tidur minimal 8 m
2
dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai dengan
jumlah penghuninya akan mempunyai dampak kurangnya oksigen didalam ruangan sehingga daya tahan penghuninya menurun, kemudian cepat timbulnya penyakit
saluran pernafasan seperti ISPA.
5.5.Kejadian ISPA
Hasil penelitian dari 71 responden di Kelurahan Teluk Makmur Kecamatan Medang Kampai Kota Dumai tahun 2014, terbanyak penderita ISPA yaitu 56 rumah
78,9 dan paling sedikit tidak penderita ISPA yaitu 15 rumah 21,1. Menurut Amin 1989 terjadinya ISPA diantaranya dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu kuman
penyebab penyakit, daya tahan tubuh yang menurun dan kondisi kesehatan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi syarat seperti kelembaban ruangan,
suhu ruangan, ventilasi rumah, keberadaan perokok dan kepadatan penghuni.
5.2. Analisis Bivariat 5.2. Hubungan Karakteristik Kepala Keluarga Dengan Kejadian ISPA
5.2.1. Hubungan Umur Responden dengan kejadian ISPA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidakada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian ISPA, tapi balita lebih rentan terkena penyakit ISPA
daripada orang dewasa salah satu nya disebabkan oleh sistem imunitas tubuh. Selain umur, menurut Amin 1989 terjadinya ISPA diantaranya dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu kuman penyebab penyakit, daya tahan tubuh yang menurun dan kondisi kesehatan lingkungan perumahan yang tidak memenuhi syarat seperti
kelembaban ruangan, suhu ruangan, ventilasi rumah, keberadaan perokok dan
Universitas Sumatera Utara
kepadatan penghuni. Hal ini sesuai dengan penelitian Sarijan 2005 yang menunjukkan tidak adanya hubungan umur kepala keluarga dengan kejadian ISPA di
Desa Banjararjo Kecamatan Ayah Tahun 2005.
5.2.2. Hubungan Pendidikan Responden Dengan Kejadian ISPA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian ISPA, karena responden dengan tingkat
pendidikan rendah dan berpendidikan tinggi sama-sama menderita ISPA sebanyak 28 orang. Walaupun responden memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu responden
mengetahui dan memahami tentang faktor-faktor penyebab ISPA dan cara pencegahan ISPA . Tidak selamanya pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi
seseorang dalam bertindak dan mengambil keputusan. Bisa saja orang yang orang yang berpendidikan tinggi tetapi tidak pernah mendapatkan informasi tentang
pencegahan penyakit ISPA, namun sebaliknya bisa saja oarang yang berpendidikan rendah tetapi sering mendapatkan informasi tentang pencegahan penyakit ISPA.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo 2003 yang mengatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok
atau masyarakat. Namun penelitian ini sesuai dengan penelitian Sarijan 2005 yang menunjukkan tidak adanya hubungan pendidikan kepala keluarga dengan kejadian
ISPA di Desa Banjararjo Kecamatan Ayah.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Hubungan Pekerjaan Responden Dengan Kejadian ISPA