Analisis Kerentanan Kekeringan Analisa Data 1

Ibk = c1CH + c2KAT + c3SA + c4T + c5WSVI …….. 7 Dimana : Ibk = Indeks Bahaya Kekeringan CH = Skor curah hujan KAT = Skor kedalaman air tanah SA = Skor sumber air T = Skor tekstur tanah WSVI = Skor Indeks ketersediaan air tanaman Water Supplying Vegetation Index c1- c5 = Nilai bobot masing-masing faktor Hasil yang diperoleh dari analisis indeks bahaya kekeringan agro- hidrologi ini akan menghasilkan peta bahaya kekeringan agro-hidrologi. Penentuan skala peta berdasarkan rumus Tobler 1987 dalam ESRI 2010 : Skala = Reolusi x 2 x 1000 ..………………………... 8 Validasi Lapangan Validasi lapangan dilakukan untuk mencocokkan hasil analisis Indeks Bahaya Kekeringan Agro-Hidrologi yang dirumuskan dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Data validasi berupa : 1 titik-titik kekeringan yang diperoleh dari hasil wawancara petani, masyarakat dan pemerintah Lampiran 4, dan 2 korelasi luasan data puso yang diperoleh dari Badan Penyuluh Kecamatan dengan luasan model kekeringan di lokasi penelitian.

3.3.3.2. Analisis Kerentanan Kekeringan

Kerentanan adalah tingkat di mana sebuah masyarakat, struktur, layanan atau daerah geografis yang berpotensi terganggu oleh dampak bahaya tertentu. Pendekatan ini menggabungkan kerentanan penduduk dan eksposur masyarakat dengan kemampuan sosial, ekonomi dan budaya untuk mengatasi kerusakan yang akan terjadi Hilhorst dan Bankorf, 2004 dalam Birkmann, 2006. Kerentanan penduduk dimaknai elemen penduduk yang memicu peningkatan ancaman bencana kekeringan, sedangkan eksposur masyarakat menunjukkan elemen masyarakat yang terpapar akibat kekeringan. Untuk kemampuan sosial, ekonomi dan budaya atau dengan kata lain kapasitas adalah upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengurangi ancaman kekeringan. Parameter kerentanan penduduk yang digunakan adalah Kepadatan Penduduk KP dan tingkat kemiskinan TK, sedangkan parameter eksposur masyarakat adalah kepadatan petani PP. Sementara untuk parameter kemampuan sosial, ekonomi dan budaya adalah kelembagaan terlibat KT, kemampuanrespon penanggulangan KR dan bantuan BK terkait bencana kekeringan Lampiran 5. Menurut Varnes 1984 dalam Westen 1993, nilai kerentanan ditentukan berdasarkan tingkat ketidakmampuan dalam menghadapi bahaya yaitu dengan memberikan skor antara 0-1 untuk setiap jenis kriteria yang diturunkan berdasarkan kuantifikasi nilai secara relatif dan bersifat lokal. Dalam pengkelasan kerentanan dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan pengaruhnya dikelompokkan berdasarkan natural breaks. Pemberian nilai rentan setiap parameter diberi nilai antara 0-1 berdasarkan nilai pengaruh dari data parameter kerentanan dengan menggunakan persamaan 6. Tabel 5. Skor parameter kerentanan kekeringan Parameter Variabel Nilai Kelas Nilai Rentan Kerentanan penduduk a. Kepadatan Penduduk KP 0.47 – 21.02 21.02 – 81.71 81.71 – 182.30 Rendah Sedang Tinggi 0.2 0.3 0.5 b. Tingkat Kemiskinan TK 15 – 142 143 – 683 684 – 3181 Rendah Sedang Tinggi 0.2 0.3 0.5 Eksposur masyarakat a. Kepadatan Petani PP – 2.90 2.91 – 8.19 8.20 – 20.87 Rendah Sedang Tinggi 0.2 0.3 0.5 Kemampuan sosial, ekonomi dan budaya a. Kelembagaan Terlibat KT Tidak ada Ada Rendah Tinggi 0.7 0.3 b. KemampuanRespon Penanggulangan KR Tidak ada Ada Rendah Tinggi 0.7 0.3 c. Bantuan Kekeringan BK Tidak ada Ada Rendah Tinggi 0.7 0.3 Proses penggabungan dari parameter ini dilakukan tanpa pembobotan dengan alasan semua parameter memiliki pengaruh yang sama, dengan persamaan yang digunakan untuk menggambarkan kerentanan desa, sebagai berikut : V = KP + TK + PP + KT + KR + BK ………………………….. 9 Dimana : V = Kerentanan KP = Nilai rentan kepadatan penduduk TK = Nilai rentan tingkat kemiskinan PP = Nilai rentan kepadatan petani KT = Nilai rentan kelembagaan terlibat KR = Nilai rentan kemampuan respon penanggulangan BK = Nilai rentan bantuan kekeringan

3.3.3.3. Analisis Risiko Kekeringan