BAB III PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN DENGAN
PENDEKATAN REZIM ANTI MONEY LAUNDERING
A. Penanggulangan Tindak Pidana Perpajakan Melalui Penerapan Unsur-
Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang
Adapun yang melatarbelakangi para pelaku pencucian uang terkait tindak pidana perpajakan dengan maksud untuk memindahkan atau menjauhkan para pelaku
itu dari kejahatan yang menghasilan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime
dari kejahatan yang dilakukan terkait perdicate crime,
59
menikmati hasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan terhadap pelakunya, serta melakukan reinvestasi
hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya atau ke dalam bisnis dan usaha yang sah. Dalam praktiknya, sektor pajak lebih cenderung ditekankan kepada pengeluaran
pembiayaan oleh negara, yang pemenuhannya tidak terlepas dari kebijakan fiskal pemerintah, hal ini yang menjadi pertimbangan pelaku untuk melakukan pemisahan
proceeds of crime .
60
59
Sutanto, Peran Polri untuk Meningkatkan Efektivitas Penerapan UU TPPU, Keynote Adress Pada Pelatihan Anti Tindak Pidana Pencucian Uang, Medan: Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia, tanggal 15 September 2005, hal. 6, bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002, menambahkan beberapa
ketentuan tentang tindak pidana asal core crime dari predicate crimes yang semula bersifat tertutup menjadi terbuka, dan lebih menekankan peranan PPATK untuk berkerja secara intensif dalam
menanggulangi Tindak Pidana Pencucian Uang TPPU. Tindakan pemerintah Republik Indonesia untuk menanggulangi dan keluar dari daftar hitam black list negara-negara tempat tumbuh suburnya
kegiatan pencucian uang, yang dilakukan melalui beberapa upaya-upaya sudah menampakkan hasilnya, dengan dinyatakannya bahwa Indonesia telah keluar dari daftar hitam tersebut
60
Amin Sunaryadi, Tindak Pidana Pencucian Uang Implikasinya Bagi Profesi Akuntan, Media Akuntansi, Ed. 29Th. IX Oktober-November 2002, hal. 24, bahwa Sistem di Indonesia
sebenarnya mengikuti sistem yang telah diterapkan di negara maju yaitu follow the money, yaitu dengan berusaha menciptakan audit trail secara nasional. Konsep follow the money diharapkan dapat
menghubungkan antara proceeds of crime dengan perbuatan crime asalnya dan pada akhirnya dapat mencapai salah satu tujuannya yaitu meminimalkan perbuatan crime asalnya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun tujuan utama dari penerimaan pajak adalah untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pendapatan negara, serta untuk mewujudkan terciptanya
surplus anggaran dan penggunaannya untuk melunasi hutang negara sebelumnya. Sebagai sumber utama penerimaan negara, pemerintah menetapkan pendapatan dari
sektor pajak dengan target-target tertentu yang harus dicapai. Indikator berhasil atau tidaknya pemerintah dalam menyeimbangkan antara
pemasukan dan pengeluaran dapat dilihat dari target-target yang telah ditentukan semula. Dari satu sisi, sistem target dalam pemungutan pajak akan memicu
peningkatan penerimaan negara, namun di sisi lain dapat menimbulkan masalah krusial bilamana penerapan terget dimaksudkan hanya untuk memunculkan data
subjektif. Kendati data subjektif bukan data fiktif akan tetapi hal itu dapat digunakan untuk mengelabui masyarakat dari keadaan dan kondisi riil penerimaan sektor pajak,
misalnya, pendapatan pajak tahun mendatang direncanakan dengan target penerimaan yang dapat dicapai dalam jumlah tertentu.
Agar target dapat dicapai pada akhir tahun pemasukan pajak dipacu dengan membuat sistem pembukuan fiktif yang seolah-olah menunjukkan adanya
peningkatan penerimaan pajak. Manipulasi data pemasukan pajak dilanjutkan kembali untuk permulaan atau pertengahan tahun berikutnya, dimana misalnya telah
terjadi kerugian yang tidak terhindarkan karena otoritas perpajakan takut kehilangan muka atau malu apabila target tidak tercapai. Untuk target berikutnya, tentu saja
bukan objek pajak yang sama yang menjadi sandaran pencapaian target, melainkan
Universitas Sumatera Utara
mencari objek lain dengan melakukan skema yang sama. Dengan demikian manipulasi data penerimaan pajak tersebut seolah-olah berjalan mulus dan rekayasa
yang dilakukan biasanya menjadi sulit terdeteksi.
61
Terkait penerapan unsur-unsur tindak pidana pencucian uang melalui undang- undang tindak pidana pencucian uang dalam rangka penanggulangan tindak pidana
perpajakan dapat dideskripsikan sebagai berikut: “Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang mendefinisikan Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana
sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Adapun tindak pidana pencucian uang sebagaimana diatur dalam Pasal 3 adalah setiap Orang yang
menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana
Pendefinisian pencuian uang di atas mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Pelaku.
b. Transaksi keuangan atau alat keuangan atau finansial untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul harta kekayaan seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
c. Merupakan hasil tindak pidana.
ad. a Pelaku
61
http:www.linkpdf.comdownloaddlperpajakan-.pdf , tindak pidana perpajakan, diakses
tanggal 20 Desember 2010
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, menyangkut pertanggungjawaban pelaku menggunakan kata “setiap orang”, dimana dalam Pasal 1 angka 9 dinyatakan
bahwa Setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi. Sementara pengertian korporasi terdapat dalam Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa Korporasi
adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
Terkait pelaku dalam tindak pidana perpajakan Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tatacara Perpajakan
menyebutkan bahwa yang menjadi subyek pajak adalah: Pertama, orang pribadi atau perseorangan dan warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan
yang berhak. Kedua, Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, badan usaha milik negara dan daerah dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan koperasi, yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha tetap. Adapun
pertanggungjawaban pelaku tindak pidana perpajakan baik orang perseorangan rechtperson maupun badan usaha korporasi terkait tindak pidana pencucian uang
dilihat dari modus pelaku yakni: a.
Menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan hasil kejahatan perpajakan yang diperoleh dari tidak menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
Surat Pemberitahuan SPT; atau menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar,
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara.
62
b. Menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta
kekayaan hasil kejahatan perpajakan yang diperoleh dari dengan sengaja tidak mendaftarkan diri, atau menyalahgunakan, atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak PKP; atau tidak menyampaikan SPT; atau menyampaikan SPT dan atau keterangan yang
isinya tidak benar atau tidak lengkap; atau menolak untuk dilakukan pemeriksaan; atau memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
62
Lihat dalam penyidikan kasus dugaan penggelapan pajak Asian Agri Grup. Pada akhir Mei lalu, Kejakgung mengembalikan tujuh berkas perkara dugaan penggelapan pajak Asian Agri, sesuai
aturan, penyidik Ditjen Pajak diberi waktu 14 hari setelah berkas dikembalikan beserta petunjuk P19 dari Kejakgung. petunjuk yang diberikan Kejakgung adalah penghitungan besarnya kerugian negara
akibat penggelapan pajak yang dilakukan Asian Agri. Dalam penyidikan kasus ini, tim penyidik Ditjen Pajak telah menetapkan 12 orang tersangka untuk 25 berkas penyidikan penggelapan pajak. Modus
tindak pidana perpajakan yang dilakukan Asian Agri adalah dengan memanipulasi surat pemberitahuan tahunan SPT pajak. Data-data dalam SPT pajak tidak diisi dengan data yang
semestinya melalui penggelembungan pengeluaran manajemen fiktif sistem hedging dan transfer pricing. Barang bukti dokumen pajak dalam kasus ini mencapai 1500 dus.Belum lama ini, Direktur
Jenderal Pajak, Darmin Nasution, menyatakan, tujuh berkas yang dikembalikan Kejakgung ke Ditjen Pajak telah siap diserahkan kembali ke Kejakgung. Darmin menjelaskan, kasus utama Asian Agri
Grup adalah penggelembungan biaya yang menyebabkan pembayaran pajak menjadi turun drastis.Selain modus penggelembungan biaya, modus lain, terang Darmin, adalah pengalihan biaya
transfer pricing kepada perusahaan lain yang terafiliasi. Terkait modus yang menyangkut dugaan pencucian uang, kata Darmin, pihaknya sudah mempererat koordinasi dengan Pusat Penelitian Analisis
dan Transaksi Keuangan PPATK. AAG kasus utamanya bukan transfer pricing. Kasus utamanya adalah penggelembungan biaya, menciptakan biaya yang sebenarnya tidak ada. Transfer pricing
mungkin yang ketiga, ujar Darmin. Dalam kasus ini, pengusaha Sukanto Tanoto disebut-sebut akan dimintai keterangan oleh Dirjen Pajak terkait dengan Asian Agri. Namun, yang bersangkutan hingga
saat ini tak hadir. Republika, 2 Juli 2008JAKARTA -- Kejaksaan Agung Kejakgung berniat menanyakan kelanjutan Kasus AAG,
http:www.google.com , diakses tanggal 15 Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
dipalsukan seolah- olah benar; atau tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; atau tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara.
63
ad. bTransaksi keuangan atau alat keuangan atau finansial untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan seolah-
olah menjadi harta kekayaan yang sah
Istilah transaksi jarang atau hampir tidak dikenal dalam sisi hukum pidana tetapi lebih banyak dikenal pada sisi hukum perdata, sehingga undang-undang tindak
pidana pencucian uang mempunyai ciri kekhususan yaitu di dalam isinya mempunyai unsur-unsur yang mengandung sisi hukum pidana maupun perdata. UU No. 8 Tahun
2010 mendefinisikan Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau
63
Lihat dalam kasus dengan modus operandi yang dilakukan tersangka ialah praktek markdown
atau mengurangi penerimaan pajak dari setoran wajib pajak. Akhir April lalu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPATK mencurigai transfer dana 500 ribu dolar ke
rekening pegawai pajak. Berdasarkan penyelidikan polisi, dana itu merupakan komisi dari wajib pajak. Pegawai pajak dimaksud menyimpan uang itu di Bank BNI Karawang dan dikonversikan dalam
bentuk rupiah menjadi sebesar Rp 4,5 miliar. Satu bulan kemudian, pelaku mengambil kembali dan mentransfernya ke rekening miliknya, serta ke dua tersangka lainnya. Juga ke sejumlah orang
lainnya, Polda Jabar menyerahkan berkas dan tiga orang tersangka yang merupakan pegawai Direktorat Jenderal Ditjen Pajak ke Kejati Jabar. Mereka diduga terlibat praktik suap dan pencucian
uang senilai 500 ribu dolar. Kepala Seksi Penerangan dan Hukum Kejati Jabar, Dadang Alex mengatakan dua orang dari tiga tersangka itu merupakan PNS di lingkungan Ditjen Pajak RI dan satu
orang tersangka di Departemen Keuangan. Dadang,
http:www.google.com , Kasus Money Laundering
Rp 4,5 M di Ditjen Pajak Masuk Kejati Jabar Baban Gandapurnama – detiksport, diakses tanggal 14 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
lebih, termasuk kegiatan pentransferan danatau pemindahbukuan dana yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan. Transaksi keuangan yang menjadi unsur
pencucian uang adalah transaksi keuangan mencurigakan dan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai yang belum dilaporkan dan mendapat persetujuan dari
Kepala PPATK. Definisi Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:
64
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang wajib
dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini; c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan
Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak
Pelapor karena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
Kasus terkait tentang transaksi mencurigakan di bidang perpajakan dapat dilihat dari pengungkapan dan pengakuan dari seorang anggota Polisi dengan
pangkat Jenderal bintang tiga, Susno Duadji, yang mengungkap kasus besar yang melibatkan seorang pegawai kantor pajak dengan nama Gayus Tambunan yang
menyangkut penyelewengan pajak PT Arwana di Kepulauan Riau, batam.
65
Bukan hanya Gayus yang melakukan tindakan yang tidak terpuji tersebut. Berikutnya di
Surabaya ditemukan lagi kasus penyelewengan pajak yang dilakukan oleh oknum pegawai kantor Pajak dengan modus pemalsuan blanko setoran pajak dan lain
64
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
65
http:liputan6.com , tanggal 19 Mei 2010 diakses pada tanggal 14 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Hal ini juga jelas-jelas merugikan negara.
66
Keberhasilan PPATK dalam mengungkapkan dari 50 ribu transaksi mencurigakan yang ditemukan pada tahun
2010, maka aliran dana sebanyak 1.219 LTKM Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan telah disampaikan kepada polri dan Kejaksaan Agung. Tindak Pidana
tersebut untuk korupsi sebesar 56,82, penipuan 11,66, Penyuapan 5,71, Penggelapan 4,96 dan tindak pidana pencucian uang sebesar 20,85. Namun
tindak lanjut dari PPATK dalam menjalankan tugasnya untuk mengungkapkan identitas dari pihak yang terlibat dalam Transaksi Mencurigakan belum dijalankan
dengan sepenuhnya. Adapun cara dan metode pelaku melakukan pencucian uang atas harta
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana perpajakan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
67
a. Tipologi dasar: 1. Modus orang ketiga, yaitu dengan menggunakan seseorang untuk menjalankan
perbuatan tertentu yang diinginkan oleh pelaku pencurian uang, dapat dengan menggunakan atau mengatasnamakan orang ketiga atau orang lain yang n
hampir selalu nyata dan bukan nama palsu dalam dokmen,orang ketiga biasanya menyadari telah dipergunakan orang ketiga tersebut yang merupakan
orang kepercayaan yang bias dikendalikan dan hubungannya dengan pelaku sangat dekat sehingga sapat berkomunikasi setiap saat.
2. Modus topeng usaha sederhana , merupakan lanjutan modus orang ketiga, dimana orang tersebut akan diperintahkan untuk mendirikan suatu bidang
usaha dengan menggunakan kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana. 3. Modus perbankan sederhana, dapat merupakan kelanjutan modus pertama dan
kedua, namun dapat juga berdiri sendiri. Disini terjadi perpindahan sistem transaksi tunai yang berubah dalam bentuk cek kontan,cek perjalanan, atau
bentuk lain dari deposito, tabungan yang dapat ditransfer dengan cepat dan digunakan lagi dalam pembelian aset aset. Modus ini banyak meninggalkan
66
http:ppatkonline.com , diakses pada tanggal 14 Februari 2011
67
http:ppatkonline.com , diakses pada tanggal 14 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
jejak melalui dokumen rekening koran, cek dan data data lain yang mengarah pada nasabah itu, serta kelur masuknya dari proses transaksi baik yang
menuju pada seseorang maupun pada aset aset, ataupun pada pembayaran pembayaran lain.
4. Modus kombinasi perbankan atau usaha, yang dilakukan oleh orang ketiga yang menguasai suatu usaha dengan uang memasukkan uang hasil kejahatan
ke bank untuk kemudian ditukar dengan cek yang kemudian digunakan untuk pembelian aset atau pendirian usaha usaha lain,
b. Tipologi ekonomi ; 1. Model smurfing, yaitu pelaku menggunakan rekan-rekannya yang banyak
untuk memecah sejumlah besar uang tunai dalam jumlah-jumlah kecil dibawah batas uang tunai sehingga bank tidak mencurigai kegiatan tersebut
untuk kemudian uang tunai tersebut di bank dengan cek wisata atau cek kontan. Bentuk lain adalah dengan memasukkan dalam rekening smurfing di
satu tempat pada suatu bank kemudian mengambil pada bank kemudian mengambil pada bank yang sama di kota yang berbeda atau disetorkan pada
rekening-rekening pelaku pencucian uang, di kota lain sehingga terkumpul dalam beberapa rekening pelaku pencucian uang. Rekening ini tidak langsug
atas nama pelaku namun bisa menunjukk pada suatu perusahaan lainyang di samarkan nama pelakunya.
2. Model perusahaan rangka disebut demikian karena perusahaan ini sebenarnya tidak menjalankan kegiatan usaha apapun, melainkan dibentuk agar rekening
perusahaannya dapat digunakan untuk memindahkan sesuatu atau uang. Perusahaan rangka dapat digunakan untuk Placement dana sementara
sebelum dipindahkan atau digunakan lagi. Perusahaan rangka dapat terhubung satu dengan yang lain misal saham PT A dimiliki oleh PT B yang berada di
daerah atu di negara lain , sementara saham PT B sebahagian dimiliki oleh PT A, PT B, PT C, dan atau PT D yang berada di daerah atau Negara lain.
3. Modus pinjaman kembali, adalah suatu variasi dari kombinasi modus perbankan dan modus usaha, contohnya : pelaku pencucian uang
menyerahkan uang hasil tindak pidana kepada A orang ketiga|, daan A memasukkan sebagian dana tersebut ke bank B dan sebagian dana juga
didepositokan ke bank C. Selain itu A meminjam uang ke bank Dengan bunga deposito bank C, A kemudian membayar bunga dan pokok pinjamannya dari
bank D. Dari segi jumlah memang terdapat kerugian karena harus membayar bunga pinjaman namun uang illegal tersebut telah berubah menjadi uang
pinjaman yang bersih dengan dokumen yang lengkap.
c. Modus menyerupai MLM : 1. Modus under invoicing, yaitu modus untuk memasukkan uang hasil tindak
pidana dalam pembelian suatu barang yang nilai jual barang tersebut sebenarnya lebih besar daripada yang dicantumkan dalam faktur.
Universitas Sumatera Utara
2. Modus over invoicing
, merupakan kebalikan dari modus under invoicing. 3. Modus over invoicing, dimana sebenarnya tidak ada barang
yangdiperjualbelikan, yang ada hanya faktur-faktur yang dijadikan bukti pembelian penjualan fiktif sebab penjual dan pembeli sebenarnya adalah
pelaku pencucian uang.
4. Modus pembelian kembali, dimana pelaku menggunakan dana yang telah dicuci untuk membeli sesuatui yang telah dia miliki.
d. Tipologi IT : 1. Modus E-Bisnis, hampir sama dengan modus menyerupai MLM, namun
menggunakan sarana internet. 2. Modus scanner merupakan tindak pidana pencucian Uang dengan predicate
crime berupa penipuan dan Pemalsuan atas dokumen-dokumen transaksi
Keuangan. 3. Tipologi
hitek adalah suatu bentuk kejahatan terorganisir secara skema namun
orang-orang kunci tidak saling mengenai, nilai uang relative tidak besar tetapi bila dikumpulkan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dikenal dengan
nama modus cleaning dimana kejahatan ini biasanya dilakukan dengan nama modus cleaning dimana kejahatan ini biasanya dilakukan dengan menembus
sistem data base suatu bank.
Kesulitan Penerapan UU Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang bagi PPATK adalah:
68
a. Fungsi PPATK hanya bersifat administratif, yaitu mengumpulkan,
menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi yang diperoleh PPATK Pasal 26 huruf a dan bilamana dari hasil analisis ditemukan transaksi
keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang maka PPATK baru melaporkan kepada kepolisian dan kejaksaan Pasal 26 huruf g, atau paling
lambat 3 tiga hari kerja sejak ditemukan adanya petunjuk atas dugaan transaksi keuangan yang mencurigakan, PPATK wajib menyerahkan hasil
analisis kepada penyidik untuk ditindaklanjuti. Selain itu PPATK tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan pemblokiran atas dana yang
diduga merupakan hasil tindak pidana.
b. Pihak kepolisian dan penuntut umum memiliki kesulitan dalam membuktikan
terjadinya tindak pidana pencucian uang karena modusnya bervariasi dan biasanya tidak ditemukan adanya cukup alat bukti
68
http:ppatkonline.com , diakses pada tanggal 14 Februari 2011
Universitas Sumatera Utara
Peran penyedia jasa keuangan dalam kerangka pembuktian pemenuhan unsur tindak pidana dapat berpatokan pada kriteria sebagai berikut:
69
1. Pola transaksi tunai yakni dengan: a.
Penyetoran tunai dalam jumlah besar yang tidak lazim oleh perorangan atau perusahaan yang memiliki kegiatan usaha tertentu dan penyetoran tersebut
biasanya dilakukan dengan menggunakan cek atau instrumen non-tunai lainnya;
b. Peningkatan penyetoran tunai yang sangat material pada rekening
perorangan atau perusahaan tanpa disertai penjelasan yang memadai, khususnya apabila setoran tunai tersebut langsung ditransfer ke tujuan yang
tidak mempunyai hubungan atau keterkaitan dengan perorangan atau perusahaan tersebut;
c. Penyetoran tunai dengan menggunakan beberapa slip setoran dalam jumlah
kecil sehingga total penyetoran tunai tersebut mempunyai jumlah sangat besar;
d. Penggunaan rekening perusahaan yang lazimnya dilakukan dengan
menggunakan cek atau instrumen non-tunai lainnya namun dilakukan secara tunai;
e. Pembayaran atau penyetoran dalam bentuk tunai untuk penyelesaian tagihan
wesel, transfer atau instrumen pasar uang lainnya; f.
Penukaran uang tunai berdenominasi kecil dalam jumlah besar dengan uang tunai berdenominasi besar;
g. Penukaran uang tunai ke dalam mata uang asing dalam frekuensi yang
tinggi; h.
Peningkatan kegiatan transaksi tunai dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran suatu kantor Bank;
i. Penyetoran tunai yang didalamnya selalu terdapat uang palsu;
j. Transfer dalam jumlah besar dari atau ke negara lain dengan instruksi untuk
dilakukan pembayaran tunai; k.
Penyetoran tunai dalam jumlah besar melalui rekening titipan setelah jam kerja kas untuk menghindari hubungan langsung dengan petugas Bank.
2. Transaksi mencurigakan dengan menggunakan rekening Bank :
a. Pemeliharaan beberapa rekening atas nama pihak lain yang tidak sesuai
dengan jenis kegiatan usaha nasabah;
69
Bismar Nasution, Loc.cit
Universitas Sumatera Utara
b. Penyetoran tunai dalam jumlah kecil ke dalam beberapa rekening yang
dimiliki nasabah pada Bank sehingga total penyetoran tersebut mempunyai jumlah sangat besar;
c. Penyetoran dan atau penarikan dalam jumlah besar dari rekening
perorangan atau perusahaan yang tidak sesuai atau tidak terkait dengan usaha nasabah;
d. Pemberian informasi yang sulit dibuktikan atau memerlukan biaya yang
sangat besar bagi Bank untuk melakukan pembuktian; e.
Pembayaran dari rekening nasabah yang dilakukan setelah adanya penyetoran tunai rekening dimaksud pada hari yang sama atau hari
sebelumnya; f.
Penarikan dalam jumlah besar dari rekening nasabah yang semula tidak aktif atau dari rekening nasabah yang menerima setoran dalam jumlah besar
dari luar negeri; g.
Penggunaan petugas teller yang berbeda oleh nasabah yang secara bersamaan untuk melakukan transaksi tunai dalam jumlah besar atau
transaksi mata uang asing; h.
Pihak yang mewakili perusahaan selalu menghindar untuk berhubungan dengan petugas Bank;
i. Peningkatan yang besar atas penyetoran tunai atau negotiable instruments
oleh suatu perusahaan dengan menggunakan rekening klien perusahaan, khususnya apabila penyetoran tersebut langsung ditransfer di antara
rekening klien lainnya;
j. Penolakan oleh nasabah untuk menyediakan tambahan dokumen atau
informasi penting, yang apabila diberikan kemungkinan nasabah menjadi layak untuk memperoleh fasilitas pemberian kredit atau jasa perbankan
lainnya;
k. Penolakan nasabah terhadap fasilitas perbankan yang lazim diberikan,
seperti penolakan untuk diberikan tingkat bunga yang lebih tinggi terhadap jumlah saldo tertentu;
l. Penyetoran untuk rekening yang sama oleh banyak pihak tanpa penjelasan
yang memadai. 3. Transaksi mencurigakan melalui transaksi yang berkaitan dengan investasi yaitu:
a. Pembelian surat berharga untuk disimpan di Bank sebagai kustodian yang
seharusnya tidak layak apabila memperhatikan reputasi atau kemampuan finansial nasabah;
b. Transksi pinjaman dengan jaminan dan yang diblokir black-to-back
depositloan transactios antara Bank dengan anak perusahaan, perusahaan
afiliasi, atau institusi di negara lain yang dikenal sebagai negara tempat lalu-lintas perdagangan narkotika;
Universitas Sumatera Utara
c. Permintaan nasabah untuk jasa pengelolaan investasi dengan sumber dana
investasi yang tidak jelas sumbernya atau tidak konsisten dengan reputasi atau kemampuan finansial nasabah;
d. Transaksi dengan pihak lawan counterparty yang tidak dikenal atau ,
jumlah dan frekuensi transaksi yang tidak lazim; e.
Investor yang diperkenalkan oleh bank di negara lain, perusahaan afiliasi, atau investor lain dari negara yang diketahui umum sebagai tempat
produksi atau perdagangan narkotika. 4. Transaksi mencurigakan melalui aktivitas Bank di luar negeri
a. Pengenalan nasabah oleh kantor cabang di luar negeri, perusahaan afiliasi
atau bank lain yang berada di negara yang diketahui sebagai tempat produksi atau perdagangan narkotika;
b. Penggunaan Letter of Credits LC dan instrumen perdagangan
internasional lain untuk memindahkan dana antar negara dimana transaksi perdagangan tersebut tidak sejalan dengan kegiatan usaha nasabah;
c. Penerimaan atau pengiriman transfer oleh nasabah dalam jumlah besar ke
atau dari negara yang diketahui merupakan negara yang terkait dengan produksi, proses, dan atau pemasaran obat terlarang atau kegiatan
terorisme;
d. Penghimpunan saldo dalam jumlah besar yang tidak sesuai dengan
karakteristik perputaran usaha nasabah yang kemudian ditransfer ke negara lain;
e. Transfer secara elektronis oleh nasabah tanpa disertai penjelasan yang
memadai atau tidak dengan menggunakan rekening; f.
Permintaan travellers cheques, wesel dalam mata uang asing, atau negotiable instrument
lainnya dengan frekuensi tinggi; g.
Pembayaran dengan menggunakan traveller cheques atau wesel dalam mata uang asing khususnya yang diterbitkan oleh negara lain dengan
frekuensi tinggi.
5. Transaksi mencurigakan yang melibatkan karyawan Bank dan atau agen a.
Peningkatan kekayaan karyawan dan agen Bank dalam jumlah besar tanpa disertai penjelasan yang memadai;
b. Hubungan transaksi melalui agen yang tidak dilengkapi dengan informasi
yang memadai mengenai penerima akhir ultimate beneficiary. 6. Transaksi mencurigakan melalui transaksi pinjam meminjam
a. Pelunasan pinjaman bermasalah secara tidak terduga;
b. Permintaan fasilitas pinjaman dengan agunan yang asal usulnya dari aset
yang diagunkan tidak jelas atau tidak sesuai dengan reputasi dan kemampuan finansial nasabah;
Universitas Sumatera Utara
c. Permintaan nasabah kepada Bank untuk memberikan fasilitas pembiayaan
dimana porsi dana sendiri Nasabah dalam fasilitas dimaksud jelas asal usulnya, khususnya apabila terkait dengan properti.
ad. c Merupakan hasil tindak pidana
Penyebutan tindak pidana pencucian uang salah satunya harus memenuhi unsur adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 UU
No. 8 Tahun 2010, dimana perbuatan melawan hukum tersebut terjadi karena pelaku melakukan tindakan pengelolaan atas harta kekayaan yang merupakan hasil tindak
pidana misalnya penggelapan pajak tax evasion yang merupakan rekayasa subyek pelaku dan obyek transaksi pajak untuk memperoleh penghematan pajak secara
melawan hukum unlawfully. Pengertian hasil tindak pidana dinyatakan pada Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang yang dalam pembuktian nantinya hasil tindakan pidana akan merupakan unsur-unsur delik yang harus dibuktikan. Pembuktian apakah benar harta
kekayaan tersebut merupakan hasil tindak pidana adalah dengan membuktikan ada atau terjadi tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan tersebut, pembuktian
disini bukan untuk membuktikan apakah benar telah terjadi tindak pidana asal predicate crime perpajakan yang menghasilkan harta kekayaan. Apabila
digambarkan maka unsur-unsur pokok pencucian uang adalah sebagai berikut :
Pelaku
Universitas Sumatera Utara
Perbuatan Melawan Hukum
menjadi
hasil tindak pidana transaksi keuangan
LEGAL
Selanjutnya, definisi Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai diatur dalam Pasal 1 angka 6 UU No. 8 Tahun 2010 adalah transaksi penarikan, penyetoran,
atau penitipan yang dilakukan dengan uang tunai atau instrumen pembayaran lain yang dilakukan melalui Penyedia Jasa Keuangan. Penyebutan tindak pidana
pencucian uang salah satunya harus memenuhi unsur adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 UU No. 8 Tahun 2010, dimana
perbuatan melawan hukum tersebut terjadi karena pelaku melakukan tindakan pengelolaan atas harta kekayaan yang merupakan hasil tindak pidana. Pengertian
hasil tindak pidana dinyatakan pada Pasal 2 UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang dalam
pembuktian nantinya hasil tindakan pidana akan merupakan unsur-unsur delik yang harus dibuktikan. Pembuktian apakah benar harta kekayaan pelaku tindak pidana
perpajakan merupakan hasil tindak pidana adalah dengan membuktikan ada atau terjadi tindak pidana yang menghasilkan harta kekayaan tersebut. Pembuktian disini
bukan untuk membuktikan apakah benar telah terjadi tindak pidana asal predicate crime
yang menghasilkan harta kekayaan. Baik cara perolehan uang yang illegal yakni tindak pidana perpajakan maupun transaksi keuangan untuk melegalkan uang
Universitas Sumatera Utara
hasil tindakan illegal menimbulkan dampak ekonomi mikro dan makro. Dampak ekonomi mikro sebagai berikut: Pertama, cara perolehan uang yang illegal berupa
tindak pidana perpajakan mengganggu jalannya mekanisme pasar. Esensi sistem pasar adalah adanya pengakuan dan perlindungan terhadap pemilikan pribadi atas
faktor-faktor produksi maupun atas barang-barang serta jasa-jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi. Namun dengan adanya peluang perolehan uang yang
ilegal telah menunjukkan tidak adanya perlindungan dari penguasa atas hak milik, pasar menjadi tidak efisien yang ditunjukkan dengan meningkatnya biaya transaksi
pasar, adanya akses yang asimetris pada informasi pasar yang menyebabkan transaksi bersifat zero sum game dalam arti bahwa keuntungan suatu pihak dapat membawa
kerugian bagi pihak lain. Kedua, transaksi keuangan untuk melegalkan hasil perolehan uang yang illegal membawa dampak penurunan produktifitas masyarakat.
Sedangkan dampak ekonomi makro sebagai berikut:
70
a. tindak pidana pencucian uang menghindarkan kewajiban pembayaran pajak yang
berarti mengurangi penerimaan Negara; b.
apabila transaksi keuangan yang dilakukan adalah dengan membawa uang yang ilegal ke luar negeri maka akan menambah defisit neraca pembayaran luar negeri,
selain itu juga mengakibatkan berkurangnya dana perbankan yang menyebabkan kesulitan bank melakukan ekspansi kredit;
c. apabila Negara memperoleh sejumlah uang ilegal dari luar negeri maka akan
menambah kegoncangan stabilitas ekonomi makro. Terlebih untuk Negara yang tidak memiliki cukup banyak instrumen moneter sehingga tidak mampu
mensterilisasi dampak moneter pemasukan modal. Jika bank sentral membeli devisa yang masuk itu sebagai upaya untuk mempertahankan nilai tukar luar
negeri mata uang nasionalnya, jumlah uang beredar akan bertambah dengan cepat dan tambahan jumlah uang beredar itu akan menyulut inflasi sehingga
menimbulkan gangguan pada keseimbangan internal perekonomian. Akan tetapi
70
Sie Infokum, Ditama Binbangkum, http:www.yahoo.com
, diakses tanggal 21 September 2010
Universitas Sumatera Utara
jika bank sentral tidak membeli devisa yang masuk akan menguatkan nilai tukar mata uang nasional yang menyebabkan berkurangnya insentif kegiatan ekspor.
Pengurangan ini akan menambah defisit neraca pembayaran luar negeri.
B. Pengejaran Aset Harta Kekayaan Terkait Tindak Pidana Perpajakan sebagai Predicate Crime