4.4 Hubungan antara Persentase Penggunaan Teknologi Budidaya
Produksi Benih dengan Produksi Hasil yang Berupa Benih dan Pendapatan
Hubungan antara teknologi produksi benih dengan pendapatan dan produksi hasil yang berupa benih dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi. Koefesien
korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefesien korelasi
menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik.
Menurut Sarwono 2006 mengatakan bahwa untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis
memberikan kriteria sebagai berikut: nilai koefisien korelasi 0 artinya tidak ada korelasi antara dua variable, nilai 0 – 0,25 artinya korelasi sangat lemah, nilai
0,25 – 0,5 artinya korelasi cukup, nilai 0,5 – 0,75 artinya korelasi kuat, nilai 0,75 – 0,99 artinya korelasi sangat kuat, dan nilai 1 artinya korelasi sempurna.
4.4.1 Hubungan persentase penggunaan teknologi produksi benih dengan
pendapatan. Pendapatan yang diperoleh dari masing masing agroekologi lahan
yaitu lahan pasang surut, lahan sawah irigasi dan lahan kering menunjukkan angka yang berbeda. Berdasarkan hasil uji statistik untuk
mengetahui hubungan antara teknologi yang digunakan teknologi penggunaan benih bersertifikat, pengolahan tanah, pemupukan sesuai
rekomendasi, PHT, pembersihan dan sortasi biji serta roguing dengan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 8.
Di lahan pasang surut, penggunaan teknologi benih bersertifikat, pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, pembersihan dan
sortasi biji serta roguing tidak berhubungan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam 1 ha. Pengunaan teknologi PHT menunjukkan
hubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,643 p=0,045. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan hubungan yang kuat.
Tabel 8 Hubungan antara persentase pengguna teknologi dengan pendapatan pada tiga agroekologi lahan
Variabel Teknologi Pendapatan RpHa
Lahan Pasang Surut
Lahan Sawah Irigasi
Lahan Kering r
p r
p r
p 1. Benih
bersertifikat 0,309
0,386 0,703
0,023 -0,215
0,551 2. Pengolahan
Tanah 0,354
0,316 0,571
0,085 0,690
0,027 3. Pemupukan
sesuai rekomendasi
- 0,072 0,843
0,422 0,225
0,690 0,027
4. PHT 0,643
0,045 0,601
0,066 0,707
0,022 5. Pembersihan
sortasi biji 0,141
0,697 0,805
0,005 0,703
0,023 6. Roguing
0,505 0,136
0,575 0,082
0,703 0,023
Keterangan: p = peluang kesalahan galat
= Berhubungan sangat nyata pada α 0,01 = Berhubungan nyata pada α 0,05
Di lahan sawah irigasi penggunaan teknologi pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, dan roguing tidak berhubungan dengan
pendapatan yang dihasilkan dalam 1 ha. Sedangkan pengunaan teknologi benih bersertifikat berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,703 p=0,023 dan pembersihan dan sortasi biji berhubungan sangat nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,805 p=0,005. Nilai
koefisien korelasi teknologi benih bersertifikat menunjukkan hubungan yang cukup kuat. Sedangkan nilai koefisien korelasi pembersihan dan
sortasi biji menunjukkan hubungan yang sangat kuat. Di lahan kering penggunaan teknologi benih bersertifikat tidak
berhubungan dengan pendapatan yang dihasilkan dalam 1 ha. Teknologi pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, teknologi PHT,
pembersihan dan sortasi biji, dan roguing berhubungan nyata dengan
pendapatan yang dihasilkan dalam 1 hektar. Teknologi pengolahan tanah berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,690, hal ini
menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi pemupukan sesuai rekomendasi berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar
0,690, hal ini menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi PHT berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,707, hal ini
menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi pembersihan sortasi biji berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,703, hal ini
menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi roguing berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,703, hal ini menunjukkan
hubungan yang kuat. 4.4.2
Hubungan antara persentase penggunaan teknologi produksi benih dengan produksi hasil yang berupa benih.
Usahatani produksi benih kedelai memberikan hasil yang berupa benih dan non benih. Hasil non benih tetap dijual petani dalam bentuk
kedelai konsumsi. Untuk melihat persentase hasil yang berupa benih dari tiga agroekologi lahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Persentase hasil berupa benih dan non benih pada tiga agroekologi lahan.
Persentase hasil yang berupa benih di lahan pasang surut sebesar 68,61 dan non benih sebesar 31,39. Di lahan sawah irigasi persentase
hasil yang berupa benih sebesar 70,50 dan non benih sebesar 29,50. Di lahan kering persentase hasil yang berupa benih sebesar 63,16 dan
hasil berupa non benih sebesar 36,84. Hal ini menunjukkan persentase produksi berupa benih lebih banyak di daerah lahan sawah irigasi.
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
Lahan Pasang Surut
Lahan Sawah Irigasi
Lahan Kering
P e
r se
n tas
e
Agroekologi
Benih Non Benih
Kegiatan pasca panen diharapkan dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh, karena dapat menjamin kemurnian benih yang dihasilkan.
Produktivitas tertinggi didaerah lahan pasang surut tidak dikuti dengan persentase produksi benih yang tinggi. Namun demikian
produktivitas yang tinggi di lahan pasang surut memberikan keuntungan yang tinggi pula. Hasil uji statistik untuk mengetahui hubungan antara
persentase penggunaan teknologi yang digunakan teknologi penggunaan benih bersertifikat, pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi,
PHT, pembersihan dan sortasi biji serta roguing dengan produksi hasil yang berupa benih dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Hubungan antara persentase penggunaan teknologi dengan produksi yang berupa benih pada tiga agroekologi lahan
Variabel Teknologi Produksi Benih KgHa
Lahan Pasang Surut
Lahan Sawah Irigasi
Lahan Kering r
p r
p r
p 1. Benih
bersertifikat 0,193
0,593 0,395
0,258 -0,223
0,536 2. Pengolahan
Tanah 0,265
0,459 0,044
0,904 0,715
0,020 3. Pemupukan
sesuai rekomendasi
- 0,217 0,548
0,613 0,059
0,715 0,020
4. PHT 0,503
0,138 0,454
0,188 0,570
0,086 5. Pembersihan
sortasi biji 0,212
0,556 0,498
0,143 0,637
0,048 6. Roguing
0,433 0,211
0,498 0,143
0,637 0,048
Keterangan: p = peluang kesalahan galat
= Berhubungan sangat nyata pada α 0,01 = Berhubungan nyata pada α 0,05
Di lahan pasang surut penggunaan teknologi benih bersertifikat, pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, PHT, pembersihan dan
sortasi biji serta roguing tidak berhubungan dengan produksi hasil berupa benih yang dihasilkan dalam 1 ha. Hal ini terjadi karena rata-rata
penerapan teknologi tersebut di lahan pasang surut sudah dilakukan. Di lahan sawah irigasi penggunaan teknologi benih bersertifikat,
pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, PHT, pembersihan dan
sortasi biji serta roguing tidak berhubungan dengan produksi hasil berupa benih yang dihasilkan dalam 1 hektar. Hal ini terjadi karena teknologi
yang digunakan teryata menghasilkan persentase produksi yang berupa benih paling tinggi sebesar 70,50 dengan variasi antar penangkar
berkisar 800 - 1.150 kgha. Di lahan kering penggunaan teknologi benih bersertifikat tidak
berhubungan dengan produksi benih yang dihasilkan dalam 1 ha. Teknologi
pengolahan tanah,
pemupukan sesuai
rekomendasi, pembersihan dan sortasi biji, dan roguing berhubungan nyata dengan
produksi hasil berupa benih yang dihasilkan dalam 1 ha. Teknologi pengolahan tanah berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,715, hal ini menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi pemupukan sesuai rekomendasi berhubungan nyata dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,715, hal ini menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi pembersihan dan sortasi biji berhubungan nyata dengan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,637, hal ini menunjukkan hubungan yang kuat. Teknologi roguing berhubungan nyata dengan nilai koefisien korelasi
sebesar 0,637, hal ini menunjukkan hubungan yang kuat. Peningkatan penerapan teknologi akan meningkatkan produktivitas
dan pendapatan. Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekologi dengan jenis tanah, kesuburan tanah, iklim dan pola tanam yang berbeda,
sehingga kendala satu agroekologi akan berbeda dengan agroekologi yang lain. Teknologi yang diterapkan secara teknis meningkatkan hasil dan
pendapatan, karena bila teknologi dijalankan maka hasil yang diperoleh sesuai dengan kapasitas dan metode penerapannya yang akhirnya juga
akan mempengaruhi pendapatan. Menurut Jumakir Abdullah Taufiq 2010 penerapan teknologi anjuran baik melalui penerapan varietas
unggul potensi produksi tinggi maupun pemupukan, memungkinkan peningkatan produktivitas dan pendapatan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
1. Karakteristik umur petani penangkar lebih banyak yang berusia produktif 83,33, tingkat pendidikan masih rendah 56,67 dan pengalaman
menjadi penangkar benih yang bersertifikat dibawah 4 tahun 90. 2. Persentase penerapan teknologi produksi benih di tiga agroekologi lahan
masih perlu ditingatkan, yaitu : a. Di lahan pasang surut persentase penerapan teknologi jarak tanam,
pemupukan, PHT, penyimpanan benih dan seleksi generatif. b. Di lahan sawah irigasi persentase penerapan teknologi jarak tanam,
pemupukan, PHT, seleksi vegetatif dan generatif, dan penyimpanan benih
c. Di lahan kering persentase penerapan teknologi pengolahan tanah, jarak tanam, pemupukan, PHT, dan penyimpanan benih.
3. Usahatani petani penangkar layak secara finansial dilaksanakan di tiga agroekologi lahan karena mengeuntungkan, dengan nilai RC di lahan
pasang surut 2,09, lahan sawah irigasi 2,04, dan lahan kering 1,95. 4. Terdapat korelasi positif dan hubungan yang kuat antara persentase
penggunaan teknologi dengan pendapatan, semakin banyak persentase petani yang menerapkan teknologi tersebut semakin tinggi pendapatan
yang diperoleh di masing masing lahan, yaitu: a. Di lahan pasang surut persentase penerapan teknologi PHT
b. Di lahan sawah irigasi persentase penerapan teknologi penggunaan benih bersertifikat dan pembersihan sortasi biji
c. Di lahan kering persentase penerapan teknologi pengolahan tanah, pemupukan sesuai rekomendasi, PHT, pembersihan sortasi biji dan
rouging. 5. Terdapat korelasi positif dan hubungan yang kuat antara persentase
penggunaan teknologi pengolahan tanah, pemupukan, pembersihan sortasi biji dan rouging dengan produksi hasil yang berupa benih di