karena masing-masing jenis garam menghasilkan tingkat kejenuhan yang berbeda. Jenis garam yang digunakan dan nilai RH yang dihasilkan,
disajikan dalam tabel 3. Tabel 3 Jenis dan RH garam jenuh yang digunakan
No Jenis garam
Jumlah g Air ml
RH 1 NaOH
60 100
6,9 2 KI
180 100 69
3 NaCl 50 100
75,5 4 KCl
50 100 84
5 BaCl
2
60 100
90,3 6 KNO
3
50 100
93 7 K
2
SO
4
50 100
97 Sampel disimpan hingga mencapai berat konstan. Berat dikatakan
konstan apabila selama 3 kali penimbangan berturut-turut menghasilkan selisih 2 mg per gram sampel untuk garam dengan RH 90 NaOH,
KI, NaCl, KCl dan 10 mg per gram untuk garam dengan RH 90 BaCl
2
, KNO
3
, K
2
SO
4
. Semakin besar perbedaan nilai aw antara bahan dan lingkungan maka akan semakin lama mencapai berat konstan.
Sampel yang telah mencapai berat konstan pada RH tertentu, kemudian diukur kadar air kesetimbangan dengan metode oven biasa. Kadar air
dinyatakan dalam basis kering bk.
3. Penentuan kurva sorpsi isothermis
Kurva sorpsi isothermis dibuat seteleh ditentukan kadar air kesetimbangan sampel pada masing-masing RH. Kurva sorpsi dibuat
dengan cara memplotkan nilai aw atau kelembaban relatif lingkungan RH larutan garam jenuh pada sumbu x dengan kadar air kesetimbangan
pada sumbu y.
4. Penentuan model sorpsi isothermis ChirifeIglesias 1978
Kurva Sorpsi juga dibuat dalam beberapa persamaan model yaitu model Hasley, Chen-Clayton, Henderson, Oswin dan Caurie. Persamaan
yang dipilih dalam menentukan model sorpsi isothermis adalah persamaan-persamaan yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan,
mempunyai parameter kurang atau sama dengan tiga, serta dapat digunakan pada jangkauan relatif yang lebar 0-90 sehingga dapat
mewakili ketiga daerah pada kurva sorpsi isothermis. Modifikasi model- model sorpsi isothermis adalah sebagai berikut:
1 Persamaan Hasley
Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b
Log [ ln1aw] = log P1 – log P2 Dimana: y = Log [ ln1aw]
x = log Me a = log P1
b = -P2 2 Persamaan Chen-Clayton
Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b
Ln [ ln1aw ] =ln P1 – P2 Me Dimana: y = ln [ ln1aw ]
x = Me a = ln P1
b = -P2 3 Persamaan Henderson
1 – aw = exp [ - KMe
n
] Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam
bentuk umum: y = ax+b Log [ ln11-aw] = log K + nlog Me
Dimana: y = Log [ ln11-aw] x = log Me
a = log K b = n
4 Persamaan Caurie Ln Me = ln P1 – P2aw
Dimana: y = ln Me x = aw
a = ln P1 b = P2
5 Persamaan Oswin
Persamaan diubah menjadi persamaan garis lurus dalam bentuk umum: y = ax+b
Ln Me = ln P1 + P2 ln [aw1-aw] Dimana: y = ln Me
x = ln [aw1-aw] a = ln P1
b = P2
5. Uji Ketepatan Model Isse et al 1983
Uji ketepatan model dilakukan dengan menghitung nilai Mean
Relatif Determination MRD pada setiap persamaan. Nilai MRD digunakan untuk mengetahui model persamaan yang paling tepat atau
mendekati persamaan sorpsi isothermis. Rumus MRD adalah sebagai berikut:
Dimana: mi = kadar air hasil percobaan
mpi = kadar air hasil perhitungan n
= jumlah data Jika nilai MRD kurang dari 5 MRD5 , model sorpsi isotermis
pada persamaan tersebut dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Jika nilai menunjukkan 5MRD10, maka model tersebut
agak tepat. Jika nilai MRD10 maka model tersebut tidak tepat mengggambarkan sorpsi isothermis yang sebenarnya.
6. Penentuan kemiringan kurva slope