pengembangan sistem dan prosedur yang ditetapkan dan direview. Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara langsung dalam proses
pencatatan dan penyajian data keuangan lainnya serta tidak terlibat secara langsung langsung maupun tidak dalam suatu aktivitas operasional. Internal auditor juga
terlepas dari tekanan-tekanan dari pihak objek pemeriksaan, oleh karenanya independensi yang tinggi sangat diperlukan untuk mendukung objektivitas dalam
pemeriksaan. Berdasarkan penjelasan di atas, penempatan internal auditor yang paling
ideal yaitu langsung menerima perintah penugasan dari pimpinan tertinggi yaitu direktur utama, namun hasil laporan pemeriksaan terlebih dahulu diserahkan kepada
direktur keuangan untuk dianalisa dan hasil pengamatannya diserahkan kepada direktur utama untuk diambil langkah-langkah selanjutnya.
2.4 Program Audit Internal Auditor
Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik pemeriksaan yang ditulis secara sistematis untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan
efektif. Selain berfungsi sebagai alat perencanaan, program audit juga bermanfaat untuk mengatur pembagian kerja masing-masing bagian, yaitu :
a. Menetapkan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan.
b. Memperoleh informasi latar belakang tentang aktivitas yang
akan diaudit. c.
Menentukan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan audit.
d. Berkomunikasi dengan pihak yang perlu mengetahui audit
tersebut. e.
Melakukan sesuai situasi, survei untuk mengenal aktivitas, risiko dan pengendalian yang akan diaudit, untuk
mengidentifikasi bidang-bidang yang mendapat penekanan audit, serta untuk meminta komentar dan saran auditee.
f. Menulis program audit.
g. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil
audit akan dikomunikasikan. h.
Mendapatkan persetujuan atas rencana kerja audit. Secara ringkas, program audit tersebut digunakan untuk memperoleh
informasi, kemudian menguji informasi tersebut dan mencari pembenaran akan informasi tersebut. Setelah itu memonitor jalannya pemeriksaan, kemudian
menelaah pekerjaan yang telah dilakukan, mencatat temuan-temuan pemeriksaan dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan tersebut dilaporkan
dalam bentuk laporan kertas kerja pemeriksaan untuk kemudian ditindaklanjuti.
Fungsi program audit dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.5 Fungsi Program Audit Terdapat 2 dua tipe Program Audit yaitu :
1. Suatu rencana yang ditetapkan terlebih dahulu untuk
melakukan audit. 2.
Suatu kerangka berupa produk-produk yang dibutuhkan terlebih dahulu yang berisi ruang lingkup, sifat, dan tujuan
audit, baru kemudian melakukan audit.
2.5 Proses Audit Operasional
Proses audit adalah kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor, mulai dari rencana audit, pelaksanaan, sampai pada penerbitan laporan
pemeriksaan. Langkah-langkah tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan
- Rencana
- Langkah-
langkah yang logis untuk
pelaksanaan
Program Audit Laporan Hasil Kerja
Pemeriksaan dan Kertas Kerja
Pemeriksaan Pelaporan dan
Opini Pemeriksaan
- Memperoleh
Informasi -
Menguji Informasi -
Mencari Pembenaran
evaluasi informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan audit.
Sebelum membahas proses audit operasional, terlebih dahulu diuraikan proses audit secara umum yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
Mengumpulkan bukti dan informasi yang kompeten dan relevan. 1.
Memeriksa dan mengevaluasi semua bukti dan informasi untuk mendapatkan temuan dan rekomendasi audit.
2. Menetapkan metode pengujian dan teknik pengambilan sampel
yang dapat dipakai dan dikembangkan sesuai dengan keadaan, diantaranya pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif
atas saldo-saldo seperti validasi atas rekening simpanan dan kredit. 3.
Supervisi atas proses pengumpulan bukti dan informasi serta pengujian yang telah dilakukan.
4. Mendokumentasikan Kertas Kerja Audit KKA.
Kertas Kerja Audit KKA merupakan keseluruhan catatan aktivitas audit. Tujuan dari KKA antara lain : membantu auditor dalam
melaksanakan tugas, membantu dalam pembuatan pelaporan audit, mendukung opini auditor, menjamin kesinambungan audit,
danmemungkinkan dilakukan review atas pekerjaan yang telah dilakukan.
5. Membahas hasil audit atau temuan dengan audit.
Sedangkan proses Audit Operasional terdiri dari lima tahap yaitu : 1
Pengenalan – Pada tahap ini, auditor terlebih dahulu menelaah latar belakang informasi, tujuan, struktur organisasi, dan pengendalian
kegiatan atau fungsi yang sedang diaudit, serta menentukan hubungannya dengan entitas secara keseluruhan. Selain itu, auditor
harus memahami secara jelas tujuan dan ruang lingkup penugasan serta sifat pelaporan yang akan diterbitkan. Auditor juga harus
menentukan apakah individu atau entitas yang meminta audit tersebut memiliki otoritas untuk memberi penugasan.
2 Survei – Pada tahap ini, auditor harus berusaha untuk
mengidentifikasi permasalahan dan hal-hal penting yang menjadi kunci keberhasilan kegiatan atau fungsi yang sedang diaudit.
3 Pengembangan Program – Pada awalnya, auditor menyusun
program pekerjaan, berdasarkan tujuan audit, yang merinci pengujian dan analisis yang harus dilaksanakan atas bidang-bidang
yang dianggap penting dari hasil survei pendahuluan. Selain itu, auditor juga menjadwalkan kegiatan kerja, menugaskan personel
yang sesuai, menentukan keterlibatan personel lainnya dalam penugasan, serta menelaah Kertas Kerja Audit KKA.
4 Pelaksanaan Audit – Auditor melaksanakan prosedur audit yang
telah ditentukan dalam program audit untuk mengumpulkan bukti- bukti, melakukan analisis, menarik kesimpulan, dan
mengembangkan rekomendasi.
5 Pelaporan – Laporan audit operasional pada umumnya mengandung
2 unsur utama, yaitu : tujuan penugasan, ruang lingkup, dan pendekatan, serta temuan-temuan khusus dan rekomendasi.
Laporan ini sering kali juga mencantumkan ikhtisar eksekutif yang menyoroti intisari dan kesimpulan dari rincian tersebut.
2.6 Laporan Internal Auditor