Kinerja Keuangan Bank Syariah

Di akhir tahun 2007, krisis keuangan menyebabkan ekspor menurun dan daya beli masyarakat menurun sehingga pendapatan pengusaha turun.Turunnya pendapatan pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan dalam membayar kewajiban kepada bank.Keadaan ini bisa dilihat dari turunnya prosentase ROA, ROE, dan NIM serta meningkatnya nilai NPL pada tahun 2008 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ROA berpengaruh terhadap rasio permodalan, dapat dilihat rasio CAR juga mengalami penurunan di tahun 2007 dan 2008 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan kecukupan modal terutama dikarenakan kerugian yang berasal dari pencadangan atas penurunan kualitas aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit. Sementara itu, tingkat efisiensi bank yang ditunjukkan oleh rasio operasional biaya dengan pendapatan operasional BOPO mengalami peningkatan di akhir tahun 2007 dibanding dengan tahun sebelumnya meskipun masih dalam tingkat ideal antara 60 - 80. Tingginya biaya pada bank konvensional menunjukkan target pendapatan bank konvensional yang belum terpenuhi. Apalagi pada saat krisis keuangan berlangsung, beban cost of fund semakin tinggi dan menurunnya kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya.

4.2.2 Kinerja Keuangan Bank Syariah

Kenaikan tingkat bunga di tahun 2007 – 2008 tidak mempengaruhi bank syariah secara langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti halnya dengan bunga. Namun, bagi produk bagi hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah karena krisis keuangan akan mempengaruhi hasil bagi hasil pengusaha untuk mendapatkan laba optimal. Dalam menjaga likuiditas, tingkat bunga masih menjadi benchmark bagi bank syariah dalam penentuan tingkat margin dan nisbah bagi hasil bank syariah. Dengan tingkat margin pembiayaan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat feebagi hasil pada tabungan dan deposito, membuat pembiayaan bank syariah lebih menarik bagi investor dibanding bank konvensional. Keadaan ini akan menyebabkan meningkatnya dana yang keluar untuk pembiayaan dari dana pihak ketiga DPK yang masuk sehingga konsekuensinya financing deposit ratio FDR bank syariah meningkat. Dapat dilihat pada tabel 6, nilai FDR bank syariah di tahun 2006 – 2008 cenderung stabil dan berada di tingkat ideal yaitu 90 - 110. Peningkatan FDR yang menunjukkan tingkat dana yang keluar untuk pembiayaan meningkat mengindikasikan ekspektasi keuntungan yang juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan terus meningkatnya prosentase ROE dan NOI selama periode 2006 -2008. Sama hal nya dengan bank konvensional, krisis keuangan menyebabkan turunnya kemampuan pengusaha dalam membayar kewajiban kepada bank yang bearti menurunnya tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan.Hal ini diperlihatkan pada tabel 6 dengan menurunnya nilai ROA selama periode 2006 – 2009. Krisis keuangan menjadikan tingkat pengembalian pembiayaan meningkat.Tingkat kredit macet bank syariah turun di tahun 2008 dibanding tahun sebelumnya.Hal ini disebabkan tingkat margin pada pembiayaan bank syariah tidak berubah selama krisis berlangsung, berbeda dengan bunga yang bisa berubah setiap saat. Meningkatnya tingkat bunga tidak disertai dengan tingkat margin menjadikan tingkat NPF bank syariah menurun dari 4.33 di tahun 2007 menjadi 2.34 di akhir tahun 2008. Sementara itu, tingkat efisensi yang ditunjukkan oleh rasio BOPO memperlihatkan bank syariah cukup efisien. Tingkat BOPO bank syariah terus menurun selama periode 2006 – 2009 dan menunjukkan nilai kurang dari 80. 4.3. Perbandingan Kinerja Antar Bank 4.3.1 Perbandingan Kinerja BSM dan BPD Kaltim