commit to user 29
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan
masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang dikumpulkan
mula-mula disusun,
dijelaskan kemudian
dianalisis Surakhmad, 1990.
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Daerah penelitian yang diambil adalah Kabupaten Blora, dengan pertimbangan daerah tersebut sektor pertaniannya masih memegang peranan
penting. Hal ini dapat dilihat dari distribusi PDRB Kabupaten Blora. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang terbesar, dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Pada Tahun 2009
Lapangan Usaha Nilai PDRB
Persentase
Pertanian 1.122.288,92
54,01 Pertambangan dan penggalian
71.917,66 3,46
Industri Pengolahan 131.883,77
6,35 Listrik, gas dan air bersih
10.425,74 0,50
Bangunan 69.842,92
3,36 Perdagangan, Hotel dan Restoran
302.933,50 14,58
Angkutan dan komunikasi 62.035,21
2,99 Keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan 151.394,69
7,29 Jasa-jasa
155.202,88 7,47
Jumlah 2.078.031,30
100
Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2009 Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa terdapat tiga sektor yang
memberikan kontribusi paling besar terhadap PDRB Kabupaten Blora. Sektor pertanian menduduki peringkat pertama yaitu sebesar 54,01 , kemudian
diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,58 dan sektor jasa sebesar 7,47 .
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut diperoleh dari instansi yang ada di Kabupaten Blora. Jenis dan
29
commit to user 30
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 7. Jenis dan Sumber Data
No Jenis Data Sumber Data
1. Distribusi PDRB Kabupaten Blora Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 ADHK
2000 BPS Kabupaten Blora
PDRB Kabupaten Blora 2009 2. Laju PDRB Kabupaten Blora Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2005-2009 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
BPS Kabupaten Blora PDRB Kabupaten Blora 2009
3. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
BAPPEDA Kabupaten Blora Pengembangan Sistem Informasi
Profil Daerah Tahun 2009 4. Luas
Penguasaan Lahan,
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Sex Ratio
dan Umur, Jaringan Irigasi dan Pengairan di Kabupaten di Kabupaten Blora Tahun 2005-
2009 BAPPEDA Kabupaten Blora
Pengembangan Sistem Informasi Profil Daerah Tahun 2009
5. Luas Tanam dan Produksi Sub Sektor Tabama dan Tanaman Perkebunan, Luas dan
Produksi Ikan Hasil Budidaya Perairan Umum, Jumlah Populasi Ternak Sektor
Peternakan, Luas
Lahan Sub
Sektor Kehutanan, Produksi Kayu Menurut Wilayah
Pemangkuan dan Jenisnya di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2009
BPS Kabupaten Blora Blora Dalam Angka 2010
6. RPJMD Kabupaten Blora Tahun 2010-2015 BAPPEDA Kabupaten Blora
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Penentuan Sektor Perekonomian Dan Sub Sektor Pertanian
Basis a.
Analisis Penentuan Sektor Perekonomian
Untuk mengetahui sektor pertanian di Kabupaten Blora merupakan sektor basis atau non basis menggunakan formulasi
Location Quotien. Rumus LQ sebagai berikut :
LQ =
Vt Vi
vt vi
commit to user 31
Keterangan : LQ : indeks Location Quotient
v
i
: PDRB sektor pertaniansektor ekonomi lain Kabupaten Blora v
t
: PDRB totalsektor pertanian Kabupaten Blora Vi : PDRB sektor pertaniansektor ekonomi lain Propinsi Jateng
Vt : PDRB totalsektor pertanian Propinsi Jawa Tengah i :Sektor pertaniansektor perekonomian lainnya
Apabila dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Blora, nilai LQ suatu sektor perekonomian
≥ 1, maka sektor pertaniansektor perekonomian lainnya tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan
bila nilai LQ suatu sektor perekonomian 1, berarti sektor pertaniansektor perekonomian lainnya tersebut merupakan sektor non
basis.
b. Analisis Penentuan Sub Sektor Pertanian
Sedangkan untuk mengeahui apakah sub sektor pertanian di Kabupaten Blora merupakan sektor basis atau non basis menggunakan
formulasi Location Quotien. Rumus LQ sebagai berikut :
LQ =
Vt Vi
vt vi
Keterangan : LQ
: indeks Location Quotient v
i
: PDRB sub sektor pertanian Kabupaten Blora v
t
: PDRB total sub sektor pertanian Kabupaten Blora Vi
: PDRB sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah Vt
: PDRB total sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah i
: Sub sektor pertanian Apabila nilai LQ
≥ 1, maka sub sektor pertanian tersebut merupakan sektor basis. Sedangkan bila nilai LQ 1, berarti sektor
sub sektor pertanian tersebut merupakan sektor non basis.
commit to user 32
2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Untuk mengetahui pertumbuhan sektor Pertanian dan subsektor pertanian di Kabupaten Blora dapat di analisis dengan Analisis Shift Share.
Analisis shift share secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut : ∆ Y
ij
= PN
ij
+PP
ij
+PPW
ij
atau Y’
ij
– Y
ij
= Y
ij
Ra-1+ Y
ij
Ri-Ra+ Y
ij
ri-Ri Dimana:
ri = Y’
ij
Y
ij
Ri= Y’i.Yi Ra= Y’..Y..
Keterangan : ∆ Y
ij
: Perubahan PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora.
PN
ij
: Pertumbuhan nasional PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora.
PP
ij
: Pertumbuhan proporsional PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora.
PPW
ij
: Pertumbuhan pangsa wilayah PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora.
Y’
ij
: PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora pada tahun akhir analisis.
Y
ij
: PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora pada tahun dasar analisis.
Y’i. : PDRB sub sektor pertanian di wilayah Propinsi Jawa Tengah
pada tahun akhir analisis. Yi.
: PDRB total sub sektor pertanian Propinsi Jawa Tengah pada tahun dasar analisis.
commit to user 33
Y’.. : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis.
Y.. : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun dasar análisis.
ri : PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten
Blora pada tahun akhir analisis dibagi dengan PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Kabupaten Blora pada tahun dasar
analisis. Ri
: PDRB sektorsub sektor pertanian i di wilayah Propinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis dibagi dengan PDRB
sektorsub sektor pertanian i di Wilayah Propinsi Jawa Tengah pada tahun dasar analisis.
Ra : PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun akhir analisis
dibagi dengan PDRB total Propinsi Jawa Tengah pada tahun dasar analisis.
Ra-1 : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan nasional.
Ri-Ra : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional.
ri-Ri : Persentase perubahan PDRB yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah.
Apabila dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Blora, nilai PP
ij
0, maka pertumbuhan sektor pertaniansub sektor pertanian di Kabupaten Blora lambat. Apabila nilai PP
ij
0, maka pertumbuhan sektor pertaniansub sektor pertanian di Kabupaten Blora cepat.
Sedangkan apabila nilai PPW
ij
0, maka sektor pertaniansub sektor pertanian di Kabupaten Blora tidak memiliki daya saing yang baik
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Apabila nilai PPW
ij
0, maka sektor pertaniansub sektor pertanian di Kabupaten Blora memiliki daya
saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.
commit to user 34
3. Analisis Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian
Untuk menentukan sub sektor pertanian merupakan sektor potensial atau tidak untuk dikembangkan dapat dilihat dengan melihat
kriteria-kriteria sebagai berikut :
Prioritas Location
Quotient Shift Share
PP PPW
Pertama B
+ +
Kedua B
B NB
+ -
+ -
+ +
Ketiga NB
+ -
Keempat NB
- +
Kelima NB
- -
Alternative B
- -
Sumber : Pratomo,2004
Keterangan : B
: Sektor basis NB
: Sektor non basis PP positif
: Pertumbuhan sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora termasuk cepat
PP negatif : Pertumbuhan sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora
termasuk lambat PPW Positif : Sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora mempunyai
daya saing
competitive advantage
yang baik
dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain di Propinsi Jawa Tengah
PPW Negatif : Sub sektor pertanian i di Kabupaten Blora tidak mempunyai
daya saing
competitive advantage
dibandingkan dengan sektor yang sama di wilayah lain di Propinsi Jawa Tengah
commit to user 35
4. Analisis Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah Di
Kabupaten Blora
Untuk mengetahui peranan sektor pertanian maupun sub sektor pertanian dalam perekonomian wilayah dilihat dari sumbangan pendapatan
dan tenaga kerjanya digunakan efek pengganda pendapatan maupun tenaga kerja yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Angka Pengganda Pendapatan
MS =
∆Y = MS x ∆YB Dimana:
MS : Pengganda pendapatan pertanian
Y : Pendapatan total
YB : Pendapatan sektor pertanian
∆Y : Perubahan pendapatan wilayah
∆YB : Perubahan pendapatan sektor pertanian
b. Angka Pengganda Tenaga Kerja
K =
∆N = ∆ NB . k Dimana :
K : Pengganda Tenaga Kerja
N : Jumlah Tenaga Kerja di Seluruh Sektor
NB : Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
∆N : Pertumbuhan Tenaga Kerja di dalam Wilayah
∆NB : Pertumbuhan Tenaga Kerja di Sektor Pertanian
commit to user 36
IV. KONDISI UMUM WILAYAH
A. Kondisi Umum Daerah
1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif Kabupaten Blora yang berslogan “Blora Mustika”, secara geografis
terletak di antara 111
⁰
16’ sampai dengan 111
⁰
338’ Bujur Timur dan diantara 6
⁰
528’ sampai dengan 7
⁰
248’ Lintang Selatan, dengan jarak terjauh dari barat ke timur sepanjang 87 km dan utara ke selatan sejauh 58
km. Secara administrasi Kabupaten Blora terletak di ujung paling Timur Propinsi Jawa Tengah bersama Kabupaten Rembang. Batas administratif
Kabupaten Blora adalah: Sebelah Utara : Kabupaten. Rembang dan Kabupaten Pati, Propinsi
Jawa Tengah Sebelah Timur : Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi, Propinsi Jawa Timur Sebelah Barat : Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah
Kabupaten Blora terbagi dalam 16 kecamatan yang terdiri dari 271 desa dan 24 kelurahan, mencakup 941 dusun, 1.189 rukun warga dan
5.450 rukun tetangga. 2. Topografi
Luas wilayah Kabupaten Blora adalah sebesar 1.820,59 Km2, dengan ketinggian terendah 25 meter dpl dan tertinggi 500 meter dpl. Diapit oleh
jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan. Susunan tanah di Kabupaten Blora terdiri atas 56 persen tanah gromosol,
39 persen mediteran dan 5 persen aluvial. Ketinggian tanah Kabupaten Blora berada pada 25 hingga 500 m dpl.
Topografi wilayah Kabupaten Blora secara umum terbagi menjadi empat kategori ketinggian lahan, yaitu sebagai berikut:
1. Ketinggian lahan antara 25-100 m dpl, berada di Kecamatan Cepu. 2. Ketinggian lahan antara 25-500 m dpl, berada di Kecamatan
Kedungtuban dan Kecamatan Kradenan. 36
commit to user 37
3. Ketinggian lahan antara 40-500 m dpl, berada di Kecamatan Jati, Randublatung, Sambong, Jiken, Jepon, Blora, Banjarejo, Tunjungan,
Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan. 4. Ketinggian wilayah antara 100-500 m dpl, berada di Kecamatan
Bogorejo. Geologi wilayah Kabupaten Blora merupakan perbukitan yang telah
mengalami pengangkatan, pelipatan dan patahan serta proses erosi yang intensif sehingga terjadi pendataran peneplain. Landform di daerah ini
dapat dibagi tiga grup utama, yaitu Aluvial, Karst dan Tektonikstruktural. Dari 3 landform utama ini dapat dibagi lagi berdasarkan bentuk
wilayahnya, menjadi bentuk wilayah datar seluas 57.814 ha, berombak seluas 54.647 ha, bergelombang seluas 39.413 ha dan berbukit luas 38.629
ha. Bahan induk tanah di daerah Blora terdiri dari 6 jenis, yaitu aluvium endapan liat, aluvio-koluvium bahan halus, batu gamping, napal, batu
liat dan batu pasir berkapur Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009.
3. Curah hujan Kabupaten Blora memiliki perbedaan curah hujan yang nyata antara
musim penghujan dan kemarau, dengan curah hujan tahunan antara 1.496 mm sampai 2.506 mm. Curah hujan rata-rata di tahun 2005-2009 adalah
1.434,2 mm. Kabupaten Blora termasuk zona C3 dan D3 yang dicirikan bulan kering 4 sampai 6 bulan dan bulan basah 4 sampai 5 bulan. Suhu
udara rata-rata bulanan berkisar antara 26,5
o
C sampai 28,4
o
C dan rata-rata tahunan sebesar 27.5
o
C. Curah hujan ini sangat berpengaruh terhadap kondisi pertanian di Kabupaten Blora, karena sebagian besar petani
melakukan usaha pertanian dengan mengandalkan air hujan. 4. Luas Penggunaan Lahan
Kabupaten Blora memiliki total lahan yang luas. Sebagian besar luas lahan ini digunakan dalam sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel 8.
commit to user 38
Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009 Hektar
Uraian 2005
2006 2007
2008 2009
1. Hutan 89.785,250
49,32 89.785,250
49,32 89.785,250
49,32 89.785,250
49,32 89.785,250
49,32
2. Lahan persawahan
46.129,921 25,34
46.115,266 25,33
46.104,869 25,32
46.098,000 25,32
46.088,794 25,31
3. Lahan kering 28.663,536
15,74 28.652,692
15,74 28.644,855
15,73 28.641,635
15,73 28.631,385
15,73
4. Pemukiman 16.791,857
9,22 16.816,495
9,23 16.834,737
9,25 16.853,000
9,26 16.872,447
9,27
5. Lain-lain 688,233
0,38 689,094
0,38 692,086
0,38 683,912
0,37 683,921
0,37 Total
182.058,797
100
182.058,797
100
182.061,797
100
182.061,797
100
182.061,797
100
Sumber :
BAPPEDA Kabupaten Blora Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa luas lahan tertinggi di Kabupaten Blora adalah lahan hutan. Jika dihitung dalam persentase di
tahun 2009 luas lahan hutan ini mencapai 49,32 dari luas lahan di Kabupaten Blora. Luas lahan hutan tidak berubah selama kurun waktu 5
tahun, hal ini disebabkan adanya peraturan yang memberikan larangan terjadi alih fungsi lahan hutan menjadi fungsi lainnya. Alih fungsi lahan
terjadi pada lahan sawah tadah hujan yang berubah menjadi pemukiman. Selanjutnya luas lahan juga digunakan untuk lahan persawahan,lahan
kering dan yang terakhir adalah lain-lain. Lain-lain yang dimaksudkan disini adalah pengggunaan lahan untuk waduk, kolam air tawar dan tanah
tidak diusahakan. Total luas lahan meningkat pada tahun 2007 menjadi 182.061,797 hektar, peningkatan ini disebabkan karena adanya
penambahan waduk di Kabupaten Blora.
B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja