rollover. Penerimaan dana dalam bentuk deposito berjangka pada umumnya berdasarkan prinsip mudharabah, dimana berdasarkan prinsip
ini deposan diberikan imbalan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
d Penerimaan Dana Lainnya
Penerimaan jenis ini dapat berupa Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Pengelolaan dana dapat menggunakan prinsip
wadi’ah, mudharabah atau qardh ul-hasan.
2. Penanaman Dana
Penanaman dana bank syariah dilakukan dengan menyediakan pembiayaan untuk berbagai usahakegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja,
maupun berbagai usahakegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja, maupun keperluan yang bersifat konsumtif. Prinsip akad yang dapat
digunakan antara lain; mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna’, ijarah muntahiya bittamlik, dan qardh.
3. Pemberian Jasa Perbankan Lainnya
Jasa perbankan yang dapat dilakukan antara lain: a
Bank Garansi dengan prinsip al-kafalah b
Transfer Dana dengan prinsip al-hawalah c
Penitipan Barang dan Surat Berharga dengan prinsip al-wadi’ah atau al- wakalah
d Jual Beli Mata Uang Asing, menggunakan prinsip as-sharf
e Pembukaan LC untuk perdagangan dalam dan luar negeri dengan prinsip
al-wakalah, al-musyarakah atau al-murabahah.
2.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya.
Tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya.Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, lingkungan
kerja, dan dasar perhitungan keuntungankerugian Antonio, 2007.
1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatanperjanjian yang telah dilakukan bila hokum itu hanya berdasarkan hokum positif belaka, tapi tidak demikian bila
perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti Rahman, 1990.
Setiap akad transaksi dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad,
seperti hal-hal berikut. a
Rukun, seperti : penjual, pembeli, barang, harga, dan akadijab-qabul. b
Syarat, seperti: i.
Barang atau jasa harus halal sehingga transaksi atas barang atau jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
ii. Harga barang dan jasa harus jelas.
iii. Tempat penyerahan delivery harus jelas karena akan berdampak pada
biaya transportasi. iv.
Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti
yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal. 2.
Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan
adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Keanggotaan
Dewan Pengawas Syariah DPS dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari
Dewan Syariah Nasional DSN. 3.
Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah harus memenuhi ketentuan
syari’at islam diantaranya, tidak mengandung unsur perjudian maisir,
spekulasi yang tidak berdasar gharar, tidak berkaitan dengan perbuatan asusila, haram dan riba.
4. Lingkungan Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah.Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus
melandasi setiap karyawan.Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan professional fathanah, dan mampu melakukan tugas secara
team-work dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi tabligh. Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan
yang sesuai dengan syariah Rahman, 1990. Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku karyawan merupakan cerminan
bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku kasar.
5. Dasar Perhitungan KeuntunganKerugian
Bank syariah tidak menggunakan system bunga interest sebagai basis perhitungan
dalam menjalankan
aktivitasnya transaksiakad.Sebagai
gantinya adalah system bagi hasil profit-loss sharing, yaitu system pembagian keuntungan antara shahibul maal dan mudharib berdasarkan
nisbah bagi hasil atau persentase yang telah disepakati diawal transaksi. Secara garis besar, perbandingan bank syariah dengan bank konvensional
disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi-investasi yang halal
saja. 2.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa.
3. Profit dan falah oriented kemakmuran di
dunia dan kebahagiaan di akhirat. 4.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented.
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan deitor-debitor. 5.
Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber : Antonio, 2007
2.3. Analisis Kinerja Keuangan Bank 2.3.1 Pengertian Umum