1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan manusia dalam kehidupannya dipengaruhi pengalaman sendiri maupun orang lain yang menjadikan bekal dalam menghadapi kehidupan
masa yang akan datang. Seperti halnya proses pembelajaran siswa di sekolah dasar SD sejak awal masuk kelas I, pengetahuan mereka dibentuk dari ketika
siswa belajar di playgroup maupun ketika prasekolah. Siswa sudah memiliki pengetahuan awal ketika masuk ke kelas I walaupun pengetahuan siswa berbeda,
pengetahuan tersebut telah ada berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki siswa. Pengetahuan siswa terbentuk dari pengalaman yang dialami langsung maupun
pengalaman orang lain yang dapat dijangkau atau dirasakan oleh siswa tanpa harus mengalaminya secara langsung, sehingga terbentuk pengalaman tidak
langsung yang diperoleh siswa. Pengalaman belajar dapat diperoleh dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa harus dapat memperkaya siswa dalam hal ‘mengalami’ sehingga pembelajaran lebih bermakna
bagi kehidupan siswa dan terjadinya perubahan ke arah positif baik secara pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki siswa. Pengetahuan didapat
dari berbagai mata pelajaran. Mata pelajaran memiliki karakteristik yang berbeda tiap mata pelajarannya. Pengetahuan terkandung dalam matematika saling
berkaitan, maka dalam pembelajarannya harus ada keterkaitan dan kebermaknaan materi yang sedang dipelajari dengan apa yang dialaminya dalam kehidupan.
Kebermakaan materi yang diajarkan oleh guru, tak terlepas pertimbangan dan pemilihan pendekatan pembelajaran yang digunakan khususnya untuk mata
pelajaran matematika. Terdapat beberapa pendekatan matematika yang dapat menjadi pertimbangan guru dalam pembelajaran matematika. Pendekatan
pembelajaran yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Pendekatan Matematika Realistik PMR. PMR merupakan pendekatan yang memfasilitasi
siswa untuk belajar sesuai dengan konteks nyata baik yang pernah dialami oleh
siswa maupun yang belum dialami langsung oleh siswa, tetapi siswa dapat menjangkau dan menerima hal yang belum pernah dialaminya itu adalah nyata
dan ada dalam kehidupannya. PMR mempunyai ciri khas dalam evaluasi pembelajarannya, yaitu karakter soal yang disajikan bersifat abstrak, tapi telah
menjadi nyata karena siswa pernah mengalami ketika proses pembelajaran. Materi yang bersifat abstrak akan memancing daya nalar siswa. Selain
daya nalar siswa yang dikembangkan dalam belajar matematika, kemampuaan lainnya ikut berkembang. Kemampuan matematika menurut National Council of
Teachers Mathematics NCTM tahun 2000 dalam Alhadad, 2010 bahwa kompetensi pembelajaran matematika di antaranya adalah kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran dan kemampuan representasi. Dari kelima kompetensi pembelajaran di atas,
masih sedikit penelitian yang mengembangkan kemampuan penalaran dan representasi matematis terutama pada tingkatan SD. Pada usia SD, siswa
penerapan konsep disampaikan secara sederhana namun sesuai dengan usia perkembangan mental siswa akan membangkitkan daya nalar dan representasi.
Banyak orang kreatif dan inovatif dalam menciptakan hal yang baru dipengaruhi oleh daya nalar yang dimilikinya. Seseorang yang memiliki penalaran
yang baik, akan dapat melihat suatu ide atau konsep dari sudut pandang yang berbeda sehingga dapat menciptakan hal baru yang belum pernah terpikirkan oleh
orang lain. Hal penting lainnya, orang kreatif dan inovatif mengubah ide hasil penalarannya dalam representasi yang lain sehingga dapat menciptakan suatu
konsep atau benda sesuai dengan tujuan penalarannya. Tujuan pembelajaran matematika dalam KTSP Depdiknas, 2007: 11
adalah sebagai berikut. 1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat, dalam pemecahan masalah. 2.
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika. 3.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari tujuan kurikulum di atas, tujuan yang harus dicapai di antaranya menggunakan penalaran dan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah yang termasuk dalam bentuk representasi. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan dalam
pembelajaran matematika khususnya di SD untuk meningkatkan kemampuan penalaran dan representasi matematis siswa. Di antaranya, PMR dengan
karakteristik memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan kembali konsep atau algoritma secara matematis, berlandaskan pada masalah kontekstual
yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari, dan menyatakan dalam model yang dikembangkan oleh siswa sendiri. Pendekatan ini akan mengembangkan proses
pembelajaran, pengalaman baru dan menunjang untuk pembentukan serta peningkatan kemampuan penalaran dan representasi matematis siswa dengan
karakteristik yang ada pada PMR. Berdasarkan uraian di atas, pentingnya penelitian ini adalah untuk menguji
PMR terhadap peningkatan penalaran dan representasi matematis siswa sebagai salah satu pengembangan model pembelajaran dan kemampuan penalaran dan
representasi siswa yang bermanfaat untuk mengembangkan daya nalar, kreativitas, percaya diri siswa dalam belajar dan menyelesaikan permasalahan
yang berhubungan dengan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sebagai salah satu bentuk sumbangsih terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan.
B. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah