Latar Belakang Masalah Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mendeskripsikan politik anggaran dalam penyusunan peraturan daerah kota Medan tentang pajak daerah. Kajian penelitian ini berawal dari pemahaman bahwa otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi Daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan dinikmati sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Disisi lain, otonomi juga sebagai tantangan bagi Pemerintah Daerah dalam mengurangi ketergantungan kepada Pemerintah Pusat, dan mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, kata kunci dari otonomi daerah adalah “kewenangan”, seberapa besarkah kewenangan yang dimiliki oleh daerah dalam menginisiatifkan kebijakan hingga mengimplementasikannya 1 Selama ini perencanaan dan kebijakan Pemerintah Daerah lebih banyak memiliki aturan yang sama diseluruh daerah dari Pemerintah Pusat dengan pola perencanaan top down mechanism. Sementara saat ini program yang dibuat oleh Pemerintah Pusat harus dikurangi seiring dengan berlakunya Undang-Undang UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Oleh sebab itu, . 1 Syaukani, dkk. 2010. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal.10 2 implementasi Undang-Undang tersebut menuntut Pemerintah Daerah agar lebih mandiri dibidang keuangan karena belanja langsung dan tidak langsung saat ini atau yang lebih dikenal dengan belanja rutin dan pembangunan mendatang haruslah lebih banyak berasal dari Pajak dan Retribusi. Potensi Pajak dan Retribusi berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi sektoral dan sistem serta kemampuan aparatur pemerintah daerah untuk menggali sumber-sumber Pajak dan Retribusi potensial yang dapat dijadikan sebagai basis utama Pendapatan Asli Daerah PAD. Kewenangan daerah untuk menjalankan beberapa urusannya itu diatur dalam sebuah Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Peraturan Daerah Perda. Berdasarkan UU No.10 tahun 2004, Bab I Ketentuan Umum, Pasal l1 ayat 1 disebutkan bahwa Peraturan Daerah Perda adalah peraturan Perundang- Undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Dalam hal ini Perda merupakan instrumen aturan yang secara sah diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerah. Sejak Tahun 1945 hingga sekarang ini, telah berlaku beberapa Undang-Undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan menetapkan Perda sebagai salah satu instrumen yuridisnya. Kedudukan dan fungsi Perda berbeda antara yang satu dengan lainnya sejalan dengan sistem ketatanegaraan yang termuat dalam UUDKonstitusi dan Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Perbedaan tersebut juga terjadi pada 3 penataan materi muatan yang disebabkan karena luas sempitnya urusan yang ada pada Pemerintah Daerah. Mekanisme pembentukan dan pengawasan terhadap penyusunan dan pelaksanaan Perda pun mengalami perubahan seiring dengan perubahan pola hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Setiap perancang Perda, terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai aturan hukum positif tentang Undang-Undang Pemerintahan Daerah dan Peraturan pelaksanaan yang secara khusus mengatur tentang Perda. Untuk membatalkan sebuah Perda memerlukan peraturan hukum yang lebih tinggi yaitu Peraturan Presiden UU No 32 tahun 2004 Bab VI pasal 145 ayat 3, jika dinilai Perda tersebut bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan Perundang- Undangan yang lebih tinggi. Hal ini membawa angin segar bagi daerah untuk berlomba-lomba membuat Perda yang dirasa bisa membawa perubahan kearah yang lebih baik. Pajak daerah merupakan sumber penerimaan terbesar dalam postur APBD, sehingga rawan dalam pengelolaannya. Pajak daerah harus diperhitungkan pada nilai kemanfaatan pajak itu dikenakan, misalnya seberapa besar hasil guna dan daya guna pajak itu bagi pemerintah dan masyarakatnya 2 2 Edi Slamet Irianto. 2014. Pengantar Politik Pajak. Jakarta: Observation Research of Taxation. Hal. 122 . Tarif pajak daerah diatur dalam sebuah Perda, adanya besaran tarif yang ditentukan didalamnya membuat Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah berbeda dengan Peraturan Daerah lainnya, dimana penentuan besaran tarif-tarif pajak tersebut melalui proses 4 politik anggaran, yang hasilnya sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. Pemerintah Kota Medan mengajukan revisi Peraturan Daerah No.7 tahun 2011 tentang Pajak Hiburan. Banyaknya usaha hiburan yang hampir tutup akibat besaran pajak, menjadi pemicu pengajuan revisi. Pengajuan ini tercantum dalam Rancangan Peraturan Daerah kota Medan tentang perubahan atas Perda Pajak Hiburan. Pemko Medan mengajukan layaknya pajak untuk usaha karaoke dari 30 diturunkan menjadi 20. Besaran tersebut juga diterapkan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Dengan tarif pajak 20 usaha karaoke tumbuh pesat di kota-kota tersebut. Selain tarif pajak karaoke, dalam revisi tersebut juga diajukan penurunan dua pajak hiburan lain yakni usaha pusat kebugaran dan usaha pijat. Pemko Medan mengusulkan tarif pajak pusat kebugaran turun dari 35 menjadi hanya 10, dan pajak usaha pijat dari 30 turun ke 20. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan urusan dari pemerintah pusat kepemerintah daerah. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan. Sumber pembiayaan yang paling penting adalah sumber yang dikenal dengan istilah Pendapatan Asli Daerah PAD dimana komponen 5 utamanya adalah penerimaan yang berasal dari komponen Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Politik anggaran sangat penting untuk dikaji pada penelitian ini, sebab anggaran merupakan instrumen paling penting dalam kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah baik pusat maupun daerah dan hal ini menggambarkan pernyataan komprehensif tentang prioritas negara. Sebagai warga negara, kita juga sangat bergantung pada negara untuk menyediakan pelayanan yang krusial dan infrastruktur. Anggaran publik merupakan bentuk hubungan antara warga negara pembayar pajak dan aparat pemungut pajak. Secara sederhana anggaran publik merupakan bagaimana membuat pilihan antara kemungkinan-kemungkinan pengeluaran, keseimbangan dan proses memutuskannya. Akan tetapi, anggaran publik memiliki tipikal yang berbeda, seperti bersifat terbuka, melibatkan berbagai aktor dalam penyusunannya yang memiliki tujuan berbeda-beda, mempergunakan dokumen anggaran sebagai bentuk akuntabilitas publik, dan keterbatasan yang harus diperhatikan. Terlibatnya beragam aktor sepanjang proses penganggaran, mulai dari perencanaan dan penyusunan dilingkungan birokrasi, sampai pengesahannya di DPR RI maupun DPRD, menjadikan anggaran sebagai arena kontestasi politik yang sangat penting selain Pemilu. Tidak mengherankan, banyak pihak menilai anggaran sebagai proses politik arena perebutan sumber daya publik antara berbagai kepentingan, baik aktor‐aktor di dalam lingkaran sistem politik yang berlaku maupun kelompok kepentingan lain yang memiliki pengaruh terhadap 6 keputusan politik anggaran. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Wildavsky ”All budgeting is about politics; most politics is about budgeting; and budgeting must therefore be understood as part of political game” 3 Secara harfiah politik anggaran bisa diartikan sebagai sebuah proses politik dua atau lebih orang atau lembaga yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari anggaran, dimana mereka memiliki kuasa untuk mengendalikannya . Dapat dipahami bahwa semua tentang penganggaran adalah bagian dari politik, dan politik adalah salah satu bagian dari penganggaran dan karena itu penganggaran harus dipahami sebagai bagian dari permainan politik. 4 Konteks politik anggaran akan terkait dengan siapa yang berperan dan kemampuan negara dalam memberikan jaminan kepada rakyatnya. Namun yang terjadi, politik anggaran dipahami dan dijalankan dalam konteks jangka pendek dan menguntungkan pihak-pihak terkait saja. Aturan dalam penentuan program hanya terletak pada level kepentingan masing-masing aktor, bahkan rakyat sendiri tidak mengetahui berapa persen anggaran yang dilimpahkan untuk kesejahteraannya. Belum lagi persoalan yang menyangkut perilaku birokrat, korupsi, inefisiensi, kekurangefektifan pelaksanaan program, tingkat kebocoran yang tinggi, defisit anggaran yang terus membesar, rencana anggaran pendapatan . Dengan demikian politik anggaran menjadi hubungan antara sumberdaya keuangan dan perilaku manusia untuk mencapai sasaran kebijakan. 3 Yuna Farhan. 2013. “Transparansi, Partisipasi, dan Demokrasi”. Jurnal Pemilu dan Demokrasi, Nomor 5, Februari 2013. Jakarta: Yayasan Perludem. Hal.30 4 Aaron Wildavsky dan Naomi Caiden. 2012. Dinamika Proses Politik Anggaran. Penerjemah: Suraji dan Sufiansyah. Yogyakarta: Matapena Consultindo. Hal.3-4 7 yang tidak mencapai target, terus berkurangnya asset negara dan berbagai masalah lainnya yang semakin menjauhkan kebijakan politik anggaran yang berpihak pada rakyat. Tentu saja akibat buruk dari alokasi anggaran pembangunan yang sangat terbatas itu, minim pula proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk memacu perputaran roda-roda perekonomian. Padahal, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan untuk mengurangi pengangguran dan kemiskinan secara signifikan yang masih terus membelit puluhan juta warga diseluruh daerah. Kewenangan berdasarkan desentralisasi fiskal yang begitu besar dimiliki oleh daerah otonom cenderung disalahgunakan. Akibatnya, anggaran yang ditetapkan oleh pemerintahan di daerah setiap tahun tidak dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat tetapi menjadi lahan korupsi aparatur penyelenggara negara. Permasalahan diatas menunjukkan bahwa ranah politik anggaran tidak sekedar target bagi kekuasaan, tetapi yang lebih menguatirkan adalah pemaknaan politik kepentingan pihak-pihak negara dan pengusaha dalam menyediakan anggaran untuk publik dengan politik perjuangan publik. Politik anggaran sangat penting dan menarik untuk dikaji pada penelitian ini karena memiliki kontribusi terhadap kajian Ilmu Politik. Alasannya: Pertama, anggaran merupakan instrumen paling penting dalam kebijakan ekonomi yang dimiliki pemerintah baik pusat maupun daerah dan hal ini menggambarkan pernyataan komprehensif tentang prioritas negara. Sebagai warga negara, kita juga sangat bergantung pada negara untuk menyediakan pelayanan yang krusial dan infrastruktur sehingga proses politik anggaran tersebut harus dapat dimaknai 8 sebagai proses formal dan sarat nilai-nilai keadilan sosial dalam penyelenggaraan pemerintah yang baik. Kedua, persoalan anggaran publik merupakan bentuk hubungan antara warga negara pembayar pajak dan aparat. Politik anggaran merupakan salah satu instrumen kebijakan dan bukanlah sekedar instrumen ekonomi untuk revenue policy kebijakan menarik pendapatan. Ketiga, politik anggaran merupakan instumen penting bagi pemerintah untuk melaksanakan dan memenuhi fungsi-fungsi dasarnya dan mencapai tujuan-tujuan substantif dari kebijakan. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merasa tertarik memilih judul “Politik Anggaran dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Daerah”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Prosedur Pengujian Kendaraan Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 4 Tahun 2012 Ditinjau Dari Aspek Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kabupaten Karo)

4 84 97

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

18 162 123

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 7

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 0 23

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 1 24

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 1 13