Perubahan proses Process Change

78 Gambar 42. Pemanfaatan dan penghematan air dari proses separator Keterangan: --- proses pemanfaatan daur ulang air sisa dari separator b. Produksi produk samping yang bermanfaat Creation of useful by-product Tidak adanya kendala dalam pemanfaatan limbah padat industri tapioka bukan berarti seluruh industri tersebut telah melakukan pemanfaatan limbah padat sebagai produk turunan. Hal ini terjadi karena limbah padat industri tapioka berupa onggok sudah memiliki nilai ekonomi tanpa harus dilakukan pengolah- an terlebih dahulu dan banyak pihak ketiga yang bersedia membeli limbah padat ini untuk berbagai keperluan. Nilai ekonomi dari onggok ini cukup tinggi yaitu sekitar Rp. 400,-kg untuk onggok basah dengan kualitas rendah dan dapat mencapai harga Rp. 1.000,-kg untuk onggok dengan kualitas tinggi dan kadar kekeringan tertentu. 79 Untuk limbah padat berupa kulit biasanya hanya dimanfaatkan sebagai urugan ataupun dibakar. Dengan demikian tentunya nilai manfaat yang didapat tidak maksimal karena sebenarnya nilai manfaat dari limbah padat kulit tersebut dapat lebih ditingkatkan misalnya dengan cara menggunakannya sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh industri tapioka E, penggunaan pupuk organik pada tanaman ubikayu dapat meningkatkan produksi hingga 10 tonha dan dapat mensubtitusi kebutuhan penggunaan pupuk kimia hingga 2 kwintalhatahun. Pembuatan pupuk organik didasarkan kepada : a Limbah padat setiap hari dikeluarkan dalam jumlah besar b Produktivitas kesuburan, fisik, biologis lahan pertanian di Lampung terus menurun. c Harga pupuk kimia makin tinggi d Keberadaan pupuk kimia sulit diperoleh e Teknologi pembuatan pupuk organik relatif mudah Dalam proses pembuatan pupuk organik diperlukan bahan penolong berupa Kaptan yang berfungsi untuk menikan pH dan EM 4 yang merupakan kultur tanaman untuk mempercepat proses pengomposan. Limbah kulit ubikayu, onggok rusak meniran yang akan dikomposkan sebelumnya dibasahi terlebih dahulu dengan air lalu disiram dengan larutan EM 4 dan kaptan. Komposisi pembuatan pupuk organik dari kulit ubikayu dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Komposisi Pupuk Organik dari Kulit Ubikayu Uraian Jumlah  Kulit Ubikayu  Onggok Rusak meniran  Kaptan  EM 4 1.000 kg 1.000 kg 100 kg 2 liter Selanjutnya dilakukan proses fermentasi selama 30 hari. Bahan yang telah terdekomposisi karena pengomposan menjadi lebih hitam, seperti pada Gambar 43. Limbah meniran yang terdiri dari kulit, bonggol, dan serpihan ubikayu sisa hasil ekstraksi yang telah dipisahkan dengan tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. 80 Gambar 43. Pupuk organik setelah proses dekomposisi selama 30 hari Limbah meniran ubikayu terdiri dari kulit 80 serta bonggol dan serpihan ubi 20. Limbah meniran dapat diberikan pada ternak karena kandungan nutrisi didalamnya yang cukup tinggi. Menurut Hikmiyati, et al. 2009, limbah kulit ubikayu dapat menjadi sumber pakan ternak ruminansia karena kulit ubikayu memiliki kandungan nutrisi yang lengkap yaitu serat, karbohidrat, lemak, protein dan mineral makro. Gambar 44. Kegiatan peternakan penggemukan sapi di industri tapioka A. Limbah meniran yang sudah dipisahkan dengan tanah memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Harga limbah meniran jika dijual kepada peternak adalah Rp.200.000,00ton. Peminat limbah meniran tersebut umumnya peternak- peternak besar dengan kegiatan usaha yang sama yaitu penggemukan sapi potong. 81 Gambar 45. Pakan meniran yang sudah dipisahkan dengan tanah Kontribusi meniran ubikayu pada pakan ternak adalah sebesar 70,58 dari total pakan campuran, sisanya adalah pakan pelet 23,53, dan bungkil sawit atau hijauan 5,88. Sistem pemberian pakan diberikan secara bersamaan dengan mencampur ketiga jenis pakan tersebut. Metode End of Pipe Metode end of pipe dilakukan untuk mengelola air limbah yang dihasilkan oleh industri tapioka agar air yang dikeluarkan tidak berbahaya atau mencemari lingkungan. Air limbah yang dihasilkan setiap harinya mengandung senyawa asam sianida HCN, sehingga perlu ditangani sebelum dibuang langsung ke sungai. Penanganan tersebut dapat dilakukan dengan membuat bak penampung air limbah. Selanjutnya limbah dilakukan perlakuan penambahan kapur tohor sehingga kandungan asam sianida pada limbah dapat diturunkan sehingga pH limbah netral. Pengolahan air limbah secara anaerobik dalam kolam terbuka juga sangat potensial menghasilkan gas-gas rumah kaca terutama gas metana dan karbon dioksida. Berkenaan dengan itu, pemanfaatan air limbah agroindustri tapioka akan sangat membantu pemenuhan kebutuhan energi dari sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Selain itu penggunaan energi tersebut juga akan dapat mencegah pencemaran tanah dan air serta dapat mengurangi dampak pemanasan global akibat emisi gas-gas rumah kaca. 82 Sistem CIGAR dengan mengisolasi kolam anaerobik dengan plastik jenis HDPE High Density Poly Ethylene, sehingga gas metana dapat diakumulasi merupakan salah satu solusi dalam mengolah air limbah industri tapioka sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan dan gas metana yang dihasilkan dapat dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif yang terbarukan. Agroindustri tapioka umumnya menggunakan minyak dieselsolar atau batubara sebagai sumber energinya, baik untuk kebutuhan listrik maupun unit pengering. Ada juga yang menggunakan listrik PT. PLN sebagai sumber energi utamanya. Penggunaan energi listrik industri tapioka A tidak dapat dihitung secara detail, karena penggunaan listrik pada industri tapioka A bercampur dengan kegiatan usaha yang lainnya seperti pengeringan jagung, pembuatan tepung mocaf, penggemukan sapi, dan aktivitas rumah tangga. Selain itu, informasi data konsumsi listrik juga sulit diperoleh dari industri tapioka A. Sedangkan industri tapioka skala besar yang dapat diperoleh secara detail selama satu tahun adalah industri tapioka D. Indeks energi listrik yang digunakan untuk proses produksi industri tapioka sebesar 210 kWhton tapioka sehingga apabila dihasilkan produk tapioka sebesar 190,02 ton maka energi yang dibutuhkan sebesar 39.904,2 kWh. Sumber energi yang digunakan berasal dari listrik dan BBM. Energi listrik ini digunakan untuk proses pencacahan dan pemarutan, serta separator, sedangkan proses pengeringan menggunakan oven dengan energi dari BBM. Proses pencacahan dan pemarutan membutuhkan energi listrik sebesar 9.362,69 kWh, proses pengurangan air dalam separator membutuh-kan energi sebesar 17.761,96 kWh, dan proses pengeringan sampai dengan pengemasan produk membutuhkan energi sebesar 12.779,57 kWh. Apabila dalam sehari industri tapioka mengolah 800 ton ubikayu dan meng- hasilkan 3,76 m 3 air limbahton ubikayu dengan nilai COD rata-rata sebesar 18.000 mgL, jika diasumsikan bahwa 1 kg COD Removal akan menghasilkan 0,35 m 3 CH 4 Tchobanoglous, 1991, maka air limbah pabrik tapioka akan meng- hasilkan 18.950 m 3 CH 4 hari atau sebesar 31.584 m 3 gashari. 83 Gambar 46. Neraca energi industri tapioka Hasil perhitungan asumsi produksi energi listrik yang dapat dihasilkan dari air limbah industri tapioka sebesar 47.221,75 kWh, sehingga bila dimanfaatkan untuk proses produksi industri tapioka tahap pencacahan dan pemarutan, serta separator 2 tahap sangat mencukupi dari energi yang dibutuhkan sebesar 27.124,63 kWh. Tabel 16. Perhitungan asumsi energi listrik yang dihasilkan dari biogas Rincian Satuan Nilai Produksi Ubikayu tonhari 800 Produksi air limbah m 3 ton ubikayu 3,76 Total air Limbah yg dihasilkan m 3 3.008 Asumsi 1 kg COD Removal Tchobanoglous, 1991 m 3 CH 4 0,35 COD rata-rata mgL 18.000 Konsentrasi CH4 60 Produksi Gas Metana m 3 CH 4 hari 18.950,4 Produksi Biogas m 3 Biogashari 31.584 Kalor biogas CH4+CO2 MJm 3 35,9 Produksi kalor MJ 680.319,4 Konversi MJ ke kWh kWhMJ 0,277778 Produksi kalor kWh 188.887 Efisiensi energi 25 Produksi kalor riil kWh 47.221,75 Pencacahan dan pemarutan Energi listrik 9.362,69 Kwh 800 ton ubikayu Seperator 2 tahap Energi Listrik 17.761,96 Kwh Pengeringan Pengemasan Energi Listrik 12.779,57 Kwh Tapioka 190.02 ton 84 Menurut Kurtubi 2006 dalam Purwati 2010, 1 kWh energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit tenaga diesel memerlukan bahan bakar solar antara 0,27-0,32 liter. Dengan kisaran tersebut, maka diasumsikan bahwa setiap 1 kWh listrik yang dihasilkan akan memerlukan 0,30 liter solar. Bila kelebihan energi sebesar 20.097,12 kWh dikonversikan ke bahan bakar solar, maka akan setara dengan 6.029,14 liter solar. Konsumsi energi untuk proses pengeringan meng- gunakan oven sebesar 12.779,57 kWh, bila dikonversi menjadi bahan bakar solar maka akan setara dengan 3.833,87 liter solar. Kebutuhan BBM tesebut dapat terpenuhi sebesar 100 dari sisa kelebihan energi sebelumnya. Biaya yang di- butuhkan untuk membeli BBM industri tapioka sebanyak 3.833,97 liter atau sebesar Rp.25.303.548,- asumsi harga BBM industri Rp.6.600L.dapat dihemat dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan ini. Kelebihan energi sebesar 7.317,55 kWh atau 2.195,27 liter solar ini dapat digunakan untuk aktivitas lain di sekitar lokasi industri seperti aktivitas kantor, perumahan dan penerangan. Selanjutnya untuk memperoleh nilai ekonomi dari kelebihan energi yang dihasilkan sebesar 7.317,55 kWh atau 2.195,27 liter solar ini dapat dikonversikan menjadi nilai ekonomi sebesar Rp. 14,488,749.00,- asumsi harga BBM industri Rp.6.600L. Pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar terbarui juga menghasilkan manfaat lingkungan berupa berkurangnya reduksi CO 2 yang terlepas ke lingkungan. Industri tapioka A yang telah menerapkan sistem CIGAR dengan mengisolasi kolam anaerobik dengan plastik jenis HDPE High Density Poly Ethylene, sehingga gas metana yang dapat diakumulasi merupakan salah satu solusi dalam mengolah air limbah industri tapioka sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran yang ditimbulkan dan emis gas yang dihasilkan. Berkurangnya emisi CO 2 yang dilaku- kan oleh industri tapioka A digunakan perhitungan sebagai berikut : Baseline Emisi BE = BE ww tread + BE y power = 5.038,02 + 31,80 = 5.069,82 tonCO 2 e Project Emisi PE = 10 dari nilai BE asumsi untuk industri kecil = 5.069,82 x 10 = 506,982 tonCO 2 e Reduksi Emisi CO 2 = BE - PE = 5.069,82 tonCO 2 e – 506,982 tonCO 2 e = 4.562,84 tonCO 2 e 85 Pemanfaatan gas metana sebagai energi terbarukan juga menghasilkan manfaat lingkungan dengan berkurangnya reduksi gas CO 2 yang terlepas ke udara. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode IPCC 2006 yang telah dilakukan, berkurangnya gas CO 2 dari hasil dekomposisi air limbah di Industri tapioka A selama tahun 2010 adalah sebesar 4.562,84 tCO 2 e. Dengan demikian, dalam satu tahun pengolahan air limbah dapat menggurangi potensi pemanasan global yang cukup besar dengan berkurangnya gas CO 2 sebesar 4.562,84 tCO 2 e hanya dalam satu tahun saja. Selain keuntungan tersebut, karena kegiatan pemanfaatan air limbah sebagai bahan bakar yang renewable ini termasuk suatu usaha baru dalam upaya pengurangan emisi carbon sehingga dapat diajukan sebagai proyek CDM clean Development Mekanisme. Dengan proyek CDM ini, apabila disetujui maka perusahaan dapat memperoleh CER Credit Emission Reduction dari upaya pengurangan carbon yang terlepas ke lingkungan. CERs yang diterima oleh perusahaan dari pemanfaatan tersebut berkisar antara 5€ sd 15 € untuk setiap ton carbon yang direduksi Doc. PDD BAJ, 2007. Perhitungan estimasi CERs yang diperoleh menggunakan kurs tengah BI pada tanggal 22 Maret 2011 dengan harga Rp. 12.353,30 per 1€. Dengan harga tersebut, maka manfaat ekonomi tambahan yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut: CERs = = 4.562,84 t CO 2 e x 5€ sd 15€ Rp. 281.830.656,- sd Rp. 845.491.970,- Berdasarkan perhitungan tersebut, apabila disetujui oleh proyek CDM maka perusahaan dapat memperoleh CER Credit Emission Reduction dari upaya pengurangan carbon yang terlepas ke lingkungan melalui methane capture berkisar antara Rp Rp. 281.830.656, - sd Rp. 845.491.970, -. Dengan pemanfaatan sebagian air limbah yang telah dilakukan proses pengolahan sebagai air proses dan pemanfaatan gas-gas yang dihasilkan sebagai bahan bakar alternatif, maka manfaat lingkungan yang dapat diperoleh antara lain dapat menurunnya volume air limbah yang terbuang ke lingkungan badan air, dapat mengurangi beban pencemaran lingkungan yang ditimbulkan industri tapioka, mengurangi gangguan lingkungan berupa kebauan yang ditimbulkan oleh 86 munculnya gas akibat proses dekomposisi pada proses pengolahan air limbah dengan sistem biologi pada secara anaerobik. Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih Industri Tapioka Studi kelayakan dilakukan mencari alternatif-alternatifopsi-opsi produksi bersih yang diberikan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan. Studi kelayakan yang dievaluasi meliputi studi kelayakan teknis, studi kelayakan ekonomi dan studi kelayakan lingkungan. Tujuan dari studi kelayakan tersebut adalah untuk menentukan opsi-opsi produksi bersih yang mungkin diterapkan atau tidak pada industri tapioka, bila ditinjau dari kemudahan dalam melaksanakan, opsi biaya dan manfaat bila opsi itu diterapkan serta dampaknya terhadap lingkungan setelah opsi tersebut diterapkan. Hasil Studi kelayakan opsi produksi bersih disajikan pada Tabel 17. Berdasarkan pada Tabel 17. tersebut, dapat terlihat bahwa opsi pemanfaatan limbah-limbah padat yang dihasilkan menduduki prioritas pertama, pertimbangan tersebut diambil berdasarkan kepada: 1. Secara ekonomis, pemanfaatan limbah padat untuk kepentingan lain dapat memberi penghasilan tambahan bagi perusahaan meskipun pemanfaatan limbah tidak dilakukan secara langsung oleh perusahaan melainkan dengan menjualnya kepada pihak lain. 2. Secara teknis, untuk memanfaatkan limbah padat tersebut memang bagi perusahaan cukup sulit untuk dilaksanakan, oleh karena itu, perusahaan dapat menjual limbah tersebut kepada pihakperusahaan lain agar dapat dimanfaatkan. Berdasarkan hasil wawancara secara mendalam, hal tersebut biasa terjadi pada industri tapioka yang menyerahkan limbah padat berupa onggok kepada pihak ke-3. Masyarakat yang memanfaatkan limbah padat berupa onggok merupakan pihak ke-3 yang melakukan pengelolaan secara manual. Onggok yang dimanfaatkan oleh masyarakat mempunyai kualitas rendah dengan kondisi basah. Masyarakat memanfaatkannya dengan me- ngeringkan onggok tersebut menggunakan bantuan sinar matahari sehingga memerlukan waktu yang lama dan prosesnya terjadi proses dekomposisi. 87 Tabel 17. Studi Kelayakan Opsi Produksi Bersih pada Industri Tapioka Proses Masalah Solusi Produksi Bersih Manfaat Ekonomi Manfaat Lingkungan Pengupasan dan Pencucian Ubikayu Pemakaian air yang berlebihan pada proses pencucian Pencucian 2 tahap dengan menggunakan air sisa proses ekstraksi dan air dari separator Mengurangi biaya penggunaan air Mengurangi pencemaran akibat air limbah Pencemaran karena limbah padat Memanfaatkan limbah kulit ubikayu untuk kepentingan lain pupuk Meningkatkan pendapatan Mengurangi pencemaran akibat limbah padat Pencemaran karena air limbah Memanfaatkan air limbah untuk biogas Meningkatkan pendapatan Mengurangi pencemaran akibat air limbah Pemarutan Loss akibat proses pemarutan Mengumpulkan hasil parutan yang tercecer Meningkatkan rendemen Penyaringan Pencemaran karena limbah padat Memanfaatkan limbah ampas onggok untuk kepentingan lain Meningkatkan pendapatan Mengurangi pencemaran akibat limbah padat Ekstraksi Pati Pencemaran karena air limbah Menggunakan kembali air sisa proses separator untuk proses pencucian Efesiensi air Mengurangi pencemaran akibat limbah Memanfaatkan limbah untuk biogas Meningkatkan pendapatan Loss akibat proses ekstraksi pati Mengumpulkan pati yang tertinggal Meningkatkan rendemen Pengemasan Pencemaran udara karena tepung kasar yang beterbangan Mengumpulkan kembali tepung- tepung kasar tersebut Meningkatkan rendemen Mereduksi polusi udara Penggunaan masker Kesehatan pekerja Berdasarkan sudut pandang lingkungan dengan memanfaatkan limbah padat tersebut dengan tidak dibuang ke lingkungan sehingga pencemaran akibat limbah padat dapat dikurangi. Memanfaatkan onggok sebagai bahan baku pembuatan asam sitrat dan pupuk organik merupakan salah satu alternatif pemanfaatan 88 limbah padat. Manfaat lingkungan yang diterima adalah berkurangnya gangguan lingkungan yang muncul berupa kebauan dan pencemaran lingkungan dari lindi yang muncul dari tumpukan onggok. Kebauan dari lindi muncul akibat terjadinya proses dekomposisi penguraian oleh bakteri dari tumpukan onggok yang tidak langsung dilakukan pengelolaan. Pemanfaatan limbah padat berupa kulit dan meniran sebagai pupuk organik dapat mensubtitusi penggunaan pupuk kimia. Aplikasi pupuk organik di lahan dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan unsur hara pada tanah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh salah satu industri tapioka, perbaikan unsur hara tanah tersebut dapat meningkatkan produksi ubikayu hingga 10 tonha tahun. Selain itu dapat menekan aktivitas serangga hama dan mikroorganisme patogen yang dapat meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi. Hasil penentuan opsi produksi bersih berdasarkan skala prioritas disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Penentuan Skala Prioritas Opsi Produksi Bersih No Opsi Penilaian Total Skala prioritas T ek n is E k on om is L in gk un ga n 1 Memanfaatkan kulit, serat ubikayu untuk pupuk organik 3 3 2 8 4 2 Memanfaatkan air limbah biogas 2 3 3 8 3 3 Memanfaatkan ampas onggok untuk pakan ternak 3 3 3 9 1 4 Menggunakan kembali air sisa proses separator untuk proses pencucian 3 3 3 9 2 Keterangan skala penilaian: Skala Teknis Ekonomi Lingkungan 3 Mudah sekali untuk dilaksanakan Memberikan nilai tambah yang signifikan Memberikan efek yang signifikan terhadap perbaikan lingkungan 2 Relatif mudah untuk dilaksanakan Sedikit nilai tambah ekonomi Sedikit efek terhadap perbaikan lingkungan 1 Susah untuk dilaksanakan Tidak ada nilai tambah Tidak ada efek terhadap perbaikan lingkungan 89 Tabel 19. Perhitungan studi kelayakan ekonomi opsi produksi bersih industri tapioka Opsi Perhitungan Nilai Satuan

1. Memanfaatkan ampas onggok untuk pakan ternak dengan penggemukan 100 ekor sapi

Hasil penjualan 100 ekor sapi x Rp.20.000.000 2.000.000.000 Rupiah Biaya Operasional Biaya tetap : Rp. 200.000.000 Biaya Variabel : Rp.833.500.000 1.033.500.000 Rupiah Keuntungan 966.500.000 Rupiah Payback period 0,74 tahun 2.Menggunakan kembali air sisa proses separator untuk proses pencucian Instalasi daur ulang air 57.600.000 Rpbulan Penghematan air 923,52 m 3 hari x Rp.1.035m 3 x 26 haribulan 24.851.923 Rpbulan Keuntungan Penghematan air - Rpbulan Payback period -

3. Memanfaatkan Air Limbah untuk Biogas

Biaya Instalasi Sistem bioreaktor CIGAR 25 Milyar Rupiah Hasil Konversi gas Metana Rp. 131.090.335,20,-hari x 26 hari 3,408 Milyar Rpbulan Payback period 25 Milyar : 3,408 Milyar 7,33 Bulan

4. Memanfaatkan kulit, serat ubikayu untuk pupuk organik

Biaya operasional Kapasitas 20 ton 120.500.000 Rpbulan Hasil penjualan 20 ton x Rp.10.000kg 200.000.000 Rpbulan Keuntungan 79.500.000 Rpbulan Payback period 0,60 Tahun Berdasarkan perhitungan studi kelayakan ekonomi opsi produksi bersih industri tapioka pada Tabel 19, memanfaatkan ampasonggok sebagai pakan ternak dengan kegiatan penggemukan sapi sebanyak 100 ekor akan memberikan keuntungan sebesar Rp.966.500.000,- dengan payback periode selama 0,74 tahun. Penggunaan kembali air sisa proses separator utnuk pencucian ubikayu mem- berikan nilai keuntungan penghematan biaya sebesar Rp.24.851.923,- per bulan. 90 Pemanfaatan air limbah sebagai sumber energi terbarukan dalam bentuk biogas dengan sistem CIGAR memberikan manfaat yang cukup menguntungkan, dengan payback periode selama 7,33 bulan. Kondisi optimal sitem CIGAR ini akan diperoleh apabila kontinuitas proses produksi berjalan baik, sehingga gas metana yang dihasilkan akan stabil. Pemanfaatan kulit, serat ubikayu untuk pupuk organik akan memberikan manfaat sebesar Rp.79.500.000,-. Industri tapioka dinilai sangat menguntungkan apabila dapat menerapkan dengan baik perbaikan proses yang direkomendasikan, sehingga dampak pencemaran terhadap lingkungan pun dapat diminimalkan. Model Proses Produksi Industri Tapioka Ramah Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat diformulasikan dalam bentuk model proses produksi industri tapioka yang ramah lingkungan. Industri tapioka dengan produk utama tapioka, menghasilkan produk samping berupa limbah padat dan air limbah. Opsi produksi bersih dalam proses produksi tapioka adalah pemanfaatan limbah padat sebagai bahan pakan ternak, pemanfaatan penggunaan air sisabuangan kembali dalam proses produksi industri tapioka, pemanfaatan air limbah sebagai salah satu energi alternatif biogas, dan pemanfaatan sebagai pengomposan limbah padat. Produk recycle yang dapat dilakukan adalah pemanfaatan pakan ternak untuk kegiatan penggemukan hewan ternak, pupuk organik dan sumber energi biogas dari pupuk organik yang dihasil- kan, pemanfaatan onggok untuk produk lain, dan proses treatment air limbah yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber energi potensial. Hasil dari pemupukan lahan menggunakan pupuk organik akan memperoleh manfaat bagi industri tapioka dalam peningkatan produksi ubikayu. Produk akhir berupa penggemukan hewan ternak yang siap meningkatkan nilai tambah industri tapioka, ubikayu siap digunakan dalam proses industri tapioka atau ubikayu yang siap dipasarkan, dan memperoleh nilai tambah dari produksi biogas tersebut untuk kegiatan rumah tangga. Selain itu, produksi biogas juga dapat digunakan untuk industri lain yang membutuhkannya. Model proses produksi industri tapioka yang ramah lingkungan disajikan pada Gambar 47. 91 Gambar 47. Model proses produksi industri tapioka ramah lingkungan 91 92 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prinsip produksi bersih dapat diterapkan pada industri tepung tapioka. Proses daur ulang penggunaan air merupakan alternatif sebagai peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan pada tahapan penggunaan limbah separator untuk pen- cucian bahan baku. Efisiensi penggunaan air produksi sebesar 923,52 m 3 hasil dari daur ulang air sisa separator sehingga akan menghemat penggunaan air bersih sebesar 27 dari total air bersih yang digunakan sebesar 3.420,43 m 3 . Apabila dihitung dengan pajak pemanfaatan air bawah tanah, maka akan menghemat biaya sebesar Rp.955.843,- per hari. 2. Pemanfaatan air limbah sebagai sumber energi baru terbarukan merupakan alternatif perbaikan efisiensi proses produksi tapioka. Energi yang dihasilkan dari konversi gas metana setara sebesar 47.221,75 kWhhari, sehingga bila dimanfaatkan untuk proses produksi industri tapioka sangat mencukupi dari energi yang dibutuhkan sebesar 39.904,2 kWhhari. Kelebihan energi industri tapioka sebesar 7.317,55 kWhhari dikonversikan ke bahan bakar solar, maka akan setara dengan 2.195,27 liter solarhari. Energi yang dapat digunakan industri tapioka untuk keperluan proses pengeringan menggunakan oven sebesar 12.779,57 kWh bila dikonversi bahan bakar solar setara 3.833,87 liter, maka kebutuhan bahan bakar solar tersebut dapat terpenuhi 100 seluruhnya. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk membeli bahan bakar solar sebesar Rp.25.303.548,- dapat dihemat dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan. Kelebihan energi setelah dikurangi konsumsi energi untuk proses pengeringan sebesar 7.317,55 kWh setara dengan bahan bakar solar sebanyak 2.195,27 liter dapat dikonversikan menjadi nilai ekonomi sebesar Rp. 14,488,749,-. Kelebihan energi ini dapat digunakan untuk aktivitas lain di sekitar lokasi industri seperti aktivitas kantor, perumahan dan penerangan. Selain itu, berkurangnya gas CO 2 dari hasil dekomposisi air limbah industri tapioka adalah sebesar 4.562,84 tonCO 2 e. Perusahaan akan dapat memperoleh CER Credit Emission Reduction dari upaya pengurangan carbon yang