena dia tidak mempunyai kemapuan untuk infiltrasi, invasi atau metastasis. Mereka membentuk kapsula fibrosa yang memisahkannya dari jaringan host. Biarpun dilindungi oleh jaringan kapsul tetapi dapat terjadi hemangioma neoplasma yang terbentuk dari pembuluh darah yang terbentuk di sekitar tumor biasanya manifestasinya terlihat di kulit. Pertumbuhan kanker bersamaan dengan infiltrasi yang progresif, invasi, dan penghancuran jaringan sekitar. Umumnya tumor ganas sangat tidak bisa membatasi geraknya dalam menyerang sel yang sehat. Pelan-pelan tumor yang ganas tersebut tumbuh mendekati jaringan kapsul dan mendorong menuju jaringan yang sehat. Pemerikaan histology massa kapsul menunjukkan barisan sel yang penetrasi dan infiltrasi ke sel yang terdekat membentuk struktur yang tidak teratur seperti kepiting yang menggambarkan sel kanker.

2. 3.3.5 Metastasis

Adalah penyebaran tumor ganas menuju ke rongga-rongga tubuh, pembuluh darah dan saluran limfatik akibat sifat invasive dari tumor ganas tersebut. 1. Penyebaran ke rongga-rongga dan permukaan tubuh Terjadi ketika tumor ganas menyerang tempat-tempat rongga tubuh yang natural. Biasanya menyerang ke kavitas peritoneal, tetapi kavitas yang lain seperti pleural, 12 perikardial, subarakhnoid, dan persendian dapat juga terkena penyebaran dari tumor ganas. 2. Penyebaran limfatik Penyebaran melalui limfatik adalah jalan yang paling sering ditempuh oleh tumor ganas. Pada kanker payudara melakukan pemeriksaan kelenjar limfatik aksilla sangat penting untuk mengetahui progresifitas tumor dan perencanaan tata laksana 3. Penyebaran hematogen Arteri dengan dinding yang lebih tebal dari vena lebih kuat dari penetrasi yang dilakukan oleh tumor ganas, tumor ganas yang melewati kapiler pulmoner atau arteri pulmoner dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli. Paru-paru dan liver merupakan yang apling sering terkena metastasis akibat persebaran hematogen.

2.3.3.6 Pat ogen

esis Seper t i ka n ker lainnya, pen y ebab k an ker payudara masih belum diketa h ui. Namu n , tiga faktor tampaknya pen t ing: 1 perubahan gene t ik, 2 pengaruh hormon, dan 3 faktor lingkungan . Perubahan G enetik. Selai n yang men y ebabkan sindrom famil i al di a tas, perubahan genetik juga diduga berperan dalam tirnbuln y a kanker p ay udar a sporadik . Seperti pada sebagian besar kanker lainn y a , mutasi y ang memengaruhi protoonkogen dan gen penekan tumor di epitel pa y udara ikut serta dalam proses trans f ormasi onk o g e nik. Di antara berbaga i mut a si tersebut , y ang paling ban y ak dipelajari adalah ekspresi berlebihan protoonkogen ERBB2 HER2 N E U, y ang diketahui mengalami a mplifika s i pada hampir 30 kanker payudara . Gen ini adal a h anggota dari famili res e pto r f aktor pe r tumbuhan ep i dermis , dan eksp r es i berlebihann y a berkaitan den ga n pro g nosis y ang buruk. Sec a ra analo g , amplifikas i ge n R AS dan M Y C ju ga dil a porkan terjad i p a d a s eb ag i a n kanker pa y udara m a nu sia . Mut a si g en p e n e k a n tumor RBl dan TP53 ju ga dit e mukan . D ala m tran sfo rm a si berangk a i se l ep i tel normal m e njadi s el k a nk e r , ke - mun g kinan be s ar ter j adi ban y a k mut asi d i d apa t . Pengaruh Hormon . Kel eb ih a n est r oge n e ndo g en , a t a u y ang le bih tep at , k e tidakseimban ga n h ormo n , j e l a s ber p er a n p en tin g. B a n yak fa k t or r is i k o ya n g t ela h dise bu tk a n: usia s ubur y an g la m a, nuli pa r itas , da n u s i a lanjut s a at mem i lik i an a k pe r t a m a m e ngi s y ara tkan peningkatan p a j a n a n ke k adar e st ro g en ya n g t i n gg i saat haid. Tumor o va rium f un g sional y ang mengelu a rkan e s trogen di lapo r ka n 13 be r kaitan dengan kanke r pa y udara pada perempu a n pascamenop a u s e. E s trogen merang s an g p e mb e nt u k a n f a ktor pert um buha n o l eh se l ep i te l pa y uda r a normal dan ole h sel ka n ker . Di h ipo t esiska n b ahwa reseptor e s t rogen dan progesteron ya n g secara normal terdapat di epi t el pa y udara , mun g kin ber i n t er a k s i den ga n p r omotor pertumbuhan , sepe r ti tra nsform in g g ro w t h fa ct or a berka i tan de ng an f aktor p ert u mbuh a n e p i t e l , pl a t e l e t - d eriv e d g r o w t h - f ac t or , d a n fa ktor pe rtumbuhan f i b robl a s y an g dikeluarkan oleh sel k a n ker p a y udara , untuk menc i pt a kan suatu me k anism e a utokrin perkembang a n tum or. Faktor Lingkungan . P e n g aruh ling k un g an di isy aratk a n o le h in s id e nsi ka nk er p a y u d ar a y an g berbeda-bed a dala m kelomp ok ya n g secara ge net i s homogen d a n perbedaan g eo graf ik d alam preva le ns i , s eperti tel a h di bi c ara kan . Fak t or l i n g kun ga n la in y a ng penting a d a l ah i ra dia s i d a n est ro g en eksogen.

2.3.3.7 P e

n y eba ra n K ank e r Pa y uda r a . Akh im ya, t erja d i pe n ye b aran me l al u i sal u ran l imf da n dara h . Me t as t asis ke kele n ja r geta h b e n i n g ditemukan pada seki t ar 40 ka nk er yang be r ma n ifes t asi sebagai massa ya n g dapa t dipalpasi, te t api pada ku r ang dari 15 k as u s y ang ditemukan dengan mamogra fi. Lesi y ang terletak di tengah atau kua d ra n luar b iasan y a mula - mula men y ebar ke kelenjar aksila . Tumor y ang terle t ak di kuadran dalam sering mengenai ke l enjar getah bening d i sepanjang ar t eria mama r ia interna . Kelenjar suprakla v ik u la kadang - kadang menjadi temp a t utama pen y ebaran, tetapi kelenjar ini baru terkena han y a se t e l a h k e l e nj ar a k si l aris d a n ma m ar i a in t er n a t erkena. Akhi r n ya, t e r ja di penye b a r a n ke te mp a t ya n g l e bih dis - t a l , de n ga n ke l a in an metas t atik di hamp i r sem u a orga n a t au j a rin ga n d i tub u h . L o k as i y a n g dis u ka i a d a l a h pam, t ula ng , h a ti , d a n k e l e nj a r s er t a ya n g le bih jara n g o t a k , l i mpa, d a n h ip o f isi s . Na mu n, tidak a d a tempat y a ng d apa t lolos . M e t a s ta s i s mun g kin tim b ul b e rt a hun-tahun se t e l ah l es i primer tampaknya t e lah t e rkontrol o l e h t e rap i , k a dan g- kadan g 15 tahun k e mudian . Penentuan Stadiu m Kanker P ay uda r a . Faktor prog n os tik t er p e nt i n g u ntu k kan k e r pa y ud a r a adalah uk ur a n tumo r p ri m e r , me t astasis ke kelenjar g e t a h b e n i n g , d an adanya l es i d i tempa t jauh. Fak t o r prog no s ti k loka l ya n g b ur u k adalah invasi ke d i n di n g dada, u l se r asi kulit , da n gamba r a n k li n i s karsino m a pe r a d a n gan. Gam b ara n ini di g u na k an untuk m engk l as ifi kas i k a n p ere m puan k e da l a m ke l om p ok prognos t ik d e mi k epentinga n pengobatan , konse l i n g , d a n uji klini s. 14 S i s tem p e n en t uan s t adi u m y ang t erser i n g d igu n aka n t e l ah dir a n cang o l e h A m er i ca n Joint Com mitte e o n C an ce r S t ag in g d a n I nt er n a t io n a l U n ion A ga ins t Ca n ce r , se p er ti t e rlih a t b e ri ku t ini . Harap a n h idu p 5 ta hu n unt uk pere m p u an b e rkisar dari 92 untu k p e n yak i t s t ad i um a hin gga 1 3 untuk p en y akit s t a diu m IV . A me rican Joint Co mmi tt ee o n Can c e r S t agi n g o f Breast C a rc i no m a : Stadium 0 D C I S t er m asu k pen y akit Pag e t pa d a p utin g p ay ud ara d an LC I S Stad i um I Ka r si n oma in v asif dengan ukur a n 2 c m a t a u kura n g ser t a ke l e nj ar ge t a h b e nin g n egatif Stadium I I A Ka r sino m a in v asif de n gan uku ran 2 cm a t a u k u rang d iserta i m e t astasis ke k elenjar getah ben i n g a t au ka r sin om a in vasif l e b i h da r i 2 cm , t e t a p i k ur a n g d a ri 5 c m d e n gan k e l en j ar ge t a h b e n i n g n ega t if Stadium lIB Ka r s i n om a i n vas i f ber u ku r an garis t e n gah l e bi h d a r i 2 c m , t e t a p i k u rang da ri 5 c m d e n ga n k ele n jar ke l e n jar ge t ah b e ni ng p o si tif ata u ka r sino m a i n vas i f b er u k ur an le b ih d ari 5 c m t a np a ke t er li ba t a n ke l en j ar ge t a h b e n i n g Stadium IlIA Ka r s in oma in vasif u kuran b erapa pun d e n ga n kele n ja r ge t a h b e nin g t erfi k sasi ya i t u i n vas i e k s tr a n od u s ya n g me lu as di a ntar a k e l e n jar get ah b e nin g ata u men g in vas i k e da lam s t ru k tur lai n a t au k a r si n oma b e r uk ur a n ga r is t e n ga h l eb i h d a ri 5 c m d e n gan m e t asta si s ke l e nj a r ge t a h be n i n g n o n fiksasi Stad i um IIIB K a r s in o m a in fla m asi, kars i no m a yang me n g in v a si din d in g d a d a , ka r si nom a ya n g m e n g in vas i k ul i t , k a r si n oma d enga n no d us k ulit sa t e l i t , a t a u se ti ap k a r si n o m a d e n ga n m e ta s t as i s ke kelen ja r geta h be n ing m a mar i a i ntem a ips il ate r al Stadium I V Metas t a sis ke tempa t jauh

2.3.3.8 P erjala

n a n P enyak it . K a nker pay u dara ser in g dit e mukan oleh pa si en a tau dokt e m y a se b aga i m ass a ya n g tun ggal, diskre t , t idak nye r i, dan dap a t d i ge ra k kan . Pada t ah a p in i, karsino ma bi a s any a b er ukur a n 2 hin gg a 3 cm , d a n terk e n a n y a k e len j ar g et a h be nin g r e gion a l umumn y a ketiak sud a h terdapatp a d a s ekit ar separuh pasien. Dengan perr i erik sa an pen a pi sa n mamogr af ik , k arsi noma s erin g te r d e t eksi sebe l um d a p at d i raba . Ukur a n rer a ta karsinom a i n vas i f y ang dit e muka n pada pem e r i ksaa n penapisan ad a l a h s e ki t ar 1 cm , dan h a n y a 15 ya ng t e l a h berme t a s t a s i s k e k ele n ja r g etah ben i ng. Se lain itu , p a d a b a n ya k p e r e m pua n D C I S terd e teks i se b elum berkemb a ng men j adi k a r si nom a inva s if . Seir i ng dengan 15 p e rtamb a h a n u s i a , jari n gan fi b ro s a pa y udar a di ga nti o leh l e m ak , d a n peme r iksaan pen a pi s an menjad i lebih sensit if ka re n a meni n g k a tn ya deraja t rad i o lu s en pa y udara dan m e nin g katn ya in s idensi ke g ana s an . Sil a n g pend a p a t ya n g t erjadi sa a t i n i men g enai kap a n saa t y a ng p a lin g t e p at unt u k m e m ula i pemeriksaan penap i sa n m a mo g rafi h a r u s mem pe rti m bangkan p e rbandi n ga n a ntar a m a n f aa t b ag i se b agi an perempuan t erh a d a p morb i di t a s p ad a se b agian besar perempuan y ang ak a n dibuktik a n m e n gi d a p kel a inan j i n a k . Progno s is dipen g aruhi ole h va riab e l b e ri ku t: 1. U k ur a n kars inoma p ri m e r. Pa s i e n d e n ga n k a r s i n oma i n v asif y a n g l e b i h keci l daripada 1 c m m e miliki harapan hidup ya n g s ang a t b aik j ik a t ida k terdapat keterliba t a n k e l e n j ar getah be n i n g d a n mungkin tidak memer lu k a n te r api si s te mi k . 2. K e t e rlibata n k e l e nj ar ge t nh b e nin g dan jumlah k e l e nj ar geta h be nin g yan g t erk e na m e tastasis . Jika t i dak ada kelenj a r keti a k ya n g terk e n a, a n gk a h ara pan hi du p 5 tahun mendek a t i 90 . An g k a h a r a p a n hidup menurun ber s am a se ti a p k e l e n jar geta h bening y ang ter k ena dan menj a d i kur a n g da ri 50 j i ka ke l e n jar y a n g terkena berju m l a h 1 6 at a u l eb i h. Biopsi ke l enjar sent i ne l d i per k enal ka n se b aga i pro s edur al tem a ti f y an g tidak terl al u m enyak i tka n unt u k menggantikan di s eksi ak sila t ota l . S at u ata u dua ke l enjar ge t ah b e nin g pe r t a m a diid e n t ifik as i deng a n men g gunak a n s u a tu za t wa m a , p en j e j a k r a d i o a ktif , a tau kedu a n y a . Ke l enjar ge t a h be nin g se n ti n e l yang n ega t if m er u pakan is y arat ku a t ti dak adan y a metast as is karsi n om a k e ke le nj a r g et a h benin g sisan y a . Kelenjar ge ta h b e nin g s ent i nel d a pat d iper ik sa denga n prosedu r y ang l e bih e ks t e n s if , r n is a ln ya pemotongan seri a l atau pemeriksa a n i munohistokirnia untuk sel pos i ti f - s itok e r a tin . Na mun , m a k n a k l inis dit e mukann y a mikrometa s t as i s didefi ni s ik a n se b aga i deposit me t asta ti k y a n g u k ur an n y a kuran g dari 0 , 2 c m tidak d i k e t a hui . 3. D e rajat kar sin oma . Si s tem pene n tuan d era j a t y a n g pa l i n g u m um unt uk ka n ke r pa y u dara m e m p ertimba n gkan pemben t ukan t ubulus , d e r a j a t nuk le us , dan angka mitotik u nt u k mem il ah kar s ino m a me nj ad i ti ga ke l ompok . Kars in oma b erd i ferensiasi baik mer n i l ik i prognosi s yang seca r a berr na kna leb ih bai k dib a nd i n g kan den g an karsi n oma y an g berdiferen s ia si buruk . K a r s i noma berdif e r e n s ia si s edang pad a a w al n ya 16 me r niliki prog n osis baik , tet a pi har a p a n h i du p p a d a 20 tahun mendekati a n g k a untuk k a r s inoma y a n g berdiferensiasi buruk . 4. Tip e his t olo g ik ka rs i nom a . Semua tipe khusus karsin oma payu dara tubu l us , medul a r , l obu l us , pap i l a r, d a n mu s i n o sa memiliki progno sis ya ng sedikit ban yak l e bih b a ik d a r i p a d a k a r si nom a t anp a t i pe khu s u s k ar s inoma duktus 5. I n v a si l imfo v as kul ar . Ad a n ya t umo r di d a l a m ron gga vas ku l ar d i sekitar t u mor pr i m e r merupakan faktor p r o g no s t ik y an g buruk , terut a ma j i ka t i da k terd a p a t metast asi s ke kelenjar g et a h ben i ng . In v as i l imfo v askular dermis berkaitan dengan gambaran kl i nis beru p a kars in oma in f l amasi da n m e m il i ki prognosis sa n ga t b u r u k . 6. Ad a t idaknya r ese ptor e stro ge n atau pro ge s t e ron . Adan y a resep t or horm on me n y e b a b k a n prog no s i s sedikit memba i k . Nar nu n , a l a s an un t uk menent u kan keberadaan re s eptor t ersebut ada l a h u ntu k memperkiraka n respons t erhadap terapi . Angka tert i n ggi res p ons seki t ar 80 terh a dap ter a pi antiestr og en ooforektorni atau tamoksi fe n d i t emuk a n pad a pa s ien y an g tumom y a m e rniliki reseptor est r oge n dan pro g esteron . Angka re s pon s y an g lebih rendah 25 hin g ga 45 di t emukan j i ka han y a t erd a p a t s al a h s atu reseptor. Jik a kedu a reseptor tid a k a d a , sa ngat s e dikit kur a ng d a r i 1 p a sien y an g d i perkir a kan berespon s . 7. Laju pro l i f e ra si k a nk e r . P r oliferasi d a p a t d i ukur d a ri hi t un g m i to t ik , fl ow cy tom e tr y, atau dengan pe n anda i munohis t okimia u n tu k protein s i klus se l . H it ung mitotik mer u paka n ba g ian dari sistem p e n e n t u an d eraja t . Meto d e o p ti m al u n tu k mengevaluasi proliferas i be lu m d i ket a hu i pas ti . Laju pr oliferasi y ang t ingg i b e r ka it an d e n gan p r og n os i s y a n g l e b ih b ur u k . 8. An e uploi d i . Kars in oma d e n g a n ka nd unga n DNA a b no r m a l ane upl oidi m e m i li k i prognosis se d ik it l e b ih bur u k diban din gkan dengan ka r si n o m a de - n gan kandun g an DNA serupa deng a n s e l no r ma l . 9. Ek s pr es i ber l ebi han ERBB2. Ek s pre s i berlebih a n pr o t ein t erbungkus membran ini hampir selalu di s ebabk a n oleh amp l ifikasi gen . Oleh karena i t u , ekspresi berlebihan dapat di t entuk a n dengan i rnunoh i stokimia yang mendeteksi protein di potong a n j aringan atau dengan flu o r es c e n ce i n si tu hybr idiza t i on y ang mendeteksi jurnlah s ali n an gen . Eksp r es i berlebihan berka i tan 17 dengan prog n o s is y an g buruk . n amun , makna evaluasi E R B B 2 ad a l a h untuk m e mperki r akan respon s terhad a p antib o di monoklonal terhadap gen i n i Hercep t i n . Ini ada l a h sa l ah sa t u co nt oh awal p engembangan terapi an t ibod i a nt itumor yang d i d asarka n pada kelai n an ge n s p esifik ya n g t er d apat d i tu m o r . H a sil akhir pada ka s us indi v idual s ulit di perkira k a n w alaupun se mu a indik a t o r p r o g nost ik t erse b u t t e l a h dip e rtim ba n gkan . Yan g men ye di h k a n , h anya wakt u ya n g a k an m ene ntuk a n . A n g k a h a r apa n h i d u p 5 t a hun kes e lu r uh a n untuk k a nk e r s t a d i um ada l a h 87 ; untuk s t a d i um II , 75 ; untuk s tadium I I I , 4 6 ; d a n unt u k st a d i um I V, 1 3 . Per lu dic a t a t b a h wa k eka mbuh a n mun g kin timbul b e l a k a n g an , b a h ka n s et e lah 10 t a hun , d a n untuk s eti a p tahun ya n g b er l a lu t anpa penyaki t m e n y ebabkan pro g no s is se m a kin b a ik . Men g apa b e b era p a k a nk e r ber e spon s t er h a dap t e r api s ement a r a ya n g l a in g a ga l ma s ih m e ru pa k a n mist e ri . Y a n g j e l as , tumor ya n g t am p a k se rup a mun g k i n m e m i lik i s ed i kit perbedaa n genetik ya n g saa t ini be lum d apat didet eksi . Na mun , h al i n i t am p ak n y a a ka n beru b a h , k a rena tekn ol o g i chip D N A mi c roarray anal y sis me mun g kin ka n k i ta mem ban din gka n e k spresi r i bu a n g en di s eti a p tumor . Microarray ana l ysis DN A semacam ini t e l a h be r h as il m e n g un g k a pk a n ad a n y a perb e d a an p a da t u mor p ay ud ar a . H a l ini m e - mun g kinkan dikembangkannya t e r a p i ya n g seca ra spesifik ditujukan p a d a k e l ai n a n ge n e tik di s u a tu t umo r .

2.3.4. Gejala klinis

Gejala klinis kanker payudara dapat berupa benjolan pada payudara, erosi atau eksema puting susu, atau berupa perdarahan pada puting susu. Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada putting susu. Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam retraksi, berwarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk peau d’orange, menjadi mengkerut atau timbul borok ulkus pada payudara. Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk dan mudah berdarah. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul kalau tumor sudah 18 besar, sudah timbul borok, atau kalau sudah ada metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak edema pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. Handoyo, 1990

2.4. Faktor risiko kanker payudara

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui, namun terdapat beberapa keadaan yang dianggap dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya kanker payudara. Meskipun demikian, tidak berarti mereka yang tidak memiliki faktor resiko, tidak dapat terkena kanker payudara. Dalam evaluasi klinik, klinisi harus mempertimbangkan dan menanyakan beberapa faktor risiko kanker payudara yang spesifik, yaitu: • Usia Mueler 1978 menyatakan bahwa 50 dari penderita kanker payudara umur 21-50 tahun akan meninggal dalam masa 11,4 tahun dan 50 kelompok umur 51-70 akan meninggal setelah 7,2 tahun. Pada kelompok umur 70 tahun dalam stadium I 50 diantaranya akan meninggal setelah 6 tahun dan 90 setelah 12 tahun. Menurut Baum 1976 hampir seluruh pasien kanker payudara 90-95 akan meninggal dikarenakan penyakitnya kanker payudara dan 5-10 meninggal karena seluruh penyebab.  Pendidikan Tingkat pendidikan sering dihubungkan dengan tingkat pengetahuan individu. Individu yang mempunyai banyak pengetahuan cenderung bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuannya. Begitu juga halnya dalam perilaku kesehatan terutama dalam menanggapi penyakit dan akibat dari penyakit tersebut. Menurut Rosenstoc 1974 dalam Notoadmodjo 1993 sesorang akan melakukan pencegahan terhadap suatu penyakit jika ia benar-benar merasa terancam oleh penyakit tersebut. Jika tidak maka ia tidak akan melakukan apa-apa. Seseorang yang mempunyai pengetahuan dan informasi yang banyak tentang suatu penyakit tentu akan melakukan tindakan yang positif dalam menanggapi kesehatannya seperti cepatnya mencari pengobatan dan mengobati penyakitnya sesuai dengan metode kesehatan yang berlaku. • Genetik – Riwayat keluarga merupakan suatu faktor risiko. Risiko meningkat sampai lebih dari 4 kali jika ibu dan saudara perempuan terkena. Beberapa karakteristik riwayat keluarga yang mendukung peningkatan faktor risiko kanker payudara, diantaranya: 19 • Terdapat dua anggota keluarga atau lebih yang terkena kanker payudara atau kanker ovarium • Terdapat kanker payudara yang terjadi pada usia kurang dari 50 tahun • Keluarga yang terkena kanker payudara maupun kanker ovarium • Terdapat seorang ataupun beberapa orang anggota keluarga dengan 2 jenis kanker. payudara dan ovarium maupun dua kanker payudara yang terpisah • Terdapat anggota keluarga laki-laki yang terkena kanker payudara – Seseorang dari keturunan Yahudi Ashkenazi memiliki faktor risiko dua kali lipat lebih besar. – Wanita-wanita Jepang dan Taiwan memiliki risiko seperlima lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita Amerika. – Mutasi BRCA1 and BRCA2 berhubungan dengan peningkatan risiko. – Penderita Ataxia telangiectasia heterozygote memiliki 4 kali peningkatan faktor risiko. • Korelasi dengan penyakit lain – Risiko meningkat jika didapatkan adanya kanker payudara sebelumnya, kanker ovarium, kanker endometrium, ductal carcinoma in situ, hiperplasia kecuali kalau ringan, fibroadenoma kompleks, radial scar, papillomatosis, adenosis sklerosis, dan adenosis mikroglandular. – Risiko menurun jika terdapat kanker serviks. • Usia menstruasi – Beberapa faktor yang meningkatkan lamanya siklus menstruasi akan meningkatkan risiko, kemungkinan karena adanya peningkatan efek hormon estrogen endogen – Beberapa faktor termasuk 1 nulliparity, 2 hamil pertama saat usia lebih dari 30 tahun, 3 awal menstruasi saat usia kurang dari 13 tahun risiko 2 kali lipat, 4 menopause saat usia lebih dari 50 tahun, dan 5 tidak menyusui. • Obesitas: peningkatan risiko tampaknya terjadi karena konversi jaringan adiposa dari hormon androgen menjadi estrogen. • Kelas sosial ekonomi: Insidensi meningkat pada individu dengan kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi. • Faktor-faktor eksogen – Terapi hormon meningkatkan risiko 1.35 kali untuk 5 tahun atau lebih masa penggunaan, biasanya 5 tahun setelah penghentian pemakaian. 20 – Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko 1.24 kali untuk 10 tahun masa penggunaan, biasanya 10 tahun setelah berhenti. Penggunaan pil progesteron tunggal tidak menunjukkan adanya hubungan dengan peningkatan risiko. – Penggunaan diethylstilbestrol akan meningkatkan risiko. – Konsumsi alkohol dihubungkan dengan peningkatan risiko, utamanya karena dapat meningkatkan kadar estrogen. – Irradiasi, terutama pada waktu dekade pertama, dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. – Paparan dichlorodiphenyldichloroethylene, suatu metabolit insektisida dichlorodiphenyltrichloroethane DDT, meningkatkan risiko. – Paparan terhadap agen-agen virus contohnya: mouse mammary tumor virus dihubungkan dengan peningkatan risiko. 2.5. PENILAIAN KLINIS 2.5.1. Manifestasi Klinis

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan tentang SADARI dan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Madrasah Aliyah Swasta Persatuan Amal Bakti 2 Helvetia Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

9 99 98

Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan

10 124 67

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-40 Tahun Mengenai Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) di Kelurahan Harjosari II Kecamatan Medan Amplas Tahun 2010

0 38 68

Hubungan Usia Dan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang Periksa Payudara Sendiri (Sadari) di Rt 05 Dan Rt 07 Rw 02 Kelurahan Rempoa Tahun 2010

0 6 107

Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Masyarakat Usia 20-45 Tahun Terhadap Penanganan Kanker Payudara Di Kompleks Taman Rempoa Indah RT 07/RW 02

0 23 56

hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan wanita usia 15-55 Tahun tentang tanda dan gejala kanker payudara di kompleks Rempoa Indah RW 02 pada bulan September 2010

0 14 64

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Wanita Tentang Faktor Risiko Kanker Payudara di Rw.02 Kompleks Taman rempoa Indah. Tahun 2010

0 5 74

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN SIKAP TERHADAP PERIKSA Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Sikap Terhadap Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pada Wanita Usia Produktif Di Desa Kalibening.

0 0 17

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG KANKER SERVIK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PADA IBU USIA 35-45 TAHUN DI RW 02 KELURAHAN NGAMPILAN YOGYAKARTA 2010

0 0 8

HUBUNGAN PERSEPSI IBU USIA 20-40 TAHUN TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SERANGAN, RW 02 NOTOPRAJAN, NGAMPILAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Persepsi Ibu Usia 20-40 Tahun Tentang Kanker Payudara Deng

0 0 9