PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011
commit to user
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
AGUNG SUSANTO X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN
MATERI PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS
SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh : AGUNG SUSANTO
X 7108605
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ”
Disusun Oleh :
Nama : Agung Susanto
NIM : X7108605
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd NIP 19561009 198012 1 001
Pembimbing II
Dra. Hadiyah, M.Pd NIP 19580727 198503 2 003
Ketua Program
Drs. Kartono, M.Pd. NIP. 19540102 197703 1 001
(4)
commit to user PENGESAHAN Skripsi dengan judul :
“ PENGGUNAAN METODE QUANTUM LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SDN NGORESAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN
2010/2011 ” telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ………
Tanggal : ………
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ……….
Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd. ……….
Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M.Pd ……….
Anggota II : Hadiyah, S.Pd, M.Pd ……….
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 196007271987021001
(5)
commit to user ABSTRAK
Agung Susanto. Penggunaan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Ngoresan Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
Metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa metode Quantum Learning mampu a) Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia; b) Menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan; c) Meningkatkan prosentase pencapaian nilai; d) Meningkatkan tingkat ketuntasan belajar. Penggunaan metode Quantum Learning pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terhadap siswa kelas V SDN Ngoresan terbukti dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada kondisi awal nilai rata-rata kelas 56,56, pada siklus I nilai rata-rata kelas menjadi 69,55 dan pada siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 75,89. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dari kondisi awal 15,78% meningkat menjadi 74,50% pada siklus I dan 92,15% pada siklus II.
(6)
commit to user ABSTRACT
Agung Susanto : THE USE OF QUANTUM LEARNING METHODS TO IMPROVE THE UNDERSTANDING OF INDONESIA INDEPENDENCE
STRUGGLE MATERIAL ON SOCIAL SCIENCE AMONG 5th GRADE SD
NEGERI NGORESAN OF SURAKARTA REGENCY OF 2010/2011 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Surakarta : Teaching Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, May 2011.
Purpose of the research is to improve the understanding of Indonesian independence struggle material on social science through Quantum Learning among 5th grade SD Negeri Ngoresan Surakarta regency of 2010/2011 academic year.
Methods research approach used was Classroom Action Research is the research conducted by teachers in the classroom where teaching, with emphasis on the enhancement or improvement practices and learning processes in the Social Sciences. In this study divided into two cycles, each cycle consisting of two meetings. The subjects of this study among 5th grade SD Negeri Ngoresan of Surakarta Regency of 2010/2011 academic years. Data collection techniques used was observation, tests, documentation and literature. Data analysis technique used is the technique of interactive models.
Based on the result of the research, it can be concluded that the Quantum Learning method is able to a) Promote understanding of the material struggle for Indonesian independence; b) To make learning more enjoyable; c) Improve the percentage achievement of value; d) Increase the level of completeness of learning. The use of Quantum Learning method on the subjects of Social Sciences among 5th grade SD Negeri Ngoresan proven to improve understanding of the material struggle for Indonesian independence. At beginning conditions the average value of 56.56 classes, the cycle I the average value of 69.55 and the class into cycles II class average value reached 75.89. Students who achieve the minimum criteria for completeness of the initial conditions of 15.78% increased to 74.50% in cycle I and 92.15% in cycle II.
(7)
commit to user MOTTO
“Allah meninggikan orang yang beriman diantaranya kamu dan
orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan.” (Q.S. Al Mujahadah : 11)
Semakin tinggi kemampuan yang kita miliki, semakin besar pula tanggung
jawab kita.
(8)
commit to user PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1. Kedua orang tuaku, Bp. Suwardi dan Ibu
Tumiyem yang tersayang, yang selalu memberi motivasi, nasehat, dan dukungan kepada peneliti.
2. Kakak-kakakku yang selalu memberi
dukungan kepada peneliti.
3. Dosen pembimbingku Bp Hadi Mulyono dan
Ibu Hadiyah yang telah memberi bimbingan. 4. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu per satu.
5. Teman-temanku seperjuangan jurusan S1
Kualifikasi PGSD angkatan 2008.
6. Bapak Ibu Guru SD Negeri Ngoresan yang selalu memberi dukungan dan nasehat kepada peneliti.
(9)
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Pihak-pihak tersebut adalah :
1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin penyusunan ini.
3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program PGSD Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin untuk penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd., selaku pembimbing I yang telah memberi arahan
dan bimbingan kepada penulis.
5. Dra. Hadiyah, M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
6. Enie Jatmikaningtyastuti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SDN Ngoresan yang telah memberi ijin penelitian ini.
7. Bapak Ibu Guru SDN Ngoresan Surakarta yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman S1 Kualifikasi PGSD angkatan 2008 yang telah memberikan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Seseorang yang telah memberikan semangat, motivasi, dan selalu
menemaniku setiap hari meski hanya lewat sms, yaitu Dik Barid Sholihah. 10. Semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan baik moril maupun
(10)
commit to user
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Surakarta, Mei 2011
(11)
commit to user DAFTAR ISI
... Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK ... v
HALAMAN ABSTRACT ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Perumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
1. Tinjauan Metode Quantum Learning ... 10
a. Pengertian Metode ... 10
b. Pengertian Metode Quantum Learning ... 11
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning ... 13
(12)
commit to user
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan ... 24
a. Pengertian Pemahaman ... 24
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan ... 25
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 27
d. Tujuan Pembelajaran IPS ... 27
e. Hubungan Metode Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ……… 29
B. Hasil Penelitian Yang Relevan... 30
C. Kerangka Berpikir ... 32
D. Rumusan Hipotesis ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
1. Tempat Penelitian ... 34
2. Waktu Penelitian ... 34
B. Subjek Penelitian ... 35
C. Teknik Pengumpulan Data ... 36
D. Teknik Analisis Data ... 38
E. Prosedur Penelitian ... 40
F. Indikator Keberhasilan ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian ... 43
B. Deskripsi Kondisi Awal ... 44
C. Deskripsi Hasil Siklus I ... 46
D. Deskripsi Hasil Siklus II ... 55
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ... 68
B. Implikasi ... 69
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN ...
(13)
commit to user DAFTAR TABEL
... Halaman
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan ... 3 Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ... 35 Tabel 3. Frekuensi Nilai Persiapan Kemerdekaan Indonesia Siswa Sebelum
Tindakan ... 45 Tabel 4. Perbandingan Hasil Tes Sebelum dengan Tindakan Siklus I ... 50 Tabel 5. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus I ... 50 Tabel 6. Perbandingan Nilai Siklus I dengan Nilai Siklus II ... 60 Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Hasil Belajar Persiapan Kemerdekaan
Indonesia Pada Siklus II ... 60 Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Sebelum Tindakan Sampai Siklus
II ... 65 Tabel 9. Perbandingan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Mata Pelajaran
Lain ... 75 Tabel 10.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Sebelum
Tindakan ... 77
Tabel 11.Daftar Nilai Materi Pemahaman Persiapan Kemerdekaan Siklus I .. 92
(14)
commit to user DAFTAR GAMBAR
... Halaman
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan PTK ... 33
Gambar 2. Skema Teknik Model Interaktif ... 38
Gambar 3. Proses Siklus I – II ... 42
Gambar 4. Grafik Nilai Sebelum Tindakan ... 45
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus I ... 51
Gambar 6. Grafik Nilai Siklus II ... 61
(15)
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam usaha pembangunan suatu negara. Karena dengan pendidikan yang baik, segala bentuk pembangunan fisik dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, memberikan pendidikan yang layak sudah menjadi tujuan Negara Indonesia sejak negara ini merdeka dari penjajahan. Hal ini sudah dicantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4, yaitu dalam kalimat
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kalimat mencerdaskan kehidupan bangsa memiliki arti bahwa Negara Indonesia mempunyai tekad untuk membangun masyarakat yang cerdas. Cerdas di sini tentunya tidak hanya cerdas dalam segi intelektualitas, tetapi juga cerdas interpersonal. Dalam membangun masyarakat yang cerdas tentunya dapat dicapai melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas berawal dari sistem pendidikan yang baik. Jika sistem pendidikan nasional sudah baik, maka pendidikan juga akan baik sehingga akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat suatu negara.
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. ( Redaksi Kharisma, 2005:2 ).
(16)
commit to user
Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah banyak melakukan berbagai perbaikan, mulai dari penyesuaian kurikulum agar sesuai dengan perkembangan jaman, penyediaan sarana dan prasarana, menetapkan undang-undang tentang sistem pendidikan nasional, hingga yang terakhir dengan meningkatkan kinerja guru melalui program sertifikasi guru-guru professional. Meskipun sudah begitu banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, tetapi usaha-usaha tersebut belum dapat dijalankan secara maksimal. Sebagai contoh, program sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru dan kesejahteraan guru. Tetapi usaha pemerintah tersebut belum diimbangi dengan pengawasan yang ketat. Akibatnya profesionalisme dan kinerja guru belum meningkat secara maksimal.
Kinerja guru yang diharapkan setelah adanya program sertifikasi adalah menjadi guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran, menjadi guru yang mau mencurahkan segala ide dan gagasannya untuk kemajuan pendidikan, maupun guru yang memiliki semangat kerja yang tinggi. Guru yang kreatif dalam mengorganisir proses pembelajaran berarti guru yang cakap menerapkan beberapa metode mengajar, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran maupun menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
Menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai kegiatan yang menarik memang sudah menjadi kewajiban guru. Guru tidak hanya diwajibkan untuk menguasai materi pembelajaran, tetapi juga bertugas untuk mensiasati proses pembelajaran menjadi kegiatan yang menarik, sehingga dapat memotivasi siswa-siswa untuk lebih giat belajar. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan lain, kegiatan pembelajaran yang seharusnya berlangsung secara menarik, penuh aktivitas siswa, kreativitas siswa, dan sifat keingintahuan yang menggebu hilang. Yang ada hanyalah kelas pasif dimana hanya terjadi penyampaian informasi dari guru ke siswa.
(17)
commit to user
Hal semacam ini juga terjadi di pembelajaran kelas V SD Negeri Ngoresan No. 80 Jebres, Surakarta, khususnya pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD, mulai dari kelas I sampai kelas VI. Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu, sehingga materinya sangat kompleks dan beragam.
Materi-materi yang dipelajari di kelas V, khususnya pada semester II lebih banyak membahas mengenai peristiwa di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia biasanya disampaikan guru melalui kegiatan ceramah atau bercerita. Materi tersebut akan menjadi materi yang membosankan apabila guru kurang pandai dalam bercerita. Hal ini disebabkan materi ini termasuk materi yang abstrak bagi siswa, karena siswa tidak dapat melihat dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi tersebut. Siswa hanya mendengar cerita dan membayangkan bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Sehingga apabila hal tersebut berlangsung secara terus menerus, siswa akan mengalami kesulitan untuk memahami peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kesulitan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan proklamasi sudah terlihat setelah diadakan tes awal. Dari 51 siswa kelas V, jumlah siswa yang dapat mencapai KKM hanya 39%. Hal ini tampak dalam tabel nilai rata-rata siswa kelas V di bawah ini.
Tabel 1. Rata-Rata Nilai Anak Sebelum Tindakan
Keterangan Tes Awal
Nilai Terendah 35
Nilai Tertinggi 75
Nilai Rata-Rata Kelas 56,57
(18)
commit to user
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Atas KKM 20 siswa
Jumlah Siswa yang Mendapat Nilai di Bawah KKM 31 siswa
Siswa yang Mencapai KKM 39%
Dengan melihat tabel 1 di atas, kita dapat mengetahui bahwa tingkat ketuntasan kegiatan pembelajaran masih sangat rendah. Nilai tersebut diperoleh, ketika guru terlalu banyak mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Rendahnya nilai rata-rata mata pelajaran IPS disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, dikarenakan metode yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan ajar kurang menggugah minat belajar siswa. Hampir di setiap proses pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah. Metode ini paling sering digunakan karena metode ceramah menghemat waktu kegiatan pembelajaran, sangat praktis dalam penggunaannya dan mudah dalam mempersiapkannya.
Tetapi perlu diingat, meskipun memiliki beberapa keuntungan, metode ceramah juga memiliki banyak kekurangan. Jika digunakan dalam waktu yang lama, siswa akan mengalami kebosanan, apalagi jika guru yang mengajar kurang komunikatif. Hal seperti ini terlihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran, seperti mengantuk, bercanda dengan teman satu meja, bermain bolpen maupun membuat lelucon ketika pelajaran berlangsung. Aktivitas murid seperti ini, tidak sepenuhnya merupakan kesalahan murid, karena guru juga berperan dalam aktivitas-aktivitas negatif siswa selama pembelajaran.
Permasalahan seperti ini harus segera diatasi, karena materi pada kompetensi dasar 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, merupakan materi yang berkaitan dengan materi yang lain. Sehingga untuk mempelajari materi berikutnya, siswa harus terlebih dahulu paham dengan materi saat ini. Apabila guru tidak segera mengatasi permasalahan ini, dan permasalahan yang sama terus berlanjut, maka dapat dikatakan pembelajaran pada materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dikatakan gagal. Kegagalan pembelajaran dalam jangka pendek memang dapat kita lihat dalam nilai kuantitas siswa. Namun hal tersebut hanya
(19)
commit to user
bagian kecil dalam kegagalan pembelajaran, Ada hal yang lebih penting, yaitu gagalnya pendidikan dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Berkualitas dalam hal ilmu pengetahuan maupun sikap mental yang tidak menyimpang dari nilai-nilai sosial maupun agama.
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pemerintah memasukkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ke dalam kurikulum pendidikan. Karena menurut E. Mulyasa ( 2007 : 125-126 ) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global.
Selain itu, dalam mata pelajaran IPS juga dimasukkan materi mengenai nilai-nilai kepahlawanan yang syarat akan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. Nilai-nilai kepahlawanan tersebut salah satunya terdapat dalam kompetensi dasar persiapan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut, terdapat nilai-nilai sosial yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan yang rela berkorban berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Sehingga dengan mempelajari materi tersebut, diharapkan siswa dapat mengambil nilai-nilai sosial tersebut dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, terkadang nilai-nilai tersebut tidak mampu dimunculkan oleh guru karena kurang kreatifnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Misalnya saja selalu menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar siswa.
Melihat kenyataan tersebut, maka dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS perlu diterapkan metode pengajaran yang dapat mengaktifkan siswa, membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
(20)
commit to user
dan dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Sehingga jika ketiga hal tersebut dapat terlaksana, diharapkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS juga akan meningkat.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan pemahaman siswa, sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode Quantum Learning. Seperti yang disampaikan Bobby DePorter dan Mike Hernacki (2008: 14) bahwa “ …Quantum Learning – seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia”. Melalui Quantum Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga diharapkan siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar.
Metode Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam
pembelajaran IPS yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. Dalam Quantum Learning, siswa tidak hanya mempelajari materi-materi pelajaran tetapi juga bagaimana cara belajar yang baik. Seperti yang disampaikan Bobby dan Hernacki (2008: 8) bahwa “ … seperti halnya di sekolah bisnis, kami mengajarkan kepada para siswa tentang keterampilan-keterampilan how-to-learn dalam mencatat, menghafal, membaca dengan cepat, menulis, dan berpikir kreatif”. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam kesempatan ini peneliti akan menggunakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran IPS kelas V di SD Negeri Ngoresan No. 80 Surakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
(21)
commit to user
1. Penggunaan metode ceramah secara terus menerus tidak dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
2. Pembelajaran pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia belum
menggunakan metode inovatif atau metode Quantum Learning.
3. Guru kurang kreatif dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya dalam
penggunaan metode pembelajaran yang berhubungan dengan materi perjuangan kemerdekaan Indonesia.
4. Hasil belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya pada kompetensi dasar perjuangan kemerdekaan Indonesia siswa masih rendah.
5. Siswa kesulitan dalam pemahaman dan hafalan materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
6. Siswa kurang termotivasi untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
7. Sarana dan prasarana serta media pembelajaran kurang mendukung proses
pembelajaran, khususnya pembelajaran IPS materi tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini dititikberatkan pada : 1. Penggunaan metode Quantum Learning pada pembelajaran kelas V SDN
Ngoresan Surakarta, untuk menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani untuk mempelajari materi pelajaran.
2. Pemahaman siswa terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas V SDN Ngoresan Surakarta.
(22)
commit to user
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman terhadap materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam mata pelajaran IPS melalui metode Quantum Learning pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau memperkaya khasanah keilmuan tentang metode-metode pembelajaran bagi anak didik. Quantum Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih
(23)
commit to user
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa
1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia sehingga prestasi akademik dan sikap siswa dapat menjadi lebih baik.
2) Nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi contoh atau suri tauladan bagi siswa.
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode Quantum Learning sebagai metode pembelajaran.
2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
3) Nilai-nilai perjuangan persiapan kemerdekaan Indonesia dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk meningkatkan totalitas dalam bekerja.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
(24)
commit to user BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori ini, peneliti akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilaksanakan, yaitu: 1) Tinjauan pustaka yang berisi tinjauan tentang metode Quantum Learning, pengertian pemahaman, pengertian perjuangan kemerdekaan, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial, 2) Kerangka berfikir, dan 3) Rumusan hipotesis.
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Metode Quantum Learning a. Pengertian Metode
Dalam setiap kegiatan pembelajaran, metode adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi bahan ajar dan karakteristik siswa akan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (1995 :76) mengungkapkan bahwa metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengandalkan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Menurut Sagala dalam Ruminiati (2007:2-3), metode adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Sedangkan Akhmad Sudrajat dalam tulisannya menyatakan bahwa metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya, (http://www.psb-psma.org).
Dari berbagai pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan oleh guru ataupun siswa dalam kegiatan
(25)
commit to user
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam memilih metode pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan berbagai kriteria, dan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran dan kondisi, agar apa yang akan dicapai dalam tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Terdapat beberapa kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam pemilihan metode pembelajaran Walter E. Sistrunk dan Robert C Maxson dalam Abdul Aziz Wahab (2007-85) antara lain:
1. The nature of the topic determines methods to some degree.
2. The needs of students and the class are the mayorfactor in identifying the proper methodology.
3. Variety is a factor in selecting methods. Learning takes place when there is interest.
4. Individual, small-group, and large group experience should be provided. Yang artinya adalah :
1. Materi pokok menentukan tingkatan suatu metode.
2. Kebutuhan siswa dan kelas adalah faktor utama dalam penentuan metode yang tepat.
3. Keanekaragaman adalah faktor dalam pemilihan metode. Belajar diawali adanya ketertarikan.
4. Pengalaman individu, kelompok kecil, kelompok besar dapat diperoleh.
b. Pengertian Metode Quantum Learning
Kata Quantum Learning berasal dari dua kata yaitu quantum dan learning. Definisi Quantum, menurut Stephen Hawking, ahli fisika adalah suatu unit terkecil yang gelombangnya bisa memancarkan atau menyerap energi, (http://www.eftindonesia.com). Sedangkan arti kata learning itu sendiri menurut menurut John M. Echols dan Hassan Shadily (2003: 352) adalah pengetahuan.
Quantum Learning is powerful and engaging teaching and learning methodology that integrates best educational practices into a unified whole. This synergistic approach to the learning process covers both theory and practice. It
(26)
commit to user
has been proven to increase academic achievement and improve student’s attitudes towards the learning process. These integrated, comprehensive programs turn abstract theory into practical applications that can be used immediately in the classroom,(www.qln.com). Yang dapat diartikan Pembelajaran Quantum adalah metode belajar mengajar yang menarik dan berkarakter yang disatukan ke dalam praktik pendidikan yang terbaik. Metode ini menjalankan secara bersama-sama proses pembelajaran antara teori dan praktik. Metode ini telah membuktikan dapat meningkatkan prestasi akademik dan memperbaiki sikap siswa terhadap pembelajaran. Ini program yang lengkap, menyatu, penerapan sederhana dari teori ke dalam praktik, yang dapat digunakan segera di dalam ruang kelas.
Menurut Porter dan Hernacki (2008: 14) Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja…untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Atau sudah biasa dikenal dengan E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Porter dan Hernacki, 2008: 16).
Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai “Suggestology” atau “Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif, ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. (Porter dan Hernacki 2008: 14).
(27)
commit to user
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa metode Quantum Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengedepankan suasana yang menyenangkan selama pembelajaran. Baik melalui penataan kelas, penggunaan berbagai media maupun pemberian sugesti atau motivasi positif. Metode Quantum Learning bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam belajar. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam keefektifan pembelajaran adalah perasaan senang dari siswa itu sendiri. Seperti yang disampaikan oleh Hernowo ( 2007:17) bahwa “Dan penciptaan kegembiraan ini jauh lebih penting ketimbang segala teknik atau metode atau medium yang mungkin dipilih untuk digunakan”.
c. Pelaksanaan Metode Quantum Learning
Menurut De Porter dan Hernacki (2008: 16) Quantum Learning
menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Cara berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat nonverbal, seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.(DePorter dan Hernacki,2008:36)
(28)
commit to user
Kemampuan otak kanan dan otak kiri sangatlah berbeda, sehingga jika kita hanya memanfaatkan kemampuan salah satu bagian otak, maka hasilnya tidak akan maksimal. Tetapi jika kita mampu memanfaatkakn kedua belah otak tersebut, maka hasilnya akan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Irwan Widiatmoko (2008: 19) bahwa otak manusia akan optimal jika otak kanan dan kirinya seimbang… . Pada umumnya manusia, khususnya di Indonesia lebih cenderung menggunakan otak kiri saja, terutama dalam mengingat. Ini sesuai dengan penelitian di Habibie Center bahwa hanya tiga persen penggunaan otak kanan di Indonesia.
2) Teori otak 3 in 1
Irwan Widiatmoko (2008: 17) mengemukakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu Neocortex, Limbic System, dan Reptilian Complex. Dan berikut ini adalah fungsi dari bagian-bagian tersebut :
Reptilian Complex: Bagian otak dekat dengan bagian atas leher disebut juga otak reptile, karena mirip dengan otak reptile berdarah dingin. Ia mengendalikan sebagian besar fungsi naluriah tubuh, seperti bernafas.
Limbic System: Disebut juga otak mamalia tua yang mirip dengan otak mamalia berdarah panas lainnya. Ia mengendalikan emosi, seksualitas, dan berperanan penting dalam memori.
Neocortec: Otak ini digunakan untuk berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan mencipta.
Hal itu juga diperkuat oleh para ahli lainnya. DePorter dan Hernacki (2008:26) mengutarakan bahwa Otak anda mempunyai tiga bagian dasar : batang atau “otak reptile”, sistem limbik, atau “otak mamalia”, dan neokorteks. Seorang peneliti, Dr. Paul MacLean, menyebutnya “ otak triune” karena terdiri dari tiga bagian, masing-masing berkembang pada waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi kita.
Ketiga bagian tersebut mempunyai struktur saraf tertentu dan mengatur tugas masing-masing. Fungsi masing-masing bagian otak tersebut adalah: 1. Batang atau otak reptil
(29)
commit to user
· Fungsi motor sensorik
· Kelangsungan hidup
· “Hadapi atau lari”
2. Sistem limbik atau otak mamalia
· Perasaan/emosi
· Memori
· Bioritmik
· Sistem kekebalan
3. Neokorteks atau otak berpikir
· Berpikir intelektual
· Penalaran
· Perilaku waras
· Bahasa
· Kecerdasan yang lebih tinggi
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik).
DePorter dan Hernacki (2008:112) berpendapat bahwa Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik ( V-A-K ). Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukannya melaui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan keriga modalitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya.
Dengan mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya, akan lebih mempermudah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Guru dapat mengatasi berbagai hambatan yang dialami siswa mengenai kemampuan memahami pelajaran.
W. Nugroho (2007: 121-127) mengemukakan berbagai ciri gaya belajar: 1. Ciri-ciri gaya belajar tipe auditorial :
(30)
commit to user
oMampu mengingat dengan baik materi yang telah didiskkusikan di kelas maupun dalam kelompok.
oMengenal banyak lagu, misalnya lagu dari iklan radio ataupun televise dan mampu menirukannya dengan tepat.
oSangat gemar berbicara.
oKurang suka apabila diberi tugas untuk membaca.
oKurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang ataupun menulis.
oKurang begitu memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya. 2. Ciri-ciri gaya belajar tipe visual :
oSelalu berusaha melihat bibir guru ataupun orang yang sedang berbicara (menyampaikan materi pelajaran).
oSaat menemukan sebuah petunjuk mengenai sesuatu hal yang harus dilakukannya, biasanya ia akan melihat teman-temannya terlebih dahulu baru kemudian turut bergerak.
oKurang menyukai untuk bicara di depan kelompok dan kurang suka mendengarkan orang berbicara.
oCenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu
(untuk menggantikan penggunaan kata-kata untuk mengekspresikan sesuatu hal).
oKurang bias mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
oLebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan peragaan dari pada penjelasan secara lisan.
oDapat duduk dengan tenang dalam situasi lingkungan yang ramai dan bising tanpa merasa terganggu.
3. Ciri-ciri gaya belajar tipe kinestetik :
oSenang menyentuh segala sesuatu (benda) yang dijumpainya. oTidak suka berdiam diri.
oSenang mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangannya.
oMemiliki koordinasi tubuh yang sangat baik.
(31)
commit to user
oSulit mempelajari hal-hal yang abstrak, seperti symbol matematika atau peta.
oCenderung agak tertinggal dengan teman sekelasnya karena ada
ketidakcocokan antara gaya belajarnya dengan metode pengajaran yang lazim digunakan di kelas.
4) Teori kecerdasan ganda
DePorter, Reardon, Nourie (2007:96) mengemukakan multi kecerdasan dengan istilah SLIM-n-BIL, yaitu :
1. Spasial-Visual yaitu berpikir dalam citra gambar. 2. Linguistik-Verbal yaitu berpikir dalam kata-kata.
3. Interpersonal yaitu berpikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. 4. Musikal-Ritmik yaitu berpikir dalam irama dan melodi.
5. Naturalis yaitu berpikir dalam acuan alam.
6. Badan-Kinestetik yaitu berpikir melalui sensasi dan gerakan fisik. 7. Intrapersonal yaitu berpikir secara reflektif.
8. Logis-Matematis yaitu berpikir dengan penalaran. 5) Pendidikan holistic (menyeluruh)
Pendidikan secara holistic berarti pendidikan tersebut tidak hanya terbatas pada kegiatan di lingkungan kelas saja dengan mempelajari materi-materi pelajaran. Pendidikan menyeluruh mencakup ruang lingkup yang luas seperti penataan ruang, penataan kesiapan siswa secara fisik dan mental. Selain itu dalam pendidikan tersebut juga harus melibatkan lingkungan sekitar.
Berbicara mengenai lingkungan sekitar, lingkungan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Secara garis besar, ada tiga klasifikasi lingkungan perkembangan utama yang lajim dikenal, yakni lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam konteks pendidikan, tiga macam lingkungan tersebut dikenal sebagai tripusat pendidikan (Conny R. Semiawan, 1999:195).
6) Belajar berdasarkan pengalaman
Menurut DePorter, Reardon, Nourie (2007:10) belajar berdasarkan pengalaman dikenal dengan istilah TANDUR yaitu :
(32)
commit to user
1. Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat
2. Alami yaitu menciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti
semua pelajar
3. Namai yaitu menyediakan kata kunci, konsep, rumus, strategi
4. Demonstrasikan yaitu menyediakan tempat untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu
5. Ulangi yaitu menunjukkan cara pelajar untuk mengulang materi 6. Rayakan yaitu pengakuan untuk penyelesaian , partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan pengetahuan. 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning).
Di dalam pembelajaran, penggunaan media atau alat peraga sangat membantu siswa dalam pemahaman materi. Hal ini seperti yang disampaikan DePorter, Reardon, Nourie (2007:67) bahwa “Sebuah gambar lebih berarti daripada seribu kata. Jika Anda menggunakan alat peraga dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga juga secara harfiah menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam Lebaran.
8) Simulasi / permainan.
Permainan akan sangat membantu siswa dalam menciptakan motivasi untuk selalu belajar dan peningkatan kemampuan pemahaman siswa. Hal tersebut disebabkan karena permainan dapat menimbulkan kesenangan bagi siswa. Sehingga jika siswa sudah senang diharapkan prestasi siswa juga akan meningkat.
Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning dengan cara:
1) Kekuatan Ambak
Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki, 2008: 49). Motivasi sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam belajar, karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan
(33)
commit to user
memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi dan dihubungkan pada dunia nyata.
Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan eksternal. Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) “ Adalah disadari bahwa diantara faktor internal dan eksternal, faktor internallah yang memiliki sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif serta hasil pendidikan yang memuaskan. Adapun salah satu faktor psikologis yang sangat potensial untuk mendukung keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran adalah motivasi kompetensi dan berprestasi.
2) Penataan lingkungan belajar
Dalam proses belajar dan mengajar, penataan lingkungan sangat diperlukan, karena dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya. Selain itu, dengan penataan lingkungan akan memudahkan dalam mengembangkan dan mempertahankan sikap positif. Penataan lingkungan yang baik meliputi perabotan, pencahayaan, iringan musik (instrument), poster/gambar/papan pajangan(visual), penempatan persediaan, temperatur, tanaman, kenyamanan, suasana hati secara umum.
Dalam penataan lingkungan belajar, khususnya untuk lingkungan fisik, tidak selalu sama dalam setiap pembelajaran, tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (1997: 87) menjelaskan “ Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan munculnya perilaku bermasalah, dan penataan lingkungan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi keterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran”.
Khusus untuk iringan musik itu sendiri menurut W. Nugroho (2007: 77) menyatakan, “Musik klasik adalah pilihan yang cocok bagi seseorang yang ingin meningkatkan daya konsentrasi”. Dengan memperhatikan pendapat tersebut, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua jenis musik dapat digunakan sebagai iringan dalam belajar anak. Misalnya saja musik yang dapat membuat seseorang menjadi rileks dan tenang.
(34)
commit to user 3) Memupuk sikap juara
Hambatan dominan yang ada dalam diri siswa adalah tidak adanya sikap juara. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah komentar negatif dari orang-orang sekitar. Hal ini diperkuat oleh DePorter dan Hernacki (2008:24) bahwa “ Pada tahun 1982, Jack Canfield, pakar masalah kepercayaan diri, melaporkan hasil penelitian dimana seratus anak ditunjuk untuk seorang periset selama satu hari… . Penemuan Canfield adalah bahwa setiap anak rata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentar positif atau yang bersifat mendukung”. Sehingga seorang guru seharusnya lebih sering memberikan pujian kepada siswa agar kemauan belajar siswa tetap terjaga. Selain itu, pujian dari guru juga berfungsi untuk menyeimbangkan dengan komentar-komentar negatif yang diperoleh siswa di lingkungan tempat tinggalnya.
4) Menemukan gaya belajar yang tepat
Menurut DePorter dan Hernacki (2008:110) “Gaya belajar Anda adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ada berbagai macam gaya belajar yang kita ketahui, yaitu: visual(belajar dengan cara melihat), auditorial(belajar dengan cara mendengar) dan kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan
menyentuh). Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan
kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.
Dengan memperhatikan modalitas yang dimiliki oleh setiap anak, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Kita dapat menentukan gaya belajar yang tepat. W. Nugroho (2007: 121-129) mengemukakan cara terbaik untuk membantu belajar anak yang disesuaikan dengan modalitas VAK ( Visual - Auditorial – Kinestetik ).
1. Cara belajar terbaik untuk tipe auditorial :
o Mengajaknya berdiskusi dalam rangka untuk lebih memahami suatu pelajaran.
(35)
commit to user
o Membantunya menghafal pelajaran dengan cara membacakan
materinya atau menyuruhnya menghafal sambil dibaca dengan suara keras.
o Mengajaknya untuk bermain tanya jawab tentang suatu pelajaran tertentu.
o Perhatikan kondisi fisik sekitar, usahakan hindari kebisingan atau suara-suara yang dapat mengganggu.
o Putarkan musik-musik berirama tenang tanpa lirik dengan volume yang tidak terlalu keras untuk menghindari pecahnya konsentrasinya dalam belajar, karena dia sangat sensitif dengan suara.
2. Cara belajar terbaik untuk tipe visual :
o Usahakan untuk selalu menyediakan alat peraga seperti bagan, gambar, flow chart, atau alat-alat eksperimen lainnya. Alat-alat eksperimen ini dapat dibuat sendiri. Misalnya ketika belajar tentang sistem tata surya, buatlah alat eksperimen dari bola-bola pingpong atau bola tenis untuk menggambarkan sistem tata surya.
o Membantunya untuk selalu menuliskan hal-hal yang penting dalam materi yang sedang dipelajarinya.
o Beri kesempatan untuk mengobservasi.
o Merapikan tempat belajarnya. Hindari barang-barang berserakan di tempat belajarnya untuk menghindari pecahnya konsentrasi karena melihat hal-hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran.
o Menyediakan kertas-kertas dan pensil warna atau spidol sebagai alat untuk menuliskan hal-hal penting atau membuat gambar dari materi yang tengah dipelajarinya.
3. Cara belajar terbaik untuk tipe kinestetik :
o Memberikan alat peraga yang nyata untuk belajar, seperti balok-balok, miniatur bangunan, patung peraga dan sebagainya.
o Memberikan kesempatan untuk berpindah tempat, karena anak dengan
gaya ini cenderung tidak bisa diam pada satu posisi dalam kurun waktu yang relatif lama.
(36)
commit to user
o Biarkan ia menyentuh segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelajarannya.
o Beri kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah ataupun sedang
dipelajarinya. 5) Membiasakan mencatat
Kegiatan mencatat merupakan salah satu kegiatan yang kurang menyenangkan bagi siswa. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk catatannya yang membosankan, yang terdiri dari beribu-ribu kata tanpa adanya gambar-gambar atau visualisasi. Hal tersebut dapat dirubah dengan cara memberikan berbagai warna, simbol-simbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri. Dengan sedikit mengubah bentuk catatan, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mencatat, karena mencatat merupakan kegiatan yang penting dalam proses pembelajaran. Alasan pertama untuk mencatat adalah bahwa mencatat meningkatkan daya ingat. (DePorter dan Hernacki, 2008:146).
6) Membiasakan membaca
Membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan sebuah informasi melalui sebuah teks bacaan. Sehingga kegiatan membaca sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku pengetahuan yang lain.
7) Jadikan anak lebih kreatif
Siswa yang kreatif adalah siswa yang mempunyai rasa ingin tahu, suka mencoba hal-hal baru dan senang bermain. Untuk menumbuhkan sikap kreatif ini guru harus menjauhkan siswa dari perasaan takut akan suatu kegagalan, menumbuhkan keberanian untuk mengambil resiko serta selalu mendorong siswa untuk mencoba hal-hal baru. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara dan menghasilkan ide-ide baru dalam belajarnya.
(37)
commit to user 8) Melatih kekuatan memori anak
Memori atau ingatan, merupakan bagian penting dari otak. David Gamon dan Allen Bragdon (2008: 76 ) berpendapat bahwa “Ingatan adalah mitra dalam mengembangkan semua keterampilan mental lain”. Tetapi ingatan tersebut juga harus melalui proses latihan agar sel-sel otak tetap aktif.
Otak kita memiliki kemampuan untuk mengingat segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Akan tetapi, untuk mendapatkan kemampuan tersebut diperlukan latihan yang rutin. Otak kita mengingat lebih baik terhadap hal-hal yang mengesankan bagi kita. Hal ini, seperti yang disampaikan DePorter dan Hernacki (2008:214) bahwa “Pada umumnya, kita paling ingat informasi yan dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut ini :
a. Asosiasi indrawi, terutama visual
b. Konteks emosional, seperti cinta, kebahagiaan, dan kesedihan c. Kualitas yang menonjol atau berbeda
d. Kebutuhan untuk bertahan hidup
e. Hal-hal yang memiliki keutamaan pribadi f. Hal-hal yang diulang-ulang
g. Hal-hal yang pertama dan terakhir dalam suatu sesi
d. Manfaat Metode Quantum Learning
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, oleh karena itu di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak mungkin seorang guru hanya menerapkan salah satu metode saja. Sehingga jika dalam pembelajaran, guru menerapkan berbagai metode pembelajaran, maka pembelajaran tersebut akan mempunyai banyak manfaat. Menurut DePorter dan Hernacki (2008: 13) belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat yaitu: 1) Sikap positif.
2) Motivasi.
3) Keterampilan belajar seumur hidup. 4) Kepercayaan diri.
(38)
commit to user
2. Tinjauan Pemahaman Perjuangan Kemerdekaan a. Pengertian Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mendapat imbuhan pe-an. Arti kata paham menurut W.J.S. Poerwadarminta (1976: 694) adalah pengertian, pendapat, mengerti benar, pandai dan mengerti benar.
Pemahaman mempunyai tingkatan yang lebih tinggi daripada pengetahuan ataupun hafalan. Apabila anak didik sudah paham akan apa yang dipelajari, maka anak didik tersebut dapat mengutarakan dengan kalimatnya sendiri akan apa yang ia pahami.
Menurut Nana Sudjana (1991:24) Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori.
1. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari
terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang sakelar.
2. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “bukan”My friend studying,” merupakan contoh pemahaman penafsiran.
3. Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
(39)
commit to user
b. Pengertian Konsep Perjuangan Kemerdekaan
Perjuangan berarti usaha untuk menggapai sesuatu
(http://cipto.blog.uns.ac.id). Sedangkan dari sumber lain perjuangan adalah usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya (http://www.artikata.com). Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perjuangan memiliki arti suatu usaha untuk mendapatkan sesuatu melalui sebuah pengorbanan yang berarti. Sedangkan arti perjuangan kemerdekaan itu sendiri adalah suatu usaha untuk mendapatkan kemerdekaan dari kekuasan pihak lain melalui berbagai macam usaha dan pengorbanan. Dengan mempelajari penderitaan bangsa Indonesia di bawah penjajahan bangsa lain dan usaha bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaannya, diharapkan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme siswa SD.
Perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas V SD. Di dalam materi tersebut dijelaskan mengenai usaha-usaha bangsa Indonesia dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia. Usaha-usaha tersebut meliputi periode penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda) dan bangsa Jepang sampai pada proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Membicarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia berarti
membicarakan konsep sejarah, yang merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Dalam mata pelajaran IPS di SD, bahan kajiannya meliputi pengetahuan sosial dan sejarah. Materi sejarah itu sendiri memiliki ruang lingkup yang meliputi : sejarah lokal, kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa, bangunan sejarah, Indonesia pada zaman penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda dan pendudukan Jepang, dan peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan serta usaha mempertahankan kemerdekaan itu sendiri.
“Kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajara”, artinya
terjadi.”(Hidayati, Mujinem, Anwar Senen, 2008:2-3). Sedangkan pengertian sejarah menurut Ismaun dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:2-3) adalah suatu ilmu pengetahuan tentang rangkaian kejadian yang berkausalitas pada masyarakat dengan segala aspeknya serta proses gerak perkembangannya yang kontinyu dari awal sampai sekarang yang berguna bagi pedoman kehidupan
(40)
commit to user
masyarakat masa sekarang serta sebagai arah cita-cita masa depan. Faqih Samiawi, Bunyamin Maftuh (2007:19) mengemukakan “Pada dasarnya konsep-konsep dalam sejarah yang penting bagi IPS adalah: kesinambungan dan perubahan (continuity and change), sebab akibat (cause and effect), masa lalu (the past), dan pertentangan (conflict), dan nasionalisme (nationalism).”
Dari uraian para ahli tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejadian-kejadian penting yang telah terjadi di masa lampau, di mana kejadian-kejadian tersebut berpengaruh terhadap kehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu peristiwa atau kejadian penting bagi bangsa Indonesia, karena menyangkut sejarah pembentukan Negara Indonesia yang berdaulat. Karena peristiwa perjuangan kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa yang penting bagi bangsa Indonesia, maka penyajian materi yang menarik sangat diperlukan. Agar siswa dapat tertarik untuk mempelajari secara mendalam mengenai sejarah pembentukan Negara Indonesia ini.
c. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Pengertian IPS menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:7) adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.
Sedangkan menurut Saidiharjo dalam Hidayati, Mujinem, Anwar Senen (2008:7) IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah suatu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial kemasyarakatan, yang merupakan gabungan dari berbagai
(41)
commit to user
cabang ilmu sosial. Mata pelajaran IPS mulai diajarkan di kelas I sekolah dasar sampai di tingkat perkuliahan.
d. Tujuan Pembelajaran IPS
Sama-sama kita ketahui bahwa semua mata pelajaran mempunyai tujuan, demikian pula dengan pelajaran IPS. Menurut Fenton dalam A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) dikemukakan ada 3 tujuan IPS yaitu :
a. Mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik. b. Mengajar anak didik berkemampuan berpikir.
c. Agar anak dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Menurut A.Dakir, Akhmad Arif Musadad, Wakino (2005:9) tujuan Pembelajaran IPS di Indonesia
a. Aspek pengetahuan dan pemahaman
· Pemahaman tentang sejarah kebudayaan bangsa sendiri dan umat manusia.
· Lingkungan geografis tempat manusia hidup serta interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya.
· Cara manusia memerintah negaranya.
· Struktur kebudayaan dan cara hidup manusia di negara sendiri dan di negara lain.
· Cara manusia membudayakan lingkungannya untuk menjamin
hidupnya dan mempertinggi kesejahteraan hidupnya.
· Pengaruh perkembangan IPTEK terhadap kehidupan manusia.
· Pengaruh pertambahan penduduk terhadap lingkungan fisik dan sumber tenaga alam.
b. Aspek nilai dan sikap
· Mengakui dan menghormati sikap harkat manusia
· Mengakui dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
(42)
commit to user
· Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama.
· Menghormati perbedaan adat istiadat, kebudayaan setiap suku bangsa dan bangsa lain.
· Bersikap positif terhadap bangsa dan negaranya, rela membangun dan mempertahankannya.
· Menghormati milik orang lain dan milik bangsa.
· Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan berdasarkan nilai-nilai moral Pancasila.
c. Aspek keterampilan
· Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
· Keterampilan berfikir, menginterpretasi dan mengorganisir
informasi dari berbagai sumber.
· Kecakapan untuk meninjau informasi secara kritis, membedakan antara fakta dan pendapat.
· Kecakapan untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta dan pendapat.
· Kecakapan dalam menggunakan metode pemecahan masalah.
· Keterampilan dalam membuat laporan dan membuat penelitian sederhana.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan IPS adalah membentuk anak didik menjadi warga negara yang baik melalui pemerolehan pengetahuan, nilai sosial maupun keterampilan hidup. Menjadikan anak didik pandai dalam hal pengetahuan dan teknologi saja belum cukup, anak didik tersebut juga harus mempunyai nilai sosial atau budi pekerti maupun keterampilan hidup. Hal ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
(43)
commit to user
e. Hubungan Quantum Learning dan Pemahaman Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Dari berbagai uraian para ahli di atas, penulis dapat menarik suatu hubungan antara metode Quantum Learning dengan materi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu materi yang abstrak bagi siswa. Hal ini disebabkan karena siswa tidak dapat merasakan dan mengalami sendiri peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, materi mengenai perjuangan kemerdekaan Indonesia kurang disenangi siswa. Untuk membangkitkan keinginan siswa tersebut maka diperlukan penerapan metode Quantum Learning. Karena metode Quantum Learning itu sendiri memiliki tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus untuk menghidupkan kembali kegembiraan dan kecintaan siswa dalam belajar. Selain itu, dengan konsep TANDURnya, metode Quantum Learning mengajak siswa belajar dengan menciptakan pengalaman umum terlebih dahulu mengenai materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun Penelitian Tindakan Kelas yang mungkin relevan dengan Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti laksanakan adalah:
1. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh Saudara Hermawan Widyastantyo dengan judul “Penerapan Metode Quantum Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA (Sains) bagi Siswa Kelas V
SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung”
(http://karyailmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/ view/5060/3631)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Hermawan Widyastantyo menuliskan hasil dan kesimpulan dalam abstraksinya sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang
(44)
commit to user
dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia penelitian pendidikan agar mutu pendidikan di Indonesia baik. (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/KSDP/article/view/ 5060/3631)
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Hermawan Widyastantyo dengan penelitian ini adalah metode pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran. Metode Quantum
Learning yang digunakan saudara Hermawan ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan perbedaannya adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai objek penelitian dan subjek penelitian. Saudara Hermawan menggunakan metode Quantum Learning untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung.
2. Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan oleh saudara Sarifah Nurhasanah dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia Dalam Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010” (http://digilib.uns.ac.id)
Dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut, Saudara Sarifah Nurhasanah menuliskan hasil dan kesimpulannya bahwa melalui penerapan model pembelajaran koopeartif tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rerata hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada kondisi awal 51%, siklus I sebesar 69.50% dan pada siklus II sebesar 88.50%. Rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia pada kondisi awal 51% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata 61,71. Pada siklus I, rerata
(45)
commit to user
pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia adalah 69,50% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata pertemuan pertama sebesar 68,94, sedangkan pertemuan ke-dua dengan nilai rata-rata 74,57. Dan siklus II rerata pemahaman peristiwa Proklamasi Indonesia sebesar 88,50% siswa tuntas belajar dengan nilai rata-rata pada pertemuan pertama sebesar 78,28 sedangkan nilai rata-rata pada pertemuan ke-dua sebesar 81,22.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Sarifah Nurhasanah dengan penelitian ini adalah permasalahan yang dihadapi yang menjadi objek penelitian. Saudara Sarifah mengalami permasalahan yaitu ketidaktuntasan pembelajaran mata pelajaran IPS pada materi peristiwa proklamasi Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa materi peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi salah satu permasalahan bagi murid dan guru untuk segera diatasi. Sedangkan perbedaannya adalah cara pemecahan masalahnya dan subjek penelitiannya. Saudara Sarifah menggunakan metode STAD untuk mengatasi permasalahan pemahaman peristiwa proklamasi Indonesia pada siswa kelas V SD 01 Pereng Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini dilaksanakan karena hasil dari pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi jasa dan peran tokoh di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia masih kurang. Hasil yang diperoleh dari tes ulangan harian masih jauh di bawah KKM yang sudah ditetapkan. Salah satu penyebab hasil tes masih di bawah KKM adalah karena kurangnya pemahaman siswa terhadap materi.
Ketidakpahaman siswa terhadap materi, mungkin dikarenakan kegiatan dan suasana pembelajaran yang kurang menyenangkan. Kegiatan siswa hanya sebagai pendengar cerita, karena guru merancang kegiatan dengan metode konvensional. Kegiatan siswa yang hanya seputar aktivitas mendengarkan menjadi penyebab utama ketidakpemahaman siswa, karena belajar dengan mendengar, siswa hanya akan menyerap sekitar 10% dari keseluruhan informasi.
(46)
commit to user
Untuk itu, peneliti akan menggunakan metode Quantum Learning untuk mengatasi permasalahan tersebut, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dan siswa menjadi termotivasi untuk lebih giat belajar. Alasan penulis menggunakan metode Quantum Learning adalah karena yang pertama metode ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dengan meningkatnya peran atau aktivitas individu, diharapkan siswa memiliki rasa penting dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa akan secara aktif belajar dengan sendirinya tanpa adanya paksaan. Selain itu, metode ini mengedepankan suasana dan kegiatan yang menyenangkan selama pembelajaran. Secara psikologis, sesuatu yang menyenangkan tentunya akan menarik perhatian siswa, sehingga jika siswa sudah tertarik diharapkan siswa juga akan paham terhadap materi pembelajaran.
Dari uraian di atas, peneliti dapat menyampaikan gambaran tentang kerangka berfikir yang akan dilakukan dalam penelitian ini dalam bentuk bagan seperti gambar 1 berikut ini:
Diduga melalui metode Quantum Learning pemahaman siswa terhadap
materi perjuangan kemerdekaan Indonesia meningkat Penggunaan Metode Quantum Learning Pembelajaran menjadi menarik Diduga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran Pembelajaran Konvensional Siswa kurang aktif dalam pembelajaran KBM monoton Siswa kurang memahami materi perjuangan kemerdekaan Indonesia Kondisi Awal Tindakan Pasca Tindakan
(47)
commit to user
Gambar 1. Bagan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
D. Rumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ø Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman
materi perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam pelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Ngoresan No 80 Jebres Surakarta.
(48)
commit to user BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian memberikan gambaran tentang logika yang melatarbelakangi setiap langkah dan proses yang biasa ditempuh dalam kegiatan penelitian. Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Dalam bab ini akan dibahas sebagai berikut, yaitu tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan No. 80 Jebres Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan SDN Ngoresan No.80 Jebres Surakarta sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan (1) Karena nilai prestasi siswa kelas V SDN Ngoresan kurang memuaskan. (2) Karena peneliti sebagai guru kelas V pada SDN Ngoresan. (3) Peneliti yang sekaligus guru kelas V ingin meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi kepahlawanan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SDN Ngoresan.
2. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari kegiatan perencanaan penelitian, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan penelitian. Kegiatan penelitian tersebut, dirinci dalam tabel 2 berikut ini :
(49)
commit to user
Tabel 2. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
B. Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas V SDN Ngoresan No. 80 Jebres. Jumlah siswa di kelas V adalah 51 anak, yang terdiri dari 22 anak perempuan dan 29 anak laki-laki. Sebagian besar siswa kelas V merupakan anak dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Meskipun sebagian besar berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, tetapi rata-rata orang tua siswa mempunyai tingkat perhatian yang cukup baik terhadap pendidikan anaknya. Terbukti dengan banyaknya orang tua yang berkonsultasi kepada guru mengenai perkembangan putra putrinya selama mengikuti pembelajaran di sekolah. Hal ini terlihat dalam lampiran 1 halaman 74.
No Kegiatan
Bulan
April Mei Juni
Minggu Ke Minggu Ke Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. PERENCANAAN
Penyusunan Proposal V V V V
Penyusunan Instrumen V
Perijinan V
2. PELAKSANAAN
- SIKLUS I
Perencanaan IV
Tindakan V
Pengamatan V
Refleksi V
- SIKLUS II
Perencanaan V
Tindakan V
Pengamatan V
Refleksi V
3. PENYUSUNAN LAPORAN V V V
4. REVISI LAPORAN V V
5. UJIAN PENELITIAN V
(50)
commit to user
Sedangkan mata pelajaran yang digunakan sebagai objek penelitian adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini dikarenakan, nilai rata-rata mata pelajaran IPS termasuk rendah dibanding nilai rata-rata-rata-rata mata pelajaran lain. Dengan nilai KKM 60, mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang nilai KKMnya rendah, hal ini terlihat dalam lampiran 2 pada halaman 75.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan berbagai metode. Metode-metode pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan secara langsung terhadap semua hal yang diteliti. Menurut Sarwiji Suwandi (2008:46) observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Kegiatan observasi yang kami lakukan bertujuan untuk mendapatkan data yang dapat diamati secara langsung yang berupa suatu kejadian atau peristuwa yang penting dan diperlukan dalam proposal ini.
Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada kelas V SDN Ngoresan tahun pelajaran 2010/2011, saat proses pembelajaran mata pelajaran IPS
dengan materi perjuangan proklamasi kemerdekaan Indonesia
berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah aktivitas-aktivitas siswa dan guru yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran.
Aktivitas siswa yang diamati meliputi rasa keingintahuan siswa, kesungguhan siswa dalam mengikuti pelajaran, kerjasama dalam kelompok, konsentrasi siswa selama pembelajaran dan keaktifan dalam kelompok, dan perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Sedangkan aktivitas guru yang diamati adalah pemberian motivasi belajar, ketepatan dan daya tarik media, pemberian balikan, tuntutan pencapaian / ketercapaian kompetensi siswa, membuka & menutup pembelajaran, ketepatan strategi pembelajaran, kejelasan dan sistematika penyampaian
(1)
commit to user 1) Nilai rata-rata kelas 75,89
2) Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 65
3) Siswa yang memperoleh nilai diatas KKM adalah 47 siswa
4) Siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan adalah 4 siswa 5) Nilai tertinggi 100
6) Nilai terendah 58
Berdasarkan tabel 8 dapat dibuat grafik nilai rata-rata siswa sebelum tindakan, siklus I, siklus II pada gambar 7.
Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II. Dari tabel 8 di atas pembelajaran yang menggunakan metode Quantum
Learning yang dilaksanakan pada 2 siklus untuk materi persiapan kemerdekaan
Indonesia dinyatakan berhasil, karena nilai rata-rata kelas pada setiap siklus mengalami peningkatan.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V dapat dilakukan melalui metode Quantum
Learning. Hal ini dapat terlihat dari meningkatnya aktivitas siswa yang
ditunjukkan dengan meningkatnya keikutsertaan atau peran serta siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar sebagaimana terlihat pada lampiran 17 yang berbentuk video pembelajaran. Selain itu dapat dilihat juga dari peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.
(2)
commit to user
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode Quantum Learning dapat meningkatkan
pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta.
(3)
commit to user BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, yang telah dilaksanakan dengan
menerapkan metode Quantum Learning dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas
V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian selama 2 siklus yang terdiri dari 4 kali pertemuan, metode
Quantum Learning dapat meningkatkan pemahaman materi perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Ngoresan Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan ini dapat terlihat pada kenaikan prosentase pencapaian nilai dari sebelum tindakan penelitian sampai pada setiap siklusnya. Tingkat ketuntasan belajar sebelum diadakannya tindakan yaitu hanya mencapai 15,78%. Setelah diadakan tindakan penelitian, tingkat ketuntasan belajar mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada ketuntasan hasil belajar siklus I mencapai 74,50%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 92,15%.
2. Penggunaan metode Quantum Learning dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman materi persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Ngoresan Kecamatan Jebres, Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2 kali pertemuan pada siklus II, dengan menerapkan metode Quantum
Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan pemahaman materi
persiapan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDN Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
(4)
commit to user B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka berikut ini dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut :
a. Implikasi Teoritis
1. Penggunaan metode Quantum Learning dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar pemahaman IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan pada siswa kelas V SD Negeri Ngoresan, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta tahun pelajaran 2010 / 2011.
2. Pembelajaran Quantum Learning dapat merubah pandangan khalayak
umum terhadap kegiatan belajar dari membosankan menjadi
menyenangkan. b. Implikasi Praktis
1. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan oleh guru dan calon guru sebagai masukan untuk meningkatkan keefektifan metode yang akan digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi masalah yang sejenis, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa, khususnya mata pelajaran IPS.
2. Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran
berlangsung dapat diatasi yakni dengan (1) membuat siswa aktif dalam pembelajaran dengan diskusi untuk membuat skema peristiwa kemerdekaan dalam materi persiapan kemerdekaan, (2) membuat siswa berinteraksi dengan teman yaitu bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan skema peristiwa kemerdekaan, (3) melibatkan keseluruhan siswa agar siswa merasa penting dalam pembelajaran ini, (4) membuat kegiatan pembelajaran seperti kegiatan bermain sehingga siswa dapat lebih tertarik, (5) mengajak siswa terlibat dalam proses refleksi sebagai koreksi diri dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahamannya. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran tentang pemahaman IPS pokok bahasan persiapan kemerdekaan harus diatasi semaksimal
(5)
commit to user
mungkin. Oleh sebab itu, keaktifan, kemampuan, dan kemauan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran tentang persiapan kemerdekaan.
3. Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
IPS pokok bahasan Persiapan Kemerdekaan adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif. Dalam penelitian ini menggunakan metode Quantum Learning.
b. Penggunaan buku-buku pelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan, serta mengambil buku dari berbagai sumber dengan tujuan agar memperluas wawasan.
c. Penggunaan media pembelajaran untuk menunjang proses
pembelajaran.
d. Pemberian reward pada setiap keberhasilan kegiatan siswa.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, maka peneliti merumuskan beberapa saran sebagai berikut :
a. Untuk Guru :
1. Guru sebaiknya membuat suatu perencanaan dan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
2. Guru harus lebih peka terhadap hal-hal yang disukai oleh siswa atau yang menjadi minat siswa yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. 3. Guru diharapkan selalu berpikir kreatif dan inovatif dalam upaya
menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, dan mampu memicu keaktifan, keantusiasan, dan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS agar siswa merasa tertarik belajar.
4. Guru diharapkan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS.
5. Untuk meningkatkan pemahaman siswa terutama dalam pembelajaran IPS,
guru disarankan untuk menggunakan metode Quantum Learning dalam proses pembelajaran.
(6)
commit to user b. Untuk siswa :
1. Siswa diharapkan untuk dapat berperan aktif dalam upaya menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan Quantum Learning.
2. Siswa diharapkan dapat berlatih belajar bekerja sama, tidak hanya selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga di luar kelas.
3. Siswa diharapkan mempunyai jiwa pantang menyerah dan kompetitif.
4. Siswa diharapkan dapat mengetahui dan menerapkan cara belajar yang cocok dengan masing-masing individu. Cara belajar ada 3 macam yaitu tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
5. Siswa diharapkan membiasakan membaca buku dan mencatat dengan
memperbanyak warna dan simbol dalam buku catatannya.
c. Untuk pembaca :
1. Pembaca yang akan melaksanakan penelitian diharapkan untuk
menuntaskan kegiatan penelitian sehingga siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dapat mencapai 100%.
2. Pembaca yang akan melaksanakan penelitian dengan menggunakan
metode Quantum Learning diharapkan lebih kreatif dalam menciptakan kegiatan pembelajaran.