Penentuan kurva sorpsi isothermis Penentuan model sorpsi isothermis ChirifeIglesias 1978 Uji Ketepatan Model Isse et al 1983

karena masing-masing jenis garam menghasilkan tingkat kejenuhan yang berbeda. Jenis garam yang digunakan dan nilai RH yang dihasilkan, disajikan dalam tabel 3. Tabel 3 Jenis dan RH garam jenuh yang digunakan No Jenis garam Jumlah g Air ml RH 1 NaOH 60 100 6,9 2 KI 180 100 69 3 NaCl 50 100 75,5 4 KCl 50 100 84 5 BaCl 2 60 100 90,3 6 KNO 3 50 100 93 7 K 2 SO 4 50 100 97 Sampel disimpan hingga mencapai berat konstan. Berat dikatakan konstan apabila selama 3 kali penimbangan berturut-turut menghasilkan selisih 2 mg per gram sampel untuk garam dengan RH 90 NaOH, KI, NaCl, KCl dan 10 mg per gram untuk garam dengan RH 90 BaCl 2 , KNO 3 , K 2 SO 4 . Semakin besar perbedaan nilai aw antara bahan dan lingkungan maka akan semakin lama mencapai berat konstan. Sampel yang telah mencapai berat konstan pada RH tertentu, kemudian diukur kadar air kesetimbangan dengan metode oven biasa. Kadar air dinyatakan dalam basis kering bk.

3. Penentuan kurva sorpsi isothermis

Kurva sorpsi isothermis dibuat seteleh ditentukan kadar air kesetimbangan sampel pada masing-masing RH. Kurva sorpsi dibuat dengan cara memplotkan nilai aw atau kelembaban relatif lingkungan RH larutan garam jenuh pada sumbu x dengan kadar air kesetimbangan pada sumbu y.

4. Penentuan model sorpsi isothermis ChirifeIglesias 1978

Kurva Sorpsi juga dibuat dalam beberapa persamaan model yaitu model Hasley, Chen-Clayton, Henderson, Oswin dan Caurie. Persamaan yang dipilih dalam menentukan model sorpsi isothermis adalah persamaan-persamaan yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan, mempunyai parameter kurang atau sama dengan tiga, serta dapat digunakan pada jangkauan relatif yang lebar 0-90 sehingga dapat mewakili ketiga daerah pada kurva sorpsi isothermis. Modifikasi model- model sorpsi isothermis adalah sebagai berikut: 1 Persamaan Hasley Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b Log [ ln1aw] = log P1 – log P2 Dimana: y = Log [ ln1aw] x = log Me a = log P1 b = -P2 2 Persamaan Chen-Clayton Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b Ln [ ln1aw ] =ln P1 – P2 Me Dimana: y = ln [ ln1aw ] x = Me a = ln P1 b = -P2 3 Persamaan Henderson 1 – aw = exp [ - KMe n ] Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b Log [ ln11-aw] = log K + nlog Me Dimana: y = Log [ ln11-aw] x = log Me a = log K b = n 4 Persamaan Caurie Ln Me = ln P1 – P2aw Dimana: y = ln Me x = aw a = ln P1 b = P2 5 Persamaan Oswin Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b Ln Me = ln P1 + P2 ln [aw1-aw] Dimana: y = ln Me x = ln [aw1-aw] a = ln P1 b = P2

5. Uji Ketepatan Model Isse et al 1983

Uji ketepatan model dilakukan dengan menghitung nilai Mean Relatif Determination MRD pada setiap persamaan. Nilai MRD digunakan untuk mengetahui model persamaan yang paling tepat atau mendekati persamaan sorpsi isothermis. Rumus MRD adalah sebagai berikut: Dimana: mi = kadar air hasil percobaan mpi = kadar air hasil perhitungan n = jumlah data Jika nilai MRD kurang dari 5 MRD5 , model sorpsi isotermis pada persamaan tersebut dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Jika nilai menunjukkan 5MRD10, maka model tersebut agak tepat. Jika nilai MRD10 maka model tersebut tidak tepat mengggambarkan sorpsi isothermis yang sebenarnya.

6. Penentuan kemiringan kurva slope