Kepala Dispenda Kota Medan M.Husni mengatakan:

78 Kondisi ini membuat banyak pengusaha hiburan terancam menutup usaha mereka. Pengajuan ini tercantum dalam Rancangan Peraturan Daerah kota Medan tentang perubahan atas Perda Pajak Hiburan yang kemudian dibahas pada hari Senin 23 Juni 2014 pada sidang paripurna dewan terhadap perubahan Perda No. 7 tahun

2011. Kepala Dispenda Kota Medan M.Husni mengatakan:

“Pengusulan penurunan tarif pajak hiburan yang dilakukannya hanya menindaklanjuti permintaan para pengusaha. Pemerintah hanya ingin tetap menjaga iklim perekonomian terus berkembang. Tentu dengan diturunkannya tarif pajak hiburan, diyakininya iklim usaha akan terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu” 48 Pemerintah hendak menghidupkan dunia usaha dengan menjaga agar para pengusaha tetap berinvestasi di Kota Medan. Kepala Dispenda Kota Medan M. Husni menilai bahwa besaran pajak hiburan di Kota Medan tidak sebanding dengan kota lain seperti Surabaya dengan rata-rata 20 persen, Bandung 15 persen, Jakarta 20 persen, Batam 15 persen . 49 48 http:sumutpos.co20140985368tarif-pajak-hiburan-batal-turun, diakses tanggal 5 Oktober 2014 Pukul 21.00 WIB 49 http:sumutpos.co20140173735tarif-pajak-hiburan-bakal-diturunkan, diakses tanggal 5 Oktober 2014 Pukul 21.05 WIB . Dengan kata lain, jika ada pengusaha yang mencabut investasinya dari Kota Medan, maka ini menjadi tanggung jawab Pemko Medan, sebab tarif pajak hiburan di Kota Medan merupakan yang terbesar di Indonesia. Status Medan yang menyandang kota metropolitan membutuhkan fasilitas hiburan yang lebih banyak. Pemko Medan mengajukan layaknya pajak untuk usaha karaoke dari 30 diturunkan menjadi 20. Besaran tersebut juga diterapkan di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Makassar. 79 Dengan tarif pajak 20 usaha karaoke pesat di kota-kota tersebut. Selain tarif pajak karaoke, dalam revisi tersebut juga diajukan penurunan dua pajak hiburan lain yakni usaha pusat kebugaran dan usaha pijat. Pemko Medan mengusulkan tarif pajak pusat kebugaran turun dari 35 menjadi hanya 10, dan pajak usaha pijat dari 30 turun ke 20. Adapun, saat ini jumlah wajib pajak yang terdaftar di Dispenda Medan yakni 42 usaha karaoke, tujuh bioskop, 18 usaha biliar, 37 usaha spa, 45 panti pijat, 27 usaha permainan Time Zone, 17 pusat kebugaran, dan tiga diskotek 50 Hasil rapat finalisasi Pansus Revisi Perda Pajak Hiburan di Ruang Badan Anggaran, Gedung DPRD Medan pada hari Rabu 3 September 2014, DPRD Kota Medan tidak menemukan substansi revisi Pajak Hiburan. Pansus tidak menemukan adanya substansi antara perlunya dilakukan revisi sejumlah tarif pajak hiburan yang tertuang dalam Perda No 7 Tahun 2011. Ada dua hal yang menjadi bahasan di Pansus yakni soal putusan MK terkait Golf dan penurunan persentase besaran pajak. Setelah melakukan pembahasan ternyata hanya beberapa pengusaha saja yang keberatan dengan besaran Perda pajak sebesar 30 persen. Usulan revisi itu hanya diajukan tiga pengusaha hiburan, sehingga itu tidak mewakili seluruh pengusaha hiburan, kemudian yang menyampaikan keberatan itupun hanya pengusaha Karaoke Keluarga . 51 50 http:news.bisnis.comread2014061078234626pemkot-medan-ajukan-revisi-Perda-pajak- hiburan, diakses tanggal 5 Oktober 2014 Pukul 21.30 WIB 51 http:www.wartamedan.comhalkomentar-1350-tidak-signifikan-revisi-pajak-hiburan-6.html, diakses tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 00.30 WIB . Untuk itu Pemko Medan diharapkan mengkaji usulan revisi Perda ini. 80 Hal ini sejalan dengan hasil wawancara bersama Juliandi Siregar, Anggota Komisi C DPRD Kota Medan sekaligus merupakan anggota Pansus Revisi Perda Pajak Hiburan yang mengatakan bahwa “DPRD Medan sudah banyak mengeluarkan tenaga dan fikiran untuk membahas Perda ini pada tahun 2011. Jadi tidak mungkin karena segelintir pengusaha Perda ini gampang saja di revisi. Kita sudah mencurahkan tenaga, waktu dan fikiran untuk membahasnya” 52 Terkait putusan Mahkamah Konstitusi MK soal Golf yang tidak lagi menjadi objek pajak, anggota komisi C DPRD Kota Medan A.Hie yang sekaligus sebagai Ketua Pansus revisi Perda No.7 Tahun 2011 mengatakan kalau hal itu tidak menjadi masalah. Namun yang menjadi persoalan revisi Perda yang bermula karena adanya Keputusan MK atas penghapusan Pajak Golf, malah ditunggangi dengan adanya upaya agar sejumlah pajak hiburan diturunkan dengan alasan keluhan dari pengusaha . 53 “Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas Pendapatan Dispenda tidak terbuka dengan data sejumlah pengusaha hiburan yang melayangkan keberatan terkait revisi Perda ini. Pasalnya, Pansus belum menerima berkas sejumlah pengusaha hiburan yang melayangkan keberatan terhadap besaran persentasi pajak hiburan khususnya karaoke sebesar 30 persen. Pansus kecewa belum menerima data pengusaha mana saja yang keberatan dengan besaran pajak daerah tersebut. Karena itulah Pansus tidak bisa maksimal dalam mengambil langkah dalam pembahasan ini” . A.Hie, Anggota Komisi C DPRD Kota Medan yang sekaligus Ketua Pansus revisi Peraturan Daerah Perda No.7 Tahun 2011 mengatakan bahwa: 54 52 Hasil Wawancara dengan Juliandi Siregar, Anggota Komisi C DPRD Kota Medan. 53 http:medanbisnisdaily.comnewsread20140711105793dprd_medan_tak_temukan_substansi _revisi_tarif_pajak_hiburan.VHfyjGcy-Sk, diakses tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 00.45 WIB 54 http:beritasumut.comviewPolitik---Pemerintahan16679Pemko-Medan-Tak-Terbuka-Soal- Data-Pengusaha-Hiburan-Yang-Keberatan.html.VHfwBWcy-Sl, diakses tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 01.00 WIB . 81 Abdul Rani selaku Ketua Komisi C DPRD Kota Medan mengatakan bahwa: “Kita patut mempertanyakan komitmen Pemko Medan soal peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD dari pajak hiburan. Dasar pertimbangan apa sehingga Pemko Medan berpihak terhadap pengusaha hiburan. Pemko Medan harus benar-benar melihat jenis usaha yang bagaimana yang patut dikurangi tarif pajaknya. Kalau jenis usaha hiburan, yang pasti pemiliknya orang berduit, begitu juga yang pergi ke tempat hiburan tentu orang berduit. Jadi sangat pantas tarif pajaknya tinggi, bukan malah dikurangi” 55 “Penurunan pajak usaha hiburan tidak mendasar dan dinilai hanya akal akalan. Sehingga tidak salah jika tudingan miring mengarah ke Dinas Pendapatan Pemko Medan dan alasan pengajuan penurunan patut dipertanyakan. Kebocoran pajak dan retribusi dari tempat hiburan sangat tinggi. Bahkan dugaan “kongko-kongko” antara pengusaha dengan oknum Dinas Pendapatan Kota Medan sangat kental. Irwanto juga mengatakan, dalam kunjungan kerjanya ke tempat usaha hiburan malam terbukti beberapa pengusaha sangat minim tingkat kesadaran membayar pajak. Hasil monitoring komisi C seluruh pengusaha terkesan lalai dalam pembayaran pajak dan patut dicurigai” . Irwanto Tampubolon selaku anggota komisi C DPRD Kota Medan, menilai bahwa: 56 Dalam pengajuan revisi terhadap Perda, Pemko Medan diharapkan benar- benar telah memiliki alasan dan kajian yang jelas dan tidak hanya sekedar menampung dan mengusulkan perubahannya. Pengajuan revisi dan keberatan pengusaha ini sah-sah saja, tetapi harus dilihat bagaimana dasar pengajuannya. Karena dikuatirkan pengajuan revisi Perda ini karena adanya pesanan dan titipan oknum-oknum tertentu yang ingin menarik keuntungan pribadi. Ada indikasi . 55 Hasil Wawancara Dengan Abdul Rani, Ketua Komisi C DPRD Kota Medan. 56 http:www.waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=327936:revisi- Perda-pajak-hiburan-kelirucatid=14:medanItemid=27, diakses tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 01.30 WIB 82 bahwa pengajuan revisi Perda hanya didasarkan atas keberatan segelintir pengusaha sehingga tidak perlu sampai harus merubah Perda yang sudah ada dan telah berjalan baik. Jangan sampai karena keberatan sebagian pengusaha kemudian harus merubah seluruh tatanan yang ada. Permohonan ini juga tidak didukung dengan data yang akuntabel dan akurat, sehingga tarif pajak dianggap tidak tepat untuk diturunkan. Pada hari Senin 8 September 2014, DPRD Kota Medan menggelar rapat Paripurna yang beragendakan laporan pansus, pendapat fraksi-fraksi sekaligus penandatanganan dan pengambilan keputusan bersama terhadap Raperda Revisi Perda Pajak Hiburan. Pemerintahan Kota Medan sepakat besaran tarif ini tidak jadi diturunkan. Intinya biar saja besaran tarif sesuai dengan Perda lama 57 a. Tontonan film dikenakan pajak 10 sepuluh persen . Dengan kata lain bahwa besaran tarif pajak hiburan pada Perda lama masih efektif dalam menambah Pendapatan Asli Daerah. Adapun tarif pajak hiburan Kota Medan tertulis dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kota Medan No 7 Tahun 2011 adalah sebagai berikut: b. Pagelaran kesenian, musiktari danatau busana dikenakan pajak 10 sepuluh persen dan pagelaran kesenian yang bersifat tradisional yang perlu dilindungi dan dilestarikan karena mengandung nilai-nilai tradisi yang luhur dikenakan pajak 5 lima persen; 57 http:www.wartamedan.comhalkomentar-1350-tidak-signifikan-revisi-pajak-hiburan-6.html. Op.Cit 83 c. Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya dikenakan 30 tiga puluh persen; d. Pameran dikenakan 10 sepuluh persen; e. Diskotik, klab malam, golf dan bowling dikenakan pajak 35 tiga puluh lima persen; f. Karaoke dikenakan pajak 30 tiga puluh persen; g. Sirkus, akrobat, sulap dan sejenisnya dikenakan pajak 10 sepuluh persen; h. Permainan bilyard yang menggunakan AC air conditioner dikenakan pajak 20 dua puluh persen, dan permainan bilyard yang tidak menggunakan AC dikenakan pajak 15 lima belas persen, i. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan dikenakan pajak 20 dua puluh persen; j. Panti pijat, refleksi, mandi uap, saunaSPA dan pusat kebugaranfitness dikenakan pajak 35 tiga puluh lima persen; k. Pertandingan olahraga, dikenakan pajak 10 sepuluh persen; D. KENDALA DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH Dalam penyusunan Peraturan Daerah seringkali terjadi Kendala. Menurut Regen, ada beberapa kendala-kendala dalam penyusunan Perda, diantaranya: 84 1. Masih ada Raperda yang dirancang oleh SKPD belum sempurna sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang karena keterbatasan SDM dalam penyusunannya. 2. Raperda yang dibuat kadang-kadang ada yang tidak dilandasi oleh ketiga landasan yaitu : Filosofis, sosiologis, dan yuridis. 3. Keterbatasan dana untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat dalam penyusunan Perda menjadi agak minim. 4. Perbedaan persepsi terhadap penafsiran peraturan perundangan-undangan dengan pemerintah provinsi, kabupatenkota sehingga berdampak terhadap pembatalan Perda. 5. Dalam pengajuan revisi Perda No.7 Tahun 2011, usulan revisi tidak didukung dengan data yang akuntabel dan akurat, pihak-pihak yang seharusnya terlibat tidak sepenuhnya terlibat dalam pengajuan revisi, revisi ini hanya diajukan tiga pengusaha hiburan, tidak mewakili seluruh pengusaha hiburan 58 Adapun cara untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam pembuatan Perda Pajak Hiburan Kota Medan, yaitu : . 1. Memanggil SKPD perancang Raperda untuk diajak duduk bersama membahas Rancangan Perda, agar Rancangan Perda tidak bertentangan dengan Peraturan di atasnya. 58 Regen. Op.Cit. 85 2. Memberikan bimbingan kepada semua SKPD tentang cara-cara penyusunan Raperda. 3. Sosialisasi yang biasanya dilakukan disetiap kecamatan karena keterbatasan dana, maka dipusatkan di Kota Medan. Dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Kecamatan. 4. Menyesuaikan Raperda dengan peraturan yang lebih tinggi agar tidak tidak terjadi pembatalan Perda. 5. Dibutuhkan kontribusi dari kalangan pengusaha yang terlibat dalam pengenaan pajak Hiburan. 86 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Prosedur Pengujian Kendaraan Umum Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 4 Tahun 2012 Ditinjau Dari Aspek Hukum Administrasi Negara (Studi Di Kabupaten Karo)

4 84 97

Kebijakan Perpajakan Daerah Dalam Pengelolaan Pajak Hiburan Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah ( Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan )

3 62 199

Analisis Penerapan Penuh Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasis Akrual (Kasus Pada Pemerintah Kota Medan)

18 162 123

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Pengangsuran Dan Penundaan Pembayaran Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan

0 0 7

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 0 23

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 1 24

Politik Anggaran Dalam Penyusunan Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pajak Daerah (Studi Kasus: Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Hiburan)

0 1 13