commit to user 124
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam usaha pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk
pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak
negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas
di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai
melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka
pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat suatu negara.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Redaksi Kharisma, 2005:2 .
commit to user 125
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai
dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan
meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional. Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru
bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang
ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara maksimal.
Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi
guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang
kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk
menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi siswa-
siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh
aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang. Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari
guru ke siswa.
commit to user 126
Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga materinya sangat kompleks dan beragam.
Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan
Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan
ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini
termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita
dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk
memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi
sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang dapat mencapai KKM hanya 39. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa
kelas V di bawah ini. Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 35
Nilai Tertinggi 75
Nilai Rata-Rata Kelas 56,57
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM 60
commit to user 127
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM 20 siswa
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM 31 siswa
Siswa yang Mencapai KKM 39
Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh,
ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses
pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran,
sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya. Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode
ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang
komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran, seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun
membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam
aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran. Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada
kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan
dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera
mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan
Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek memang dapat kita lihat dalam nilai kuantitas siswa. Namun hal tersebut hanya
commit to user 128
bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas
dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari nilai-nilai sosial maupun agama.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena
menurut E. Mulyasa 2007 : 125-126 mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 mengenal konsep-konsep yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2 memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3 Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.
Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut,
terdapat nilai-nilai sosial yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode
pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar siswa.
Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat
mengaktifkan siswa, membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
commit to user 129
dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS juga akan meningkat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode
Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike Hernacki 2008: 14 bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan
falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak
belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.
Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman
dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai
kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang
disampaikan Bobby dan Hernacki 2008: 8 bahwa “ … seperti halnya di sekolah bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan
how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti
akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.
B. Identifikasi Masalah