yang dibedakan dengan sektor ekonomi formal atau sektor ekonomi modern dikota-kota Dunia ketiga.
Begitu eratnya keterkaitan perekonomian desa-desa maka upaya pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan baik di pedesaan maupun di
perkotaan. Hal ini berarti tidak mungkin membangun ekonomi perdesaan tanpa membangun ekonomi perkotaan atau sebaliknya Cornelis dan Mias, 2005: 4-5.
Dalam teori ekonomi mikro terdapat suatu konsep yang semula dianggap sebagai konsep ekonomi normatif Ferguson and Gould, 1975, yang sekarang
berkembang menjadi teori ekonomi positif atau ekonomi terapan yang dikaitkan dengan teori kebijaksanaan ekonomi. Hirshleifer, 1980. Konsep ekonomi yang
dimaksud, adalah konsep ekonomi kesejahteraan welfare economics. Bagaimana perkembangan konsep ekonomi kesejahteraan menjadi teori kebijaksanaan
ekonomi merupakan suatu yang menarik untuk dipahami dalam usaha membanding-bandingkan kondisi perekonomian apakah menjurus ke keadaan
yang lebih baik atau sebaliknya. Beberapa konsep tentang kriteria kesejahteraan masyarakat bermanfaat bagi para pengambil keputusan dan kebijaksanaan
ekonomi teruta dalam pemberdayaan ekonomi rakyat Cornelis dan Miar, 2005: 13-14.
2.5 Kerangka Pemikiran
Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan
DMJ yang diperuntukkan untuk pejalan kaki.Ada pendapat yang menggunakan
Universitas Sumatera Utara
istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki
tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga kaki gerobak yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu kaki.Menghubungkan jumlah kaki dan
roda dengan istilah kaki lima adalah pendapat yang mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang mangkal secara statis di DMJ adalah
fenomena yang cukup baru sekitar 1980-an, sebelumnya PKL didominasi oleh pedagang pikulan penjual cendol, pedagang kerak telor dan gelaran seperti
tukang obat jalanan.Salah kaprah terus berlangsung, hingga saat ini istilah PKL juga digunakan untuk semua pedagang yang bekerja di DMJ, termasuk para
pemilik rumah makan yang menggunakan tenda dengan mengkooptasi jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan bermotor.Sebenarnya istilah kaki lima
berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan
sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah
merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang
menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.Di beberapa tempat, pedagang kaki lima
dipermasalahkan karena mengganggu para pengendara kendaraan bermotor. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk
membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak
Universitas Sumatera Utara
sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih,
bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai
bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.
Lokasi pedagang kaki lima sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kelangsungan usaha para pedagang kaki lima, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pula volume penjualan dan tingkat keuntungan. Secara garis besar kesulitan yang dihadapi oleh para pedagang kaki lima berkisar antara peraturan
pemerintah mengenai penataan pedagang kaki lima belum bersifat membangunkonstruktif, kekurangan modal, kekurangan fasilitas pemasaran, dan
belum adanya bantuan kredit.Pedagang kaki lima street tradingstreet hawker adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan salah satu wujud sektor informal.
Bila diamati sebenarnya , keberadaan pedagang kaki lima tidak mungkin ditiadakan karena sebagian besar mahasiswa dam masyarakat umum masih
membutuhkan adanya pedagang kaki lima tersebut , dikarenakan harganya yang relative standard di kalangan mahasiswa maupun masyarakat umum.
Disisi lain pedagang kaki lima berusaha kerja keras agar dagangannya laku , sebagian memanfaatkan keuangan dimana keuntungan yang diperoleh dapat
digunkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dapat menyisikan sebagian hasil dari keuntungan dalam kebutuhannya. Maka untuk memperjelas alur
Universitas Sumatera Utara
pemikiran diatas dapat digambarkan secara skematis dalam alur pikir sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir
2.6 Definisi Konsep dan Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep