Tujuan Hipotesis KemantapanAgregat PENDAHULUAN

tanaman Gaur, 1980. Dengan demikian, penggunaan soil conditioner pada tanah latosol diharapkan mampu memperbaiki sifat biologi, fisik dan kimia tanah latosol.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari populasi total mikrob dan total fungi pada tanah yang diinkubasi dengan soil conditioner berbahan kompos jerami padi. 2. Mempelajari hubungan antara populasi total mikrob dan fungi tanah dengan beberapa sifat fisik tanah kemantapan agregat dan kadar air pada tanah yang diinkubasikan dengan soil conditioner berbahan kompos jerami padi.

1.3 Hipotesis

1. Populasi mikrob dan fungi tanah meningkat dengan pemberian soil conditioner berbahan kompos jerami padi. 2. Peningkatan total mikrob dan fungi akan memperbaiki kemantapan agregat tanah. II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Populasi Mikrob Tanah

Jumlah dan keragaman mikrob di dalam tanah cukup tinggi. Mikrob tanah terdiri atas lima kelompok utama yaitu : bakteri, aktinomisetes, fungi, algae, dan protozoa. Populasi mikrob yang tinggi menggambarkan adanya suplai makanan dan energi yang cukup dalam tanah Rao, 1979. Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban, faktor nutrisi dan lingkungan, serta keanekaragaman mikrob tanah yang merupakan indikator tingkat kesuburan tanah Allen dan Allen, 1981. Mikrob tanah dalam ekosistem tanah memiliki berbagai peranan antara lain : mendekomposisi sisa-sisa tumbuhan dan hewan, sebagai pemacu dan pengatur utama laju mineralisasi unsur-unsur hara dalam tanah, sebagai penambat unsur-unsur hara dan transformasi elemen-elemen dalam tanah Killham, 1995. Menurut Ma’shum et al ., 2003, peranan mikrob dalam kesuburan tanah ditunjukkan dengan aktivitasnya dalam memperbaiki struktur tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Berkaitan dengan pembentukan struktur tanah, mikrob berperan sebagai pembangun agregat tanah yang mantap. Akumulasi sel dan pembentukan koloni bakteri yang melapisi butir partikel primer dan sekunder agregat memiliki pengaruh penting di dalam struktur tanah Tisdall, 1994. Mekanisme yang terjadi adalah dalam kondisi alami, bakteri tanah menghasilkan senyawa organik berupa eksopolisakarida. Eksopolisakarida bakteri dapat berinteraksi dengan partikel tanah melalui pembentukan jembatan polimer sehingga memiliki peran dalam pembentukan mikroagregat dan yang lebih utama adalah kemampuan eksopolisakarida tersebut dalam memantapkan agregat tanah. Sekresi dari senyawa-senyawa polisakarida, asam organik dan lendir yang diproduksi oleh hifa-hifa eksternal mampu mengikat butir- butir primeragregat mikro tanah menjadi butir sekunderagregat makro. Agen organik ini sangat penting dalam menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat dan pengikatan oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat makro yang mantap Subiksa, 2002. Masih menurut Ma’shumet al. 2003, dalam kaitannya dengan peningkatan ketersediaan unsur hara, mikrob berfungsi untuk mempercepat dekomposisi bahan organik dan sebagai pemacu tingkat kelarutan senyawa anorganik yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia. Mikrob dan fungi tanah merupakan salah satu dekomposer bahan organik, dimana mereka mengubah bahan organik tersebut menjadi bagian terkecil dan dimanfaatkan sebagai makanannya. Saat mencapai fase letalmati mikrob dan fungi tanah mengeluarkan ekskresi berupa metabolit sekundernya yang sangat berguna bagi tanah Annisa, 2010.

2.1.1 Bakteri

Bakteri merupakan mikrob prokariotik tidak memiliki membran inti dan mempunyai dinding sel yang tersusun atas peptidoglikan. Ukuran bakteri berkisar antara 1-2µm dengan diameter 0,5-1µm. Bakteri tanah menempati pori mikro 10µm. Hal ini disebabkan pada pori mikro bakteri akan lebih terlindung dari serangan protozoa Kilham, 1995. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman bakteri dalam tanah antara lain : kelembaban, suhu, aerasi, bahan organik, derajat kemasaman pH, dan suplai hara. Sebagian bakteri dapat tetap bertahan hidup pada kondisi ekstrim dengan membentuk endospora Alexander, 1976. Pertumbuhan bakteri tanah dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik. Keadaan ini akan meningkatkan daya pegang air oleh tanah sehingga air yang tersedia bagi tanaman meningkat. Selain itu, unsur hara yang semula berada dalam bentuk tidak larut akan berubah menjadi bentuk yang terlarut sehingga lebih mudah diambil tanaman Sarief, 1985. Bakteri sangat beragam dalam ukuran, bentuk dan kebutuhan oksigen aerob dan anaerob, penggunaan energi autotrof dan heterotrof, hubungannya dengan tanaman dan binatang saprofit dan parasit Sutedjo et al., 1991. Menurut Rao 1979, bakteri dibagi menjadi 10 ordo yakni Pseudomonadales, Chlamydobcteriales, Hypomicrobiales, Eubacterterials, Actinomycetes, Caryophanales, Beggiatoales, Myxobacteriales, Spirochaetales, Mycoplasmatales , tiga diantaranya yaitu Pseudomonadales, Eubacteriales dan Aktinomycetes merupakan bakteri yang sering ditemukan di dalam tanah.

2.1.2 Fungi

Fungi merupakan mikrob eukariotik yang berfilamen. Filamen ialah jalinan dari hifa yang bergabung satu sama lain. Diameter hifa berkisar antara 2-10 µm. Ketersediaan oksigen merupakan faktor yang sangat menentukan populasi fungi dalam tanah. Hal ini dikarenakan sifat fungi yang merupakan mikrob aerob obligat dimana oksigen mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup fungi. Itulah sebabnya, fungi amat jarang dijumpai pada tanah-tanah yang tergenang dan bersifat reduktif seperti ekosistem rawa dan gambut Alexander, 1976. Fungi di dalam tanah mempunyai peranan yang sangat beragam, salah satunya ialah sebagai dekomposer. Fungi dekomposer atau disebut juga saprofit mendapatkan energi dengan merombak bahan organik menjai CO 2 dan molekul sederhana seperti asam organik. Asam organik yang dihasilkan oleh aktifitas dekomposisi fungi akan meningkatkan akumulasi asam humat humic acid yang bersifat resisten sehingga dapat bertahan di tanah dalam waktu yang lama sebagai sumber bahan organik Killham, 1995. Fungi memegang peranan penting dalam proses-proses yang terjadi di dalam tanah seperti pada siklus nutrisi tanah dan interaksi dengan organisme tanah lainnya termasuk juga dengan tanaman, baik di atas permukaan tanah maupun di dalam tanah Subba Rao, 1994. Faktor yang mempengaruhi populasi fungi dalam tanah antara lain : kadar bahan organik, konsentrasi ion hidrogen pH, pemupukan, regim kelembaban, aerasi, suhu, dan komposisi vegetasi Alexander, 1976. Fungi mempunyai toleransi yang lebih tinggi terhadap kemasaman. Oleh karena itu, proses dekomposisi material pada tanah-tanah masam lebih didominasi oleh aktifitas fungi. Sebagian besar fungi tergolong mesofilik dengan kisaran suhu optimum 25 – 35 o C.

2.2 KemantapanAgregat

Partikel-partikel primer di dalam tanah tergabung dalam suatu kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan dasar struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang menyatukan partikel- partikel primer membentuk kelompok atau gugus cluster dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi lebih kuat sementasi Baver et al., 1972. Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusak. Gaya-gaya tersebut dapat berupa kikisan angin, pukulan hujan, daya urai air pengairan, dan beban pengolahan tanah Amezketa et al. 2003. Baver et al. 1972 menyatakan bahwa pembentukan agregat yang mantap memerlukan ikatan yang lebih kuat antar partikel atau jonjot sehingga tidak mudah terdispersi kembali dalam air. Stabilitas agregat tanah tergantung dari kekuatan pelaku penyemen dalam menghadapi gaya perusak yang berasal dari luar. Agregasi yang tinggi belum tentu menguntungkan apabila tidak diikuti dengan stabilitas agregat yang cukup. Agregat yang mantap ialah agregat yang tidak terurai oleh air maupun gaya-gaya perusak mekanik. Pembentukan agregat yang mantap melibatkan berbagai bahan sementasi baik koloid organik maupun koloid anorganik. Agregat yang mantap tidak dapat terjadi pada fraksi pasir atau debu tanpa adanya bahan-bahan koloidal. Menurut Tisdall 1996 agregasi adalah mikroagregat 250 µm yang dibentuk oleh molekul organik MO yang menempel pada liat L dan kation polivalen P membentuk partikel L-P-MO, yang saling berikatan dengan partikel L-P-MO lainnya membentuk makroagregat [L-P-MOx]y. Dinamika agregasi sangat kompleks dan dipengaruhi oleh interaksi beberapa faktor seperti lingkungan, pengelolaan tanah, tanaman, komposisi mineral, tekstur, konsentrasi karbon organik tanah, proses pedogenesis, aktivitas mikroorganisme tanah, ion-ion yang dapat dipertukarkan, cadangan nutrisi di dalam tanah, dan kelembaban Bronick Lal 2005.

2.3 Tanah Latosol