Luasan hasil analisis bahaya tidak sesuai dengan luasan DAS, akibat adanya konversi data raster ke vektor. Luasan yang hilang
sebesar 20,66 ha. Tabel 14. Kelas Bahaya Kekeringan beserta luasannya di lokasi penelitian
Nilai Interval Kelas Bahaya
Luas ha
1.12 - 2.02 Aman
13.792,69 21.64
2.02 - 2.52 Rendah
24.215,79 37.99
2.52 - 3.01 Sedang
18.958,32 29.74
3.01 - 3.96 Tinggi
6.781,84 10.64
Jumlah 63.748,64
100.00 5.2.
Analisis Kerentanan Kekeringan
Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan
kerawanan suatu masyarakat terhadap dampak ancaman bencana. Dalam analisis ini digunakan pendekatan penggabungan kerentanan penduduk, eksposur
masyarakat dan kemampuan masyarakat di wilayah masih-masing. Kerentanan penduduk dan eksposur masyarakat, semakin tinggi jumlahnya maka kerawanan
suatu wilayah terhadap bahaya juga meningkat. Sebaliknya, kemampuan masyarakat yang rendah di wilayah tersebut meningkatkan risiko kekeringan
wilayah yang bahaya tinggi.
5.2.1 Kerentanan Penduduk
Bencana kekeringan ditandai kurangnya kesediaan air untuk memenuhi kebutuhan air penduduk di suatu wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Wilayah yang memiliki kepadatan penduduk tinggi membutuhkan persediaan air di musim kemarau datang. Kekeringan di wilayah yang kepadatan penduduk
tinggi sangat rentan dengan wilayah dengan jumlah kepadatan penduduknya rendah. Sebaran kepadatan penduduk disajikan pada Gambar 16. Desa yang
memiliki jumlah kepadatan penduduk tinggi adalah Desa Penrang. Ketahanan individu atau kelompok terhadap bencana kekeringan ditandai
dari tingkat kesejahteraannya dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun air minum. Tingkat kesejahteraan menggambarkan individu atau kelompok yang
mampu bertahan
dalam memenuhi
kebutuhan masing-masing
tanpa mengharapkan bantuan dari luar. Wilayah yang mengalami kekeringan dengan
angka keluarga miskin yang tinggi sangat rentan dibandingkan wilayah yang 43
memiliki angka
keluarga miskin
yang rendah.
Tingkat kemiskinan
menggambarkan bila terjadi bencana kekeringan maka dampakefek kerugian diwilayah tersebut juga tinggi dengan jumlah penyaluran bantuan yang besar dan
banyak. Sebaran tingkat kemiskinan disajikan pada Gambar 17. Keluarga miskin yang tinggi berada di desa Lotang salo, Polewali, Watang Palu, Watang Suppa,
Tasiwalie, Wiringtasi, Ujung labuang dan Lero.
Gambar 16. Peta Kepadatan Penduduk di lokasi penelitian
Gambar 17. Peta Tingkat Kemiskinan di lokasi penelitian 44
5.2.2. Eksposur Masyarakat
Eksposur merupakan nilai elemen risiko. Wilayah yang mengalami bencana kekeringan sangat berefek kerugian hilangnya properti, aset atau nilai
tambah yang dimiliki oleh masyarakat petani. Kepadatan petani di wilayah tertentu di mana semakin tinggi jumlahnya menggambarkan wilayah tersebut
memiliki elemen risiko yang tinggi. Peta kepadatan petani disajikan pada Gambar 18. Kepadatan petani yang tinggi terdapat di desa Mallongi-longi,
Ammassangang, Padaidi, Manarang, Bentengnge, Pammase, Sipodeceng, Marawi, Pakkie, Mamminasae, Tiroang, Paseno, Duampanua, Mario, Rijang
Panua dan Madenra.
Gambar 18. Peta Kepadatan Petani di lokasi penelitian
5.2.3. Kemampuan Sosial, Ekonomi dan Budaya