Benih Kedelai Bermutu TINJAUAN PUSTAKA

B. Pola Pengusahaan Benih non-formal: 1. Operasi lapangan hasil panen Pengusaha benih mendatangi lokasi pertanaman untuk membeli hasil panen kedelai yang bijinya bagus dengan harga 10 di atas harga pasar. Biji kedelai diproses sehingga menjadi benih. 2. Kerja sama dengan petani Pengusaha benih menyediakan benih untuk ditanam oleh petani terpercaya. Hasil panen dibeli pengusaha benih, pembayarannya dipotong harga benih yang ditanam. 3. Penanamani produksi benih sendiri Benih ditanam di lahan sendiri atau sewa seluas 5-10 ha yang sesuai untuk tanaman kedelai, satu musim sebelum tanam raya. 4. Kontrak beli dan mitra usaha dengan petani Pengusaha benih menyediakan sarana produksi tanaman untuk ditanam petani. Petani melakukan penanaman dan pemeliharaan. Pada saat panen, hasil kedelai dibeli oleh pengusaha benih dengan memperhitungkan pemotongan harga kredit sarana produksi. 5. Pembuatan benih saat panen raya dengan penyimpanan Pada musim panen raya, ketersediaan biji kedelai cukup banyak sehingga pembelian calon benih lebih mudah dan harga sedikit lebih murah. Biji yang terkumpul diproses dan dijemur hingga mencapai kadar air 9-10. benih dikemas dalam wadah kantong semen dilapisi plastik, kemudian disimpan rapih dan teratur.

2.2. Benih Kedelai Bermutu

Menurut Sadjad 1993 mutu benih meliputi mutu fisik, fisiologis dan mutu genetik. Mutu fisik meliputi kebersihan benih dari kotoran dan campuran lain, penampilan benih dan warna kulit benih. Mutu fisiologis dilihat dari kemampuan benih untuk berproduksi dengan normal dalam kondisi yang serba normal pula. Sedangkan mutu genetik yaitu benih yang jelas dan benar identitas genetiknya. Wirawan Wahyuni 2002 menambahkan bahwa secara fisik, benih bermutu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai, biji-bijian lain, debu dan kerikil. 2. Benih murni, tidak tercampur dengan varietas lain. 3. Warna benih terang dan tidak kusam. 4. Benih mulus, tidak berbercak, kulit tidak terkelupas. 5. Sehat, bernas, tidak keriput, ukurannya normal dan seragam. Selain itu benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh daya berkecambah lebih dari 80 tergantung jenis dan kelas benih dan nilai kadar air di bawah 13 tergantung jenis benih. Dalam industri benih, pengendalian mutu memiliki tiga aspek penting yaitu : 1. Penetapan standar minimum mutu benih yang dapat diterima. 2. Perumusan dan implementasi sistem dan prosedur untuk mencapai standar mutu yang telah ditetapkan dan memeliharanya. 3. Pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi sebab-sebab adanya masalah dalam mutu dan cara memecahkannya. Aspek pertama merupakan kewajiban dari lembaga pengawas benih, yang di Indonesia secara operasional dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB dan disebut sebagai Badan Pengendalian Mutu Eksternal. Sedangkan aspek kedua dan ketiga merupakan kewajiban produsen benih yang disebut dengan Pengendalian Mutu Internal Mugnisjah Setiawan, 1995. Benih dalam pelaksanaannya memiliki kelas-kelas yang dimaksudkan supaya alur penyebaran benih dari pemulia, penangkar benih sampai petani sebagai konsumen dapat berjalan dengan baik dan benih pun dapat tersedia dalam jumlah yang sesuai. Kelas-kelas benih tersebut adalah sebagai berikut : 1. Benih Penjenis Breeder SeedBS yaitu benih yang diproduksi di bawah pengawasan pemulia tanaman yang merakit atau peneliti yang diberi kewenangan untuk mengembangkan benih dari varietas tersebut. Saat ini benih penjenis kedelai dikelola oleh Unit Produksi Benih Sumber UPBS Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian BALITKABI yang berkedudukan di Malang, Jawa Timur. Dalam sertifikasi, benih penjenis kedelai diberi label berwarna kuning yang ditandatangani oleh pemulia dan Kepala Institusi penyelenggara pemuliaan varietas dari benih yang diproduksi. 2. Benih Dasar Foundation SeedFS yaitu benih yang diproduksi oleh produsen benih, seperti Balai Benih Induk BBI, Balai Benih Utama BBU, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP, perusahaan benih Badan Usaha Milik Negara BUMN, swasta atau penangkar profesional, dan pengendalian mutunya melalui sertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB atau Sistem Manajemen Mutu Benih. Benih dasar digunakan untuk perbanyakan benih pokok. 3. Benih Pokok, BP Stock Seed, SS yaitu benih yang diproduksi oleh Balai Benih atau pihak swasta yang telah terdaftar dan diawasi oleh BPSB. 4. Benih Sebar, BR Extension Seed, ES yaitu benih yang diproduksi oleh Balai Benih dan penangkar benih dengan bimbingan, pengawasan dan sertifikasi dari BPSB. Untuk mendapatkan benih bermutu perlu dilakukan sertifikasi benih, yaitu dengan memberikan persyaratan khusus atau standarisasi pada kelas-kelas benih tersebut dengan pemberian standar di lapangan dan standar di laboratorium Mugnisjah Setiawan 1995. Penyediaan benih kedelai yang bermutu secara kontinyu merupakan salah satu permasalahan di Indonesia. Hal ini disebabkan benih kedelai mempunyai ciri- ciri sebagai berikut : 1. Daya simpan benih rendah, sehingga benih yang disimpan selama enam bulan mempunyai daya tumbuh yang lebih rendah dari benih yang diperoleh setelah panen. 2. Bersifat higroskopis, akibatnya kadar air mudah terpengaruh oleh kelembaban udara lingkungan. 3. Daya tumbuh cepat menurun karena sering terjadi respirasi dalam benih saat kondisi suhu dan kelembaban tinggi. 4. Kulit benih kedelai amat tipis sehingga mudah terinfeksi oleh cendawan, bakteri dan virus, serta rentan terhadap kerusakan fisik dan mekanik. Benih kedelai akan memiliki daya berkecambah dan vigor tinggi apabila dipanen tepat pada saat matang fisiologis. Oleh sebab itu benih kedelai dipanen tidak pada saat matang fisiologis karena akan menyulitkan dalam pengeringan, akibatnya daya berkecambah benih pun menurun Sumarno Harnoto 1995. Benih bermutu dihasilkan melalui prosedur produksi benih yang berawal dari persiapan lahan yang bebas dari kontaminasi genetik, penyediaan benih yang terjamin sumber mutunya, pengolahan benih setelah panen dan penanganannya sampai ke konsumen. Pengadaan benih kedelai yang bermutu masih sulit karena benih kedelai yang beredar pada umumnya benih label merah jambu yang mutunya rendah. Benih kedelai yang di perjualbelikan harus melalui tahapan sertifikasi benih, yaitu untuk menguji viabilitas dan vigor benih tersebut, seperti: kadar air maksimum 11, daya berkecambah lebih dari 80, memiliki kemurnian minimal 97, kotoran benih maksimal 3, benih varietas lain maksimal 0.5 - 0.7, memiliki sifat yang unggul dan seragam, memiliki vigor tinggi, sehat tidak terinfeksi cendawan dan tidak terinfeksi virus. Menurut Wirawan Wahyuni 2002, permasalahan pengadaan benih kedelai yang bermutu dan benar secara berkelanjutan disebabkan kurang tertariknya para investor untuk memproduksi benih kedelai dengan beberapa alasan sebagai berikut: 1. Produktivitas tanaman kedelai masih rendah sehingga secara usaha tani kurang menguntungkan. 2. Harga kedelai konsumsi nasional rendah sehingga petani kurang tertarik mengusahakannya. 3. Masa edar waktu pemasaran benih kedelai sangat singkat karena daya simpannya yang sangat singkat. 4. Harga kedelai impor yang lebih murah dari harga kedelai lokal semakin mengecilkan minat petani dan penangkar benih kedelai.

2.3. Agroekologi Lahan di Provinsi Jambi