Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.
USU Repository ©2009
Pembahasan ini mencakup karakteristik responden, stres pada lansia dan koping pada lansia.
5.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menurut karakteristik responden, peneliti menemukan mayoritas responden berusia 50 – 64 tahun. Jika
umur ini dikategorikan kedalam pembagian usia menurut Depkes 1994, maka usia ini termasuk kedalam lanjut usia dini early old atau disebut juga kelompok
baru memasuki lanjut usia. Masa usia lanjut dini merupakan masa transisi dan perubahan peran, pada masa ini lansia biasanya mengalami pensiun sehingga stres
jadi meningkat karena pekerjaan yang dilakukan selama ini telah hilang atau lansia berhenti bekerja. Faktor inilah menjadi salah satu pemicu meningkatnya
stres pada lansia, Potter Perry, 2002. Pendidikan responden mayoritas adalah SMU, tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap dirinya dimana tingkat
pendidikan seseorang itu akan menentukan seseorang itu mudah stress atau tidak. Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo 2004, yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang toleransi dan pengontrolannya terhadap stressor akan semakin baik, dan manyoritas responden masih mempunyai
pasangan hidup istri, hal ini juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berespon terhadap stres, dimana stres yang tinggi apabila hidup sendiri
dibandingkan dengan yang mempunyai pasangan hidup karena peran dan tanggung jawab akan bias dijadikan sebagai beban yang harus ditanggung
bersama Siswanto, 2007, sedangkan berdasarkan pekerjaannya, responden rata- rata berprofesi sebagai pensiunan pegawai negeri sipil. Adapun yang melatar
belakangi pekerjaan mempengaruhi kemampuan seseorang menghadapi stres
Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.
USU Repository ©2009
antara lain disebabkan oleh pengalaman – pengalaman yang didapatinya pada saat dia masih bekerja Hurlock, 2002.
5.2.2 Stres Lansia yang bersumber dari diri sendiri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres yang muncul dari diri sendiri, menunjukkan bahwa lansia tidak merasa rendah diri jika melihat teman sebaya
masih bekerja sebanyak 27 responden 69,3, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Jecinta 2001, pada masa pensiun tiba lansia mempunyai perencanaan
termasuk polagaya hidup yang dilakukan, karena akan memberikan kepuasan dan rasa percaya diri yang tinggi pada individu yang bersangkutan. Pada orang
dengan kondisi kejiwaan yang stabil, konsep diri yang positif, rasa percaya diri kuat serta didukung oleh keuangan yang cukup, maka lansia dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi pensiun tersebut karena selama bertahun-tahun bekerja dan mempunyai banyak pengalaman. Biasanya karakter lansia seperti ini akan mencari
pekerjaan kesibukan lain yang dapat digunakan sebagai pengganti pekerjaannya yang lama, hal ini biasanya disebabkan karena responden tidak ingin dianggap
sebagai beban keluarga, selama hal ini masih dalam keadaan positif tidak akan menimbulkan stres bagi lansia karena pada dasarnya lansia disini masih produktif
dan tetap berpenghasilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas lansia tidak merasa
kecewa pada hasil kerjanya walaupun hasil kerja lansia tidak sebaik waktu muda dulu sebanyak 28 orang 71,8. Sesuai dengan yang diungkapkan Kunjtoro
2002 menyatakan bahwa lansia yang bekerja umumnya memiliki emosi yang stabil dan tenang sehingga tidak resah dan tidak mudah kecewa dengan
Erwinsyah Putra Surbakti : Stres Dan Koping Lansia Pada Masa Pensiun Dikelurahan Pardomuan Kec. Siantar Timur Kotamadya Pematangsiantar Tahun 2008, 2008.
USU Repository ©2009
pekerjaannya, walaupun volume pekerjaan mereka lebih sedikit dibandingkan volume kerja orang muda, namun secara kualitas akan lebih baik dan dapat
dijadikan andalan dan lebih sedikit melakukan kekeliruan, hal ini karena cara membuat keputusan lebih baik dan cara kerja mereka lebih pasti, hati-hati,
walaupun lambat. Responden merasa berguna walaupun tidak mempunyai kekuasaan dan jabatan lagi sebanyak 33 responden 84,6, hal ini bertolak
belakang dengan pernyataan yang dikemukakan Agoes 2003 bahwa banyak lansia mengalami perasaan kehilangan akan pekerjaan yang dilakukannya selama
ini, terutama ketakutan terhadap kehilangan berbagai manfaat ekonomi, kehilangan penghasilan dan keamanan kerja. akan tetapi sebagian lansia merasa
optimis dalam menjalani masa pensiun karena kondisi emosional dan kepribadian yang stabil pada setiap pensiunan. Responden juga menyatakan bahwa semangat
mereka tidak berkurang pada masa pensiun 29 74,4. keadaan ini terjadi karena hal-hal yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menerima masa pensiun
sebenarnya adalah kondisi emosional para pekerja itu sendiri. Apabila pensiun dianggap sebagai perubahan status baru maka pensiun dianggap status yang
berharga, dengan demikian akan terjadi transisi yang lebih baik, memasuki masa transisi ini seseorang sudah menyusun rencana rencana yang harus dilakukan
setelah tiba masa pensiun, sehingga akan membuat seseorang yang memasuki masa pensiun menjadi tidak terlalu terbebani. hurlock, 2001
5.2.3 Stres Lansia Yang Bersumber Dari Keluarga