pengembangan kawasan agropolitan dapat diperoleh walaupun itu informasi yang didapat belum lengkap. Karena, belum ada alternatif
sumber informasi lain yang dapat memberikan gambaran tentang bagaimana mengembangakan kawasan agropolitan.
e. Pendidikan Non Formal Pendidikan non formal merupakan jenjang pendidikan yang
pernah ditempuh petani diluar pendidikan formal. Tabel 12 menunjukkan, mayoritas petani 86,7 menyatakan pengaruh
pendidikan non formal terhadap pengembangan kawasan agropolitan tergolong sedanng.
Hal ini dikarenakan petani pernah mengikuti pendidikan non formal tetapi baru sebatas pada kunjungan ke daerah lain yang dirasa
berhasil dalam mengembangkan wortel serta frekuensi mengunjungi daerah tersebut 1-2 kali dalam setahun. Seharusnya pendidikan formal
tidak sebatas pada kunjungan saja, tetapi lebih dari itu yaitu kursus- kursus atau keterampilan-ketarampilan yang dirasa dapat mendukung
pengembangan kawasan agropolitan.
2. Sikap Petani Wortel Terhadap Program Pengembangan Kawasan
Agropolitan
a. Sikap Petani Terhadap Tujuan Program Sikap petani terhadap tujuan program merupakan tanggapan
petani terhadap program pengembangan kawasan agropolitan. Dengan adanya program pengembangan kawasan agropolitan memberikan
peningkatan pada produktivitas wortel, pendapatan petani, perbaikan pemasaran hasil, peningkatan pengetahuan dan peningkatan
keterampilan petani. Sebagaimana data yang tersaji pada tabel 12, sikap petani wortel
terhadap tujuan program pengembangan kawasan agropolitan rata-rata 11,27 rendah. Hal ini disebabkan dengan adanya program
pengembangan kawasan agropolitan belum memberikan pengaruh yang besar kepada petani dalam hal ini adalah peningkatan
pendapatan dan
perbaikan pemasaran.
Karena program
pengembangan kawasan yang mulanya bertujuan untuk peningkatan produktivitas, perbaikan pemasaran, peningkatan pendapatan,
peningkatan pengetahuan serta peningkatan ketrampilan belum berhasil dicapai karena masih kurangnya dana atau permodalan dalam
mengembangkan kawasan tersebut. Saat ini kawasan agropolitan baru difungsikan sebagai tempat
pencucian wortel semata dan sebagai tempat singgah atau istirahat. Dikatakan sebagai tempat istirahat karena dalam kawasan tersebut
hanya terdapat kios-kios makanan serta tempat penjualan “onderdil”
motor sehingga tujuan dari pengembangan kawasan agropolitan belum tercapai secara optimal. Kawasan agropolitan tadinya
diperuntukan bagi petani untuk menjual hasil pertanianya. Beralihfungsinya tempat tersebut dikarenakan petani belum sanggup
menyewa kios yang ada di kawasan agropolitan karena pendapatan petani yang fluktuatif sehingga petani tidak mampu menyewa dengan
harga yang ditetapkan oleh pihak pengembang. Diharapkan ada pengawasan dari berbagai pihak untuk menindaklanjuti program
tersebut. b. Sikap Petani Terhadap Pelaksanaan Program
Sikap petani terhadap pelaksanaan program merupakan tanggapan petani akan keikutsertaan dari berbagai pihak baik
pemerintah daerah dan petani itu sendiri dalam mengembangkan kawasan agropolitan yang ada di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan tabel 12, sikap petani terhadap pelaksanaan
program pengembangan kawasan agropolitan rata-rata 9,10 sedang. Hal ini dikarenakan dalam setiap tahapan kegiatan terkait dengan
pengembangan kawasan agropolitan petani utamanya petani wortel mulai
diikutkan dalam
kegiatan yang
berkaitan dengan
pengembangan kawasan agropolitan. Walaupun sebagian kecil petani
saja yang diikutkan yaitu ketua kelompok tani atau perwakilan dari kelompok tani di masing-masing daerah dan perwakilan dari
pedagang. Sehingga banyak dari petani yang merasa belum diikutsertakan dalam kegiatan pelaksanaan program pengembangan
kawasan agropolitan. c. Sikap Petani Terhadap Hasil Program
Sikap petani terhadap hasil program merupakan tanggapan petani akan hasil dari program pengembangan kawasan agropolitan
yaitu terbangunnya STA Sub Terminal Agribisnis yang berpusat di Watusambang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan tabel 12, sikap petani terhadap hasil program dari pengembangan kawasan agropolitan rata-rata 5,67 sedang. Hal ini
dikarenakan dengan dibangunnya STA yang tadinya sebagai tempat pemasaran hasil yaitu bertransaksi jual beli sayuran serta sebagai
tempat wisata belum berfungsi secara optimal. Salah satu pengelola dari STA menyatakan hal tersebut belum bisa terwujud karena masih
terdapat kendala dalam merenovasi bangunan serta sistem yang ada sehingga STA saat ini hanya difungsikan sebagai tempat pencucian
wortel saja dan dalam hal lain STA difungsikan sebagai tempat berjualan makanan serta onderdil motor. Ini dikarenakan pihak yang
mampu menyewa kios yang ada di STA baru pedagang tersebut dan untuk petani sendiri belum mampu untuk menyewa kios yang ada di
STA tersebut sehingga dialih fungsikan.Tetapi ada sebagian petani dan pedagang pengumpul serta pedagang besar yang memanfaatkan
STA tersebut sebagai tempat pencucian wortel petani ketika musim panen tiba.
C. Hubungan antara Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Petani