commit to user 49
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sektor Perekonomian dan Sub Sektor Pertanian Basis
1. Sektor Ekonomi Basis
Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu untuk pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah yang bersangkutan. Sektor perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor basis
dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor yang mampu menghasilkan barang dan jasa untuk konsumsi lokal serta mampu mengekspor ke luar
wilayah yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang hanya mampu menghasilkan barang dan jasa untuk konsumsi lokal
serta belum mampu mengekspor ke luar wilayah yang bersangkutan. Dengan metode LQ Location Quotien maka dapat diketahui posisi
suatu sektor dalam suatu perekonomian apakah basis atau tidak. Metode ini membandingkan antara pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat
wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor i pada tingkat nasional terhadap pendapatan total nasional. Apabila
dalam perekonomian wilayah, nilai LQ suatu sektor perekonomian lebih atau sama dengan satu, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.
Sedangkan bila nilai LQ suatu sektor perekonomian kurang dari satu, berarti sektor perekonomian tersebut merupakan sektor non basis.
Perekonomian di Kabupaten Blora didukung oleh sembilan sektor yang meliputi sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan penggalian, sektor
Listrik, gas dan air bersih, sektor Bangunan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Angkutan dan komunikasi, sektor Keuangan, persewaan,
dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Hasil dari analisis Location Quotient untuk sektor perekonomian di Kabupaten Blora tahun 2005-2009
dapat dilihat dalam Tabel 19 berikut.
49
commit to user 50
Tabel 19. Nilai LQ Sektor Pertanian dan Sektor Perekonomian Lainnya di Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
Lapangan usaha 2005
2006 2007
2008 2009
Rata-rata 1. Pertanian
2,6006 2,6162
2,6803 2,7092 2,7151
2,6643
2. Pertambangan galian 3,2758
3,2490 3,6159 3,2289
3,1135 3,2966
3. Industri pengolahan 0,1914
0,1957 0,1981 0,2018
0,2060 0,1986
4. Listrik,gas dan air bersih
0,6354 0,6309
0,6102 0,6093 0,5945
0,6161 5. Bangunan
0,7048 0,7079
0,5858 0,5819 0,5732
0,6307 6. Perdagangan, hotel dan
Restoran 0,6840
0,6873 0,6834 0,6859
0,6781 0,6837
7. Pengangkutan dan Komunikasi
0,6104 0,5976
0,5855 0,5799 0,5664
0,5880 8. Keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan 1,9020
1,9216 1,9738 1,9418
1,9099 1,9298
9. Jasa-jasa 0,7558
0,7268 0,7159 0,6972
0,6858 0,7163
Sumber : Analisis Data Sekunder Lampiran 3 Berdasarkan hasil nilai rata-rata Location Quotient diketahui bahwa
tiga dari sembilan sektor perekonomian tersebut selama tahun 2005-2009 merupakan sektor basis di Kabupaten Blora, yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan galian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan nilai rata-rata LQ
≥ 1, artinya sektor perekonomian tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri juga dapat
mengekpor produknya ke luar wilayah. Sedangkan untuk enam sektor perekonomian yang lain yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengakutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa merupakan sektor
non basis di Kabupaten Blora dengan nilai rata-rata LQ 1, artinya sektor perekonomian tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri
dan belum mampu mengekspor produknya ke luar wilayah Sektor pertanian di Kabupaten Blora selama kurun waktu 2005-2009
selalu menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Blora. Nilai LQ juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Tahun 2005 nilai LQ
adalah 2,6006 dan meningkat di tahun 2009 menjadi 2,7151. Nilai yang terus meningkat ini menandakan bahwa dalam kurun waktu 2005-2009
posisi sektor pertanian di Kabupaten Blora semakin kuat dalam perekonomian wilayah di Kabupaten Blora. Peningkatan ini disebabkan
commit to user 51
sumbangan sektor pertanian terhadap PDRB juga selalu meningkat dari tahun 2005-2009. Nilai rata-rata LQ pada tahun penelitian adalah 2,6634,
artinya sektor pertanian mampu menghasilkan produk dan memenuhi kebutuhan di dalam Kabupaten Blora dan juga mampu mengekspor ke
daerah lainnya. Sektor pertanian merupakan sektor dengan nilai LQ ≥ 1
yang kedua dari nilai LQ sektor perekonomian yang lain, yaitu setelah sektor pertambangan dan galian.
Tingginya nilai LQ ini dipengaruhi oleh kondisi pertanian di Kabupaten Blora pada tahun penelitian dilakukan. Pertanian di Kabupaten
Blora didukung dengan luas lahan yang cukup tinggi, mencapai 25 luas penggunaan lahan di Kabupaten Blora digunakan sebagai lahan persawahan.
Selain itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yang memperhatikan sektor pertanian untuk lebih dikembangkan sejak tahun
2005, yaitu adanya program P4MI Program Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi. Melalui program ini petani dibantu dalam mengatasi
permasalahan pertanian, misalnya masalah kekeringan atau ketersediaan air. Tujuan kegiatan ini adalah menginisiasi pembentukan desa agribisnis,
meningkatkan jiwa kewirausahaan petani dan menjadi wadah proses pembelajaran bagi petani dari desa-desa P4MI yang lain yang ada diwilayah
Kabupaten Blora. Terbukti dengan adanya program tersebut sektor pertanian terus meningkat kontribusinya terhadap PDRB dan berpengaruh terhadap
nilai LQ yang juga meningkat dari tahun 2005-2009. Sektor lain yang merupakan sektor basis di Kabupaten Blora adalah
sektor pertambangan dan galian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pertambangan dan galian menunjukan rata-rata nilai LQ
yang paling besar yaitu mencapai 3,2966. Nilai LQ yang tertinggi tersebut menandakan sektor ini merupakan sektor unggulan di Kabupaten Blora.
Sektor pertambangan dan penggalian wilayah Kabupaten Blora, masih mengandalkan pertambangan minyak di Kecamatan Cepu. Penambangan
minyak di Blora merupakan satu-satunya yang ada di Propinsi Jawa Tengah, sehingga besaran nilai PDRB sub sektor ini untuk Propinsi Jawa Tengah
commit to user 52
sama besarnya dengan Kabupaten Blora. Maka dari itu nilai LQ dari sektor ini tinggi. Dengan adanya blok Cepu yang sedang dalam proses
pembangunan, diharapkan ke depan prospek sub sektor pertambangan minyak bumi sangat cerah, sehingga dapat menjadi primadona bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Blora. Sedangkan sub sektor penggalian sebenarnya masih sangat berpotensi untuk dikembangkan. Akan
tetapi saat ini hal tersebut belum dilaksanakan secara optimal. Komoditi yang bisa di gali potensinya adalah kapur, batu, tanah liat batulempung dan
pasir. Misalnya potensi batulempung yang belum dimanfaatkan di Kabupaten Blora yaitu di Kecamatan Bogorejo berada di desa Gandu dan
desa Nglengkir. Masyarakat sekitar belum memanfaatkan potensi batulempung di lokasi ini, hanya digunakan sebagai lahan pertanian dan dan
sebagai ladang. Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang
mempunyai nilai LQ rata-rata adalah 1,9298. Sektor ini terdiri dari beberapa sub sektor yakni, sub sektor bank, sub sektor jasa penunjang keuangan, sub
sektor sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan. Nilai LQ ≥1,
membuktikan makin membaiknya roda perekonomian di Kabupaten Blora yang terlihat dari besaran kredit yang dikeluarkan oleh perbankan selalu
meningkat. Artinya sektor ini mampu menghasilkan barang atau jasa yang
dibutuhkan masyarakat dan mampu melakukan ekspor ke daerah lainnya.
2. Sub Sektor Pertanian Basis
Sektor pertanian merupakan sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Blora dalam kurun waktu 2005-2009. Sektor pertanian didukung
dengan adanya lima sub sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor
kehutanan dan sub sektor perikanan. Untuk menentukan sub sektor pertanian basis maka dilakukan analisis LQ. Nilai LQ sub sektor pertanian
dapat dilihat melalui Tabel 20 :
commit to user 53
Tabel 20. Nilai LQ Sub Sektor Pertanian di Kabupaten Blora Tahun 2005- 2009
Lapangan usaha 2005
2006 2007
2008 2009 Rata-rata
1. Tanaman Bahan Makanan 0,7773
0,7921 0,8485
0,8478 0,8612
0,8254 2. Tanaman Perkebunan
1,1291 1,0685
1,0203 1,0552
1,0253 1,0597
3. Peternakan 0,4847
0,4532 0,3633
0,3478 0,3379
0,3974 4. Kehutanan
12,1758 15,0491
14,2149 15,6605
15,2801 14,4761
5. Perikanan 0,0364
0,0348 0,0343
0,0340 0,0352
0,0349
Sumber : Analisis Data Sekunder Lampiran 6 Berdasarkan kriteria nilai LQ
≥ 1, maka sub sektor pertanian yang menjadi sub sektor basis adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor
kehutanan. Sedangkan sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan belum mampu menjadi sub sektor basis
di dalam perekonomian Kabupaten Blora. Nilai LQ terbesar adalah sub sektor kehutanan yang mencapai nilai rata-rata 14,4761, dan nilai LQ
terkecil adalah sub sektor perikanan dengan nilai 0,0349. Sub sektor kehutanan merupakan sub sektor dengan nilai LQ tertinggi.
Mencapai rata-rata nilai LQ sebesar 14,4761. Maka dari itu sub sektor ini dikategorikan sebagai sub sektor basis dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Blora, yang artinya sub sektor kehutanan mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dan mampu mengeksport ke lain daerah. Nilai LQ
dari tahun 2005-2009 selalu basis, meskipun dengan nilai yang fluktuatif. Di tahun 2005, nilai LQ adalah 12,1758. Meningkat di tahun 2006 menjadi
15,0491. Namun turun kembali di tahun 2007 dan akhirnya menjadi 15,2801 di tahun 2009. Nilai LQ dari sub sektor kehutanan sangat tinggi jika
dibandingkan sub sektor lainnya. Artinya sub sektor ini adalah sub sektor basis utama dalam sektor pertanian di Kabupaten Blora. Nilai LQ yang
≥ 1 ini disebabkan oleh sumbangan PDRB dari sub sektor ini juga cukup tinggi,
mencapai Rp. 284.240,58 juta dengan nilai PDRB Jawa Tengah yang senilai Rp. 579.230,53 juta. Selain itu, kehutanan di Kabupaten Blora didukung
dengan adanya luas lahan yang mencapai 49,32 dari total luas lahan di Kabupaten Blora dan menghasilkan jati bundar, kayu rimba dan kayu bakar.
Banyaknya hasil hutan yang terdapat di Kabupaten Blora, menyebabkan industri mebel juga banyak berkembang di Kabupaten Blora.
commit to user 54
Sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor basis di dalam perekonomian Kabupaten Blora. Nilai rata-rata LQ dalam kurun waktu
2005-2009 adalah 1,0597. Nilai LQ lebih atau sama dengan 1, maka sub sektor tanaman perkebunan merupakan sektor basis yang artinya bahwa
peranan relatif sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Blora lebih besar daripada peranan relatif sub sektor ini dalam perekonomian di
Provinsi Jawa Tengah atau dengan kata lain produk di sub sektor tanaman perkebunan mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal dan mengekspor
keluar daerah. Hal ini disebabkan sub sektor ini didukung dengan wilayah pertanian yang luas dan iklim yang sesuai untuk tanaman perkebunan yang
di butuhkan masyarakat. Sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Blora menghasilkan tanaman potensial seperti kelapa, tebu, tembakau dan
jambu mete. Nilai LQ dari tahun 2005-2009 selalu berubah-ubah dan fluktuatif. Tahun 2005 nilai LQ adalah 1,1291 dan menurun ditahun 2009
menjadi 1,0253. Perubahan ini berbeda dengan nilai PDRB dari sub sektor tanaman perkebunan. Nilai PDRB untuk sub sektor ini cenderung
meningkat, namun nilai LQ justru menurun. Hal ini adalah pengaruh dari nilai PDRB sub sektor tanaman perkebunan di Jawa Tengah yang terus
meningkat juga. Perlu dilakukan usaha yang terarah dan terencana agar sub sektor perkebunan dapat terus menjadi sub sektor basis kedepannya, melihat
bahwa kondisi alam dan potensi daerah cocok untuk mengembangkan tanaman perkebunan seperti tembakau, tebu dan kelapa.
Sub sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai LQ rata-rata selama kurun waktu 2005-2009 sebesar 0,8254. Nilai yang kurang dari satu
ini berarti bahwa sub sektor ini belum menjadi sektor basis di dalam perekonomian Kabupaten Blora. Meskipun sumbangannya terhadap PDRB
Kabupaten Blora cukup tinggi, namun kenyataannya peranan relatif sub sektor tanaman bahan makanan di Kabupaten Blora lebih kecil daripada
peranan relatif sub sektor tanaman bahan makanan dalam perekonomian di Provinsi Jawa Tengah atau dengan kata lain produk di sub sektor tanaman
bahan makanan produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan pasar
commit to user 55
lokal sehingga diperlukan pasokan dari luar. Hal ini disebabkan karena kebutuhan masyarakat akan bahan makanan lebih tinggi dari produksi yang
didapatkan. Kurang optimalnya produktivitas tanaman bahan makanan antara lain disebabkan oleh belum optimalnya ketersediaan pupuk dan
sarana produksi pertanian. Maka dari itu perlu adanya impor dari daerah lain untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ dari tahun 2005 sampai
2009 berkencederungan meningkat tiap tahunnya, meskipun ada sedikit penurunan di tahun 2008 yaitu dari 0,8485 di tahun 2007 menjadi 0,8478
namun pada akhirnya nilai LQ adalah 0,8612 di tahun 2009. Selanjutnya sub sektor peternakan, sub sektor peternakan memiliki
nilai LQ rata-rata tahun 2005-2009 sebesar 0,3974. Karena nilainya kurang dari satu, maka sub sektor ini termasuk sub sektor non basis. Artinya dalam
memenuhi kebutuhan dalam pasar lokal harus mendapatkan suplai dari daerah lainnya atau Kabupaten Blora belum mampu mencukupi
kebutuhannya sendiri. Hal ini disebabkan karena beberapa masalah misalnya belum optimalnya pembinaan kepada petani peternak beserta
dukungan dana insentif dalam mengembangkan usaha peternakannya, masih rendahnya pegawasan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit ternak,
masih rendahnya produksi hasil ternak, ditandai dengan fluktuatifnya hasil produksi peternakan, belum adanya laboratorium kesehatan hewan untuk
mengatasi penyebaran penyakit hewan, masih rendahnya kualitas dan kuantitas pakan ternak terutama pada musim kemarau, masih banyak
penyakit ternak terutama jenis hewan ternak besar dan unggas, belum optimalnya pelayanan inseminasi buatan pada sapi ternak potong dan
kambing, pos kesehatan hewan, rumah potong hewan dalam pelayanan publik, dan belum optimalnya kualitas bibit ternak, terutama induk betina.
Nilai LQ sub sektor peternakan terus mengalami penurunan, dari tahun 2005 yang mencapai 0,4847 menjadi 0,3379 di tahun 2009. Bila
dilihat dari kontribusi sub sektor peternakan dalam PDRB Kabupaten Blora dan dibandingkan dengan PDRB Jawa Tengah, pada tahun 2009 Kabupaten
Blora hanya Rp. 50.591,55 juta sedangkan di Jawa Tengah nilainya
commit to user 56
mencapai Rp. 4.662.640,52 juta. Maka dari itu apabila dibandingkan maka sub sektor peternakan hanya memberikan kontribusi yang sangat kecil. Sub
sektor peternakan menghasilkan ternak sapi potong, kambing, domba, ayam kampung, itik, dan ayam petelur. Perlu adanya support agar sub sektor ini
bisa berkembang nantinya. Sub sektor selanjutnya adalah sub sektor perikanan. Nilai LQ sub
sektor ini hanya mencapai nilai rata-rata 0,0349 pada kurun waktu 2005- 2009. Nilai LQ yang kurang dari 1 ini maka sub sektor ini termasuk sub
sektor non basis dalam perekonomian Kabupaten Blora. Artinya sub sektor perikanan masih belum mampu memenuhi kebutuhan di pasar lokal,
sehingga butuh suplai dari luar daerah. Berdasarkan tabel 18 diketahui bahwa sub sektor perikanan memiliki nilai LQ yang cenderung tetap. Tahun
2005 nilai LQ adalah 0,0364 dan di tahun 2009 mencapai 0,0352. Kontribusi sub sektor ini masih kecil karena selama ini Kabupaten Blora
hanya mengandalkan perikanan dari waduk di Kecamatan Blora dan Kecamatan Tunjungan saja. Maka dari itu kebutuhan masyarakat tidak dapat
dipenuhi dan membutuhan support dari daerah lainnya.
B. Komponen Pertumbuhan Wilayah