Analisis Data Untuk Hipotesis Pertama

sebesar Rp 0,78 juta. Gambaran selengkapnya mengenai distribusi biaya tidak tetap petani padi di Kecamatan Kebakkramat dapat dilihat dalam tabel 4.20: Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Biaya Tidak Tetap Petani dalam Satu Kali Musim Tanam No Biaya Tidak Tetap Juta Frekuensi Prosentase 1 2 3 4 5 6 Kurang dari 2,0 2,1-4,0 4,1-6,0 6,1-8,0 8,1-10,0 10,1ke atas 28 31 16 2 2 1 35,00 38,75 20,00 2,50 2,50 1,25 Jumlah 80 100,00 Sumber : Data Primer 2007, diolah

2. Analisis Data Untuk Hipotesis Pertama

Analisis ini untuk mengetahui diskripsi keuntungan dari usaha tani padi di Kecamatan Kebakkramat, diketahui dengan mendiskripsikan seberapa besar tingkat penerimaan total dan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan total diperoleh dari jumlah produksi padi dikalikan dengan harga per kilogramnya, sedangkan biaya produksinya diperoleh dengan banyaknya input dikalikan dengan harganya. Biaya produksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar input-input tetap dalam proses produksi. Biaya ini biasanya dikeluarkan ketika pertama kali berproduksi yang jumlahnya tetap sampai range output tertentu. Berdasarkan perolehan data, yang termasuk biaya tetap adalah biaya sewa tanah. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali meproduksi padi. Biaya ini merupakan biaya variabel karena jumlahnya berubah-ubah sesuai input yang digunakan. Berdasarkan hasil perolehan data, yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Biaya bibit merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit dikali harga, diukur dalam satuan rupiah, biaya pupuk merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk dikali harga, diukur dalam satuan KgRp, biaya pestisida merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida, diukur dalam satuan botolLiterRp, biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja opportunity cost dalam satu kali produksi, diukur dalam satuan HOKRp, dengan asumsi semua tenaga kerja yang digunakan adalah dibayar. Biaya lain-lain adalah biaya yang berkaitan dengan pengairan sawah, seperti biaya pompa air dan biaya Darmo Tirto, diukur dalam satuan rupiah. Analisis keuntungan dihitung dengan memasukkan biaya tetap dan semua input diperoleh dengan membeli. Hasil analisis data menunjukkan bahwa usaha tani padi di Kecamatan Kebakkramat menguntungkan. Kondisi ini terlihat dari besarnya penerimaan total yang melebihi biaya totalnya. Penerimaan total dari usaha tani padi ini rata-rata sebesar Rp 8.568.562,5,-, sedangkan biaya totalnya rata-rata Rp 4.691.545,0,- sehingga keuntungan yang didapat dalam satu kali produksi rata-rata sebesar Rp 3.877.017,5,-. Biaya total rata-rata sebesar Rp 4.691.545,0,- merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap, yaitu masing-masing sebesar Rp 1.675.776,9,- dan Rp 3.015.768,1,-. Biaya tidak tetap tertinggi adalah biaya untuk biaya tenaga kerja. Rincian mengenai tingkat keuntungan diperoleh dapat dilihat dalam tabel 4.21: Tabel 4.21 Hasil Rata-rata Perhitungan Keuntungan Usaha Tani Padi di Kecamatan Kebakkramat Keterangan Jumlah Penerimaan Total TR Rp 8.568.562,5,- Biaya Total TC Rp 4.691.545,0,- 1 Biaya Tetap BT Rp 1.675.776,9,- Biaya Sewa Tanah Rp 1.675.776,9,- 2 Biaya Tidak Tetap BTT Rp 3.015.768,1,- Biaya Bibit Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya Tenaga Kerja Biaya Lain-lain Rp 147.912,5,- Rp 763.493,1,- Rp 117.312,5,- Rp 1.436.393,8,- Rp 550.656,3,- Keuntungan Rp 3.877.017,5,- Sumber : Data Primer, 2007, diolah. Apabila penghitungan di atas dibandingkan dengan rata-rata produksi padi Kabupaten Karangannyar dengan menggunakan standar luas lahan per satu Ha, maka hasilnya dapat dilihat dalam tabel 4.22: Tabel 4.22 Perbandingan Produksi Padi Per 1 Ha Rata-Rata Produksi Padi Kabupaten Karangannyar Rata-Rata Produksi Padi Petani Sampel Kebakkramat Keterangan Jumlah Harga per satuan Rp Nilai Rp Jumlah Harga Nilai Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja Sewa tanah Lain-lain 25 Kg 1050 Kg 19 L 179 HOK 1 Ha 5.000 1.470 8.800 13.602 3.000.000 125.000 1.543.000 166.000 2.437.000 3.000.000 195.000 39 Kg 746 Kg 22 L 185 HOK 1 Ha 6.100 1.650 8.600 12.500 2.702.865 238.569 1.231.440 189.214 2.316.764 2.702.865 888.105 Total biaya 7.466.000 7.566.957 Produksi 6.000 Kg 2.000 12.000.000 6581 Kg 2100 13.820.100 Total keuntungan = Rp 12.000.000,- – Rp 7.466.000,- = Rp 4.534.000,- Total keuntungan = Rp 13.820.100,- – Rp 7.566.957,- = Rp 6.253.143,- Sumber: Kantor Dinas Pertanian, 2007, diolah Berdasarkan tabel 4.22 dapat disimpulkan rata-rata produksi petani sampel pada kasus di Kecamatan Kebakkramat mempunyai tingkat keuntungan yang lebih besar yaitu selisih Rp 1.719.143,-, meskipun dengan selisih biaya total hanya Rp 100.957,-. Hal ini berarti tingkat produktifitas petani sampel lebih besar sehingga keuntungan yang didapat juga lebih besar.

3. Analisis Data Untuk Hipotesis Kedua