Tingginya nilai populasi total mikrob tersebut dikarenakan oleh penambahan soil conditioner
yang terbuat dari bahan organik dan berfungsi sebagai sumber karbon dan energi bagi mikrob. Menurut Sprenger 1991 dan Pigott dan Tucker 1990,
beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri, yaitu nutrien, konsentrasi ion H pH, kadar air, suhu, keberadaan oksigen, kompetisi antar populasi bakteri.
Merujuk pada data Sari 2011 CN rasio soil conditioner berbahan kompos jerami ini pada awal inkubasi ialah 22,45. Sedangkan pada akhir inkubasi CN
rasionya ialah 11,11. Menurut Murbandono 2002, pada saat proses dekomposisi berlangsung bakteri penghancur akan menggunakan N untuk berkembang biak.
Sehingga dapat diketahui dari data CN rasio bahwa N yang menjadi substrat bagi pertumbuhan populasi bakteri tersebut menurun akibat dipergunakan oleh bakteri
untuk berkembang biak, yang artinya nilai total mikrob akan meningkat. Dari data populasi total fungi yang didapatkan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa
tingginya populasi total mikrob ini lebih didominasi oleh bakteri. Menurut Alexander 1976, apabila oksigen tersedia dalam kadar rendah, organisme yang terdapat dalam
jumlah yang banyak adalah bakteri, karena fungi bersifat aerob atau membutuhkan oksigen.
4.1.2 Fungi Tanah
Populasi rata-rata total fungi yang diperoleh pada bulan kedua untuk sampel yang diberikan soil conditioner adalah 22,06 x 10
4
CFUg, sedangkan untuk sampel kontrol tanpa pemberian soil conditioner adalah 31,15 x 10
4
CFUg. Pada bulan keenam populasi rata-rata total fungi untuk sampel yang diberikan soil conditioner
adalah 27,67 x 10
4
CFUg dan untuk sampel kontrol adalah 32,09 x 10
4
CFUg.
Gambar 5. Populasi total fungi bulan ke 2 dan bulan ke 6. Data diatas menunjukkan bahwa populasi total fungi tanah mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu tetapi nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. Secara statistik aplikasi soil conditioner belum memberikan pengaruh yang
nyata terhadap populasi total fungi Tabel Lampiran 1. Peningkatan populasi fungi pada bulan kedua hingga bulan keenam untuk perlakuan soil conditioner ialah 20,2
sedangkan untuk kontrol ialah 31,2 . Rendahnya jumlah populasi total fungi tanah ini bila dibandingkan dengan
kontrol dipengaruhi oleh nilai kadar air. Tingginya kadar air menyebabkan aerasi memburuk dan ketersediaan oksigen menurun. Menurut Alexander 1976, apabila
oksigen tersedia dalam kadar rendah, organisme yang terdapat dalam jumlah yang banyak adalah bakteri, karena fungi bersifat aerob atau membutuhkan oksigen.
Data rata-rata kadar air yang didapatkan untuk bulan kedua pada sampel yang diberikan soil conditioner adalah 53,61, untuk sampel kontrol ialah 52,50.
Sedangkan pada bulan keenam pada sampel yang diberikan soil conditioner adalah 53,89, dan untuk sampel kontrol adalah 49,83 Gambar 6.
5 10
15 20
25 30
35
2 6
To tal
Fu n
g i
x 10
4
CFUg B
K M
Masa Inkubasi Bulan ke-
Kontrol Soil Conditioner
Gambar 6. Nilai kadar air tanah bulan ke 2 dan bulan ke 6. Data tersebut menunjukkan nilai kadar air pada tanah yang diinkubasikan
dengan soil conditioner dan kontrol. Dapat terlihat bahwa pada tanah yang diinkubasikan dengan soil conditioner rmengalami peningkatan dari bulan kedua
hingga bulan keenam sebaliknya pada kontrol mengalami penurunan dan nilainya juga lebih kecil dibandingkan tanah yang diinkubasikan dengan soil conditioner.
Secara olah statistik pun pemberian perlakuan soil conditioner memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter kadar air Tabel Lampiran 1. Merujuk pada data
Heriana 2012 porositas total pada perlakuan soil conditioner dengan dosis 1:20 ialah 68,92 sedangkan pada kontrol 67,17 sehingga dapat terlihat bahwa pada
perlakuan soil conditioner sebagian besar ruang pori terisi oleh air sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan fungi menurun. Dengan menurunnya jumlah oksigen
tersebut maka semakin sulit bagi fungi untuk berkompetisi dengan bakteri dalam memperoleh nutriennya.
4.2 Pengaruh
Soil Conditioner Terhadap Kemantapan Agregat Tanah
Rata-rata indeks stabilitas agregat yang didapatkan dari penelitian ini pada bulan ke 2 untuk sampel yang diinkubasikan soil conditioner ialah 287,2, untuk
47 49
51 53
55
2 6
K ad
ar A
ir
Masa Inkubasi Bulan ke-
Kontrol Soil Conditioner
sampel kontrol ialah 294,6. Pada bulan ke 6 sampel yang diinkubasikan soil conditioner
menjadi 201,1, sedangkan kontrol 202,6.
Gambar 7. Nilai indeks stabilitas agregat tanah bulan ke 2 dan bulan ke 6. Data diatas menunjukkan penurunan indeks stabilitas agregat baik pada
sampel yang diinkubasikan soil conditioner maupun kontrol. Secara olah statistik pun pemberian perlakuan soil conditioner belum memberikan pengaruh yang nyata
terhadap indeks stabilitas agregat Tabel Lampiran 1. Akan tetapi, menurut kriteria indeks stabilitas agregat baik kontrol maupun soil conditioner tersebut tergolong
dalam kriteria sangat stabil. Tabel 3. Kriteria Penilaian Stabilitas Agregat Sitorus, Haridjaja dan Brata, 1983.
IndeksStabilitas Agregat Kriteria
200 Sangat stabil sekali
80 - 200 Sangat stabil
66 - 80 Stabil
50 - 66 Agak stabil
40 - 50 Kurang stabil
40 Tidak stabil
50 100
150 200
250 300
2 6
In d
e ks
stab il
itas A
g re
g at
Masa Inkubasi Bulan ke-
Kontrol Soil Conditioner
Penurunan indeks stabilitas agregat ini dikarenakan populasi total fungi pada sampel yang diinkubasikan soil conditioner lebih kecil daripada populasi total fungi
pada kontrol, sehingga agregasi berlangsung lebih lama dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, ukuran briket soil conditioner juga memberikan pengaruh.
Pemberian soil conditioner dalam bentuk briket akan menyebabkan luas permukaan spesifik soil conditioner yang mengalami kontak dengan permukaan tanah semakin
kecil. Hanafiah 2005 menerangkan bahwa makin kecil ukuran partikel berarti makin banyak jumlah dan makin luas permukaannya per satuan bobot tanah. Dengan
semakin kecilnya luas permukaan spesifik soil conditioner maka interaksi antara soil conditioner
dengan tanah juga semakin rendah. Sehingga soil conditioner belum mampu memberikan efek perbaikan yang sesuai pada agregat tanah.
Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya indeks stabilitas agregat pada perlakuan soil conditioner adalah soil conditioner yang diberikan dalam bentuk briket
akan hancur pada saat pengayakan kering dan basah dalam penetapan agregat tanah, sehingga mempengaruhi jumlah bobot diameter tanah pada saringan yang berukuran
lebih kecil. Menurut Bronick Lal 2005 dinamika agregasi sangat kompleks dan
dipengaruhi oleh interaksi beberapa faktor seperti lingkungan, pengelolaan tanah, tanaman, komposisi mineral, tekstur, konsentrasi karbon organik tanah, proses
pedogenesis, aktivitas
mikroorganisme tanah,
ion-ion yang
dapat dipertukarkan,cadangan nutrisi di dalam tanah, dan kelembaban.
4.3 Hubungan antara Populasi Mikrob dan Fungi Tanah pada Kemantapan Agregat Tanah