bobot karkas akan bertambah. Data persentase bobot karkas tiap kelas sapi Brahman Cross disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 Persentase bobot karkas pada kelas sapi Brahman Cross.
Persentase bobot karkas tertinggi yang diperoleh dari penelitian ini adalah kelas II sebesar 54.36, sedangkan persentase terkecil pada kelas III sebesar
52.84, dan kelas I memiliki persentase sebesar 53.22. Persentase terbesar tidak dihasilkan dari bobot hewan yang terbesar dari ketiga kelas ini. Persentase
terkecil diperoleh dari kelas hewan yang berbobot hidup paling kecil. Menurut Ngadiyono 1995, bobot karkas sapi Brahman Cross optimal dengan persentase
sebesar 54 dari berat hidup. Proporsi tulang, otot dan lemak merupakan variabel yang saling berpengaruh. Komposisi kimia karkas yang terutama air, protein,
lemak dan abu secara proporsional. Bila proporsi salah satu variabel berubah, maka variabel lainnya akan mengalami perubahan juga. Dalam penelitian ini,
hewan kelas III memiliki persentase karkas lebih kecil dari kelas II karena memiliki persentase lemak yang tinggi. Semakin tinggi kandungan lemak dalam
tubuh hewan, maka jumlah karkas dalam persentase akan menurun. Penelitian ini memberikan hasil bahwa hewan yang besar belum tentu memiliki perbandingan
karkas terhadap bobot tubuh yang besar juga. Karkas merupakan bagian terpenting dari hewan potong dan mendapat perhatian khusus karena produksi
daging dan nilai ekonomis hewan ditentukan oleh komposisi dan produksi karkasnya Purbowati et al. 2005. Penggunaan pakan yang dapat menghasilkan
bobot karkas yang tinggi diharapkan dapat diaplikasikan pada proses feedlot agar dapat memproduksi daging secara optimal.
52.00 52.50
53.00 53.50
54.00 54.50
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Persentase karkas
53.22 54.36
52.84
Proporsi Non Karkas dari Bobot Hidup Hasil potong hewan hidup dibagi menjadi dua yaitu karkas dan non
karkas. Hasil potong non karkas terdiri dari kepala, lidah, kaki, kulit, ekor dan lemak. Data hasil potong non karkas sapi Brahman Cross disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil potong non karkas sapi Brahman Cross pada berbagai bobot hidup
Data pada Tabel 2 menunjukkan bobot kepala merupakan salah satu organ yang memiliki bobot besar. Bobot kepala diantara ketiga kelas menunjukkan
kenaikan menurut tingkatan bobot hidup. Bobot kepala tertinggi sebesar 18.48 kg pada kelas III, sedangkan persentase tertinggi sebesar 3.40 pada kelas I. Bobot
tertinggi lidah sebesar 1.28 kg pada kelas I, dan persentase tertinggi sebesar 0.26 pada kelas I. Bobot dan persentase organ lidah tidak menunjukkan
perubahan yang positif sesuai dengan pertambahan bobot hidup. Bobot kaki terbesar 10,12 kg pada kelas III, sedangkan persentase tertinggi kaki sebesar
1.89 pada kelas II. Bobot kulit tertinggi sebesar 48.07 kg pada kelas II dan persentase tertinggi sebesar 9.11 pada kelas II. Bobot ekor tertinggi sebesar
1.80 kg pada kelas III, sedangkan persentase tertinggi sebesar 0,33 pada kelas II. Persentase total non karkas tertinggi sebesar 107.17 kg pada kelas III,
sedangkan persentase tertinggi sebesar 19.33 pada kelas II. Lemak merupakan salah satu sumber energi yang member kalori paling
tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, pertumbuhan lemak
Sapi Parameter
Kelas I Kelas II
Kelas III Bobot
Rataan Bobot
Rataan Bobot
Rataan Bobot
hidup 497.00 - 527.50 - 582.00 -
Kepala 16.91 3.40 17.38 3.29 18.48 3.18
Lidah 1.28 0.26 1.20 0.23 1.24 0.21
Kaki 8.09 1.63 9.97 1.89 10.12 1.74
Kulit basah
37.92 7.63 48.07 9.11 46.66 8.02 Ekor
1.33 0.27 1.75 0.33 1.80 0.31 Lemak
perut, jagal,
leher 22.26 4.48 23.63 4.48 28.87 4.96
Bobot total non karkas 87.79
17.67 102.00
19.33 107.17
18.42
sangat lambat, tetapi pada saat fase penggemukan, pertumbuhannya meningkat dengan cepat Berg dan Butterfield 1976. Energi dari sebagian besar lemak
didalam tubuh hewan tersimpan didalam depot lemak, termasuk depot lemak yang disebut intramuskuler. Depot lemak intramuskular berbeda diantara spesies, umur
hewan dan diantara otot. Pada umumnya, penurunan aktivitas otot akan meningkatkan deposisi lemak didalam jaringan otot.
Bobot lemak tertinggi ditunjukkan pada hewan kelas III dengan nilai 28.87 kg, sedangkan bobot lemak terkecil pada kelas I dengan nilai 22.26 kg, dan bobot
lemak kelas II adalah 23.63 kg. Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah nilai lemak berbanding lurus dengan bobot hidup. Semakin besar bobot hidup hewan
akan memiliki jumlah lemak yang besar juga, karena dengan meningkatnya bobot hidup terlihat peningkatan juga pada nilai bobot lemak. Deposisi lemak pada sapi
merupakan fungsi linier dari waktu dan umur, misalnya kadar laju deposisi lemak bisa konstan Koch et al. 1979.
Data Tabel 2 menunjukkan bahwa semakin besar tubuh hewan akan memiliki lemak yang besar. Pengukuran ketebalan lemak subkutan untuk kualitas
hasil berdasarkan United States Departement of Agriculture USDA, yaitu diukur secara subjektif antara rusuk 12 dan 13 pada permukaan area otot longissimus
dorsi LD, pada posisi pemisahan seperempat depan dan seperempat belakang dari karkas. Pengukurannya dilakukan tegak lurus permukaan lemak, diposisi tiga
per empat bagian sumbu panjang otot LD Swatland 1984. Indikator ketebalan lemak punggung berperan penting sebagai indikator produktivitas karkas, karena
memberikan hasil pendugaan yang akurat. Ketebalan lemak punggung, selain digunakan untuk mengestimasi bobot lean dan bobot lemak, juga dapat digunakan
untuk estimasi persentase lean dan persentase lemak Priyanto 1993. Data mengenai persentase bobot lemak sapi Brahman Cross disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Persentase bobot lemak pada tiap sapi Brahman Cross.
Persentase lemak tertinggi ditunjukkan pada kelas III dengan nilai 4.96, sedangkan persentase lemak terendah pada kelas hewan dua dengan nilai 4.48,
dan persentase terendah pada kelas I dengan nilai 4.48. Semakin besar bobot tubuh maka akan menghasilkan persentase yang besar pula. Menurut Seebeck dan
Tulloh 1968, dengan adanya kenaikan bobot karkas, maka proporsi otot, tulang, fascia dan tendo menurun sedangkan proporsi lemak meningkat. Meningkatnya
jumlah lemak yang ada pada hewan menunjukkan deposit lemak. Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, kondisi hewan, bangsa,
proporsi bagian-bagian non karkas, pakan, umur, jenis kelamin, dan pengebirian Devendra 1983. Perubahan bobot karkas disebabkan oleh perubahan komposisi
karkas yang terdiri dari otot, lemak, dan tulang. Karkas hewan akan berubah komposisinya sesuai dengan genetik, kandungan nutrisi pakan, dan pengaruh
lingkungan Aberle et al. 2001. Ransum yang mengandung energi tinggi cenderung meningkatkan komposisi lemak pada karkas dibandingkan dengan
ransum yang berenergi rendah. Pembatasan konsumsi energi akan menurunkan perlemakan, walau pertumbuhan tulang dan jaringan urat daging mungkin masih
dapat berlangsung Parakkasi 1999. Hal ini juga berlaku pada hewan domba, babi, dan ayam. Hewan yang diberi pakan berenergi tinggi mengandung lemak
lebih banyak daripada yang diberi pakan berenergi rendah Soeparno 2005.
Proporsi Jeroan dari Bobot Hidup
Jeroan dibedakan menjadi dua bagian yaitu jeroan merah dan jeroan hijau. Jeroan merah meliputi organ bagian dada, paru, jantung, hati, limpa, ginjal dan
tenggorokan. Jeroan hijau meliputi organ pencernaan, lambung rumen,
4.20 4.30