bagian integral dari kemampuan masyarakat untuk menghasilkan barang dan menyediakan layanan. Dampak kekeringan sering disebut bersifat langsung dan
tidak langsung. Dampak langsung termasuk tanaman berkurang, lahan tidur, dan produktivitas hutan, meningkatkan bahaya kebakaran, ketinggian air berkurang,
tingkat kematian satwa liar, dan kerusakan satwa liar dan habitat ikan. Penginderaan jauh dan teknologi GIS memberikan kontribusi signifikan untuk
manajemen kekeringan Jeyaseelan, 2003.
2.2. Kajian Indeks 2.2.1. Pengertian Indeks
Indeks menurut pengertian yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Balai Pustaka 2003 adalah rasio antara dua unsur kebahasaan
tertentu yang mungkin menjadi ukuran suatu cirri tertentu atau petunjuk. Sedangkan berdasarkan teori yang dikembangkan Spiegel 1961, indeks adalah
sebuah disain pengukuran statistik untuk melihat perubahan sebuah variabel atau hubungan antara kelompok variabel dengan fungsi waktu, lokasi geografi atau
karakteristik lain.
2.2.2. Indeks Kekeringan
Indeks kekeringan masih dikembangkan oleh berbagai ahli antara lain : Indeks Kekeringan Meteorologi Bert H. Borger, Indeks Suplai Air Permukaan
SWSI, Indeks Keparahan Kekeringan Palmer PDSI, dan masih banyak lagi. Indeks-indeks ini
diciptakan tergantung dari gambaran umum yang
melatarbelakangi daerah tertentu, pengguna, proses, input dan hasil masing- masing klasifikasi. Namun belum ada indeks yang dapat digunakan untuk menilai
kekeringan hidrologis dan pertanian. Untuk itu diperlukan kajian dalam
menentukan indeks kekeringan hidrologi dan pertanian. Indeks Kekeringan Meteorologis Bert H. Borger
Tingkat kekeringan meteorologi dibatasi sebagai suatu periode dengan tiga atau bulan kering berturut-turut atau lebih yaitu bulan dengan curah hujan kurang
dari 100 mm per bulannya dan kurang dari 200 mm per tiga bulannya Borger, 2001. Perhitungan tingkat kekeringan meteorologi untuk setiap wilayah stasiun
hujan diperoleh dengan cara menambahkan skor panjang periode kering drought length dan skor jumlah curah hujan per tiga bulan rainfall for the three month
period, yakni dengan mengambil jumlah curah hujan per tiga bulan yang terkecil jika panjang periode kering lebih dari tiga bulan secara berurutan. Kelas indeks
kekeringan Bert H. Borger disajikan Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Kelas Indeks Kekeringan Bert H. Borger
Nilai Kekeringan
Kemungkinan Kelas Kering
0+0 Basah
1 1+0
Normal 2
1+1 Normal
3 1+2
Sedikit Kering 3+0
4 1+3
Sedikit Kering 3+1
5 1+4
Kering 3+2
5+0 6
1+5 Kering
3+3 5+1
7 3+4
Sangat Kering 5+2
8 3+5
Sangat Kering 5+3
9 5+4
Ekstrim Kering 10
5+5 Ekstrim Kering
Sumber : Effendy, 2011
Indeks Suplai Air Permukaan SWSI
Indeks Suplai air Permukaan telah diterbitkan oleh Shafer dan Dezman 1982 untuk melengkapkan kelemahan yang terdapat dalam PDSI. PDSI
didasarkan pada algoritma kelembaban tanah yang dikalibrasi untuk suatu kawasan yang homogen tetapi tidak sesuai untuk kawasan yang bertopografi luas
serta tidak mengambil rata-rata curah hujan. Penilaian SWSI adalah untuk menggabungkan cirri-ciri hidrologi dan
meteorologi dalam satu indeks yang menyerupai PDSI bagi setiap sungai utama Sharef dan Dezman, 1982. Nilai ini adalah piawai dan boleh dibandingkan
antara tadahan yang berbeda. Seperti PDSI, nilai SWSI berada di range – 4.2
hingga +4.2. Nilai SWSI adalah unit untuk tadahan tertentu,sehingga sulit untuk membandingkan nilai SWSI antara kawasan tadahan yang berlainan.
Indeks Keparahan Kekeringan Palmer PDSI
Indeks kekeringan palmer dapat menunjukkan indeks terlalu basah atau terlalu kering dari keadaan normalnya suatu daerah. Metode Indeks Kekeringan
Palmer berguna untuk mengetahui kekeringan yang telah terjadi terutama di daerah-daerah semiarid dan yang beriklim sub-humid kering. Kapasitas air
tersedia diperlukan dalam pengolahan data Palmer. Selain dari itu koordinat lintang juga diperlukan dalam perhitungannya agar dapat mengetahui panjang hari
dilokasi tersebut. Menurut National Drought Mitigation Center 2006, Indeks Palmer lebih baik digunakan pada area yang luas dan topografi yang seragam.
Berikut ini disajikan pada Tabel 3 kelas dan sifat cuaca dalam Indeks Kekeringan Palmer Hounam et al.1975.
Metode ini mempertimbangkan faktor iklim, tanah dan tanaman serta didasarkan pada prinsip neraca air. Curah hujan, suhu dan faktor lengas tanah
sebagai parameter utama dalam menurunkan nilai Indeks Palmer. Tabel 2. Kelas Indeks Kekeringan Palmer dan Kriterianya
Klasifikasi Palmer Indeks Kekeringan
Kriteria ≥ 4.00
Ekstrim basah 3.00 - 3.99
Sangat basah 2.00 - 2.99
Agak basah 1.00 - 1.99
Sedikit basah 0.50 - 0.99
Awal selang basah 0.49 - -0.49
Normal - 0.5 - -0.99
Awal selang kering - 1 - -1.99
Sedikit kering - 2.00 - -2.99
Agak kering - 3.00 - -3.99
Sangat kering ≤ -4.00
Ekstrim kering
2.3. Model Simulasi 2.3.1. Definisi Model Simulasi