Keluaran yang Diharapkan Perkiraan Manfaat dan Dampak

16

1.3 Tujuan

Tujuan kegiatan Produksi Benih UPBS pada tahun 2014 adalah: 1. Menyediakan benih sumber logistik VUB padi spesifik lokasi untuk lembaga perbenihan dan petani penangkar di Provinsi Bengkulu dengan target produksi benih tahun 2014 sebanyak 20 ton benih kelas FS dan SS. 2. Mempercepat proses adopsi dan penyebaran VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu melalui berbagai media dan metode penyampaian informasi teknologi. 3. Mengevaluasi kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu. 4. Memetakan penyebaran dan pengembangan VUB padi yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbangtan. Tujuan tahun 2015 adalah : 1. Menciptakan harmonisasi dan sinergi antar lembaga perbenihan UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu. 2. Petani memahami dan mengadopsi penggunaan VUB berkualitas yang spesifik lokasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi. 3. Menyusun data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah BBI , BBU, penangkar, penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. 4. Membentuk UPBS sebagai penyedia benih sumber logistik yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

1.4 Keluaran yang Diharapkan

Keluaran tahun 2014 : 1. Lembaga perbenihan BBI , BBU dan petani penangkar mendapatkan benih sumber padi dari UPBS BPTP Bengkulu secara tepat. 2. Varietas yang diproduksi oleh UPBS BPTP Bengkulu digunakan secara masif oleh petani di Provinsi Bengkulu untuk meningkatkan produktivitas dan produksi dalam mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan. 17 3. Kinerja UPBS dan produktivitas petani penangkar di Provinsi Bengkulu. 4. Peta penyebarluasan dan keberlanjutan VUB padi Balitbangtan. Keluaran Tahun 2015 : 1. Harmonisasi dan sinergi dari lembaga perbenihan UPBS, BBI , BBU, UPTD Perbenihan, petani penangkar dalam menyediakan benih unggul yang berkualitas bagi petani pengguna di Provinsi Bengkulu. 2. VUB berkualitas yang spesifik lokasi dipahami dan diadopsi secara masif oleh petani dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan strategis padi, jagung, dan kedelai. 3. Data base yang akurat tentang kebutuhan benih, lembaga perbenihan daerah BBI , BBU, penangkar, penyebaran benih, dan peta pengembangan VUB spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. 4. UPBS menjadi lembaga penyedia benih sumber logistik yang mandiri, profesional dan mampu berkolaborasi aktif serta sinergis dengan lembaga perbenihan daerah.

1.5 Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat dari UPBS BPTP Bengkulu bagi stakeholders: 1. Lembaga perbenihan di daerah termasuk petani penangkar dapat dengan mudah mendapatkan benih sumber dengan tepat jumlah, varietas, mutu, waktu, lokasi dan harga. 2. Petani dan lembaga perbenihan daerah mendapatkan bimbingan teknis budidaya, prosesing benih, dan bahkan dapat menyaksikan langsung keunggulan varietas yang dikembangkan melalui berbagai kegiatan diseminasi penangkaran, temu lapang, media cetak dan elektronik. 3. Petani mendapatkan varietas adaptif yang sudah teruji dengan potensi hasil tinggi dan toleran terhadap berbagai cekaman lingkungan biotik dan abiotik, sehingga dapat mengurangi resiko kegagalan dalam usaha tani. 4. Benih yang spesifik agroekosistem dataran rendah, dataran tinggi, lahan kering, lahan rawa, lahan masam, lahan alkalis, lahan sawah irigasi, tadah hujan dapat disediakan secara tepat, sehingga para pengguna petani mempunyai banyak pilihan atau alternatif teknologi spesifik. 18 5. Lembaga perbenihan di daerah dapat melakukan pembenahan secara internal dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi sebagai lembaga penyedia benih berkualitas untuk masyarakat tani di Provinsi Bengkulu. Dampak yang diharapkan dari UPBS BPTP Bengkulu diantaranya adalah: 1. Adopsi terhadap benih berkualitas yang spesifik lokasi berdampak pada peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan di Provinsi Bengkulu. Peningkatan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pendapatan petani. Peningkatan produktivitas dan produksi padi, jagung dan kedelai dapat mendukung dan mewujudkan swasembada dan swasembada berkelanjutan di Provinsi Bengkulu. 2. Produksi benih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di Provinsi Bengkulu, bahkan dapat dipasarkan di luar daerah sehingga perbenihan menjadi kegiatan agribisnis yang menguntungkan bagi petani dan masyarakat luas. 19 I I . TI NJAUAN PUSTAKA Penggunaan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi, responsif terhadap pemupukan dan tahan hama penyakit utama disertai dengan perbaikan irigasi dan teknik budidaya telah terbukti dapat meningkatkan produktivitas. Swasembada beras pada tahun 1984 di I ndonesia tidak terlepas dari introduksi varietas unggul, perbaikan jaringan irigasi, teknik budidaya, dan rekayasa kelembagaan melalui program Bimas, I nmas, I nsus, dan Supra I nsus Nugraha et al., 2007. Sistem perbenihan yang tangguh produktif, efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung upaya peningkatan penyediaan benih padi dan peningkatan produksi beras nasional. Penggunaan benih unggul menunjukkan kontribusi terbesar terhadap produksi dibandingkan dengan penerapan teknologi lainnya Saryoko, 2009. Disisi lain, nilai biaya benih hanya sekitar 5 dari total biaya input produksi padi Kementerian Pertanian, 2010. Bila dikaji lebih lanjut, penggunaan benih unggul merupakan komponen intensifikasi pertanian yang paling mudah dilakukan untuk mendukung peningkatan produksi tanaman. Kesadaran petani dalam penggunaan benih unggul relatif masih terbatas. Benih padi yang digunakan oleh masyarakat lebih dari 60 persen berasal dari sektor informal yaitu berupa gabah yang disisihkan dari sebagian hasil panen musim sebelumnya yang dilakukan berulang-ulang Daradjat et al., 2008. Wahyuni 2011 menjelaskan bahwa sampai dengan tahun 2010 telah dihasilkan lebih dari 200 varietas unggul padi oleh berbagai Lembaga Penelitian di I ndonesia, 85 diantaranya adalah hasil inovasi Badan Litbang Kementerian Pertanian. Varietas yang paling luas ditanam adalah Ciherang dan Cigeulis. Ketiga varietas di atas merupakan varietas-varietas yang sudah lama dilepas. I R64 misalnya telah dilepas pada tahun 1986, Ciherang pada tahun 2000, dan Cigeulis pada tahun 2002 Suprihatno et al., 2010. VUB seperti I npari, I npara, dan I npago yang dilepas sejak tahun 2008 masih belum dominan di petani. Lambatnya adopsi VUB padi dikarenakan informasi keberadaan benih sumber masih lemah disamping ketersediaannya yang relatif masih terbatas Wahyuni, 2011. Percepatan penyebaran informasi tentang varietas unggul baru padi diperlukan. Keunggulan suatu varietas, baru dapat dirasakan manfaatnya dalam 20 peningkatan produksi dan mutu beras apabila tersedia benih dalam jumlah cukup untuk ditanam oleh petani Daradjat et al., 2008. Petani di Bengkulu sudah mulai menggunakan varietas unggul berlabel secara mandiri. Sebelumnya, penanaman varietas unggul dalam skala luas hanya dilakukan jika ada bantuan benih dari pemerintah melalui berbagai program, seperti subsidi benih, Bantuan Langsung Benih Unggul BLBU, dan bantuan benih unggul pada lahan display dan demfarm SL-PTT. Menurut data BPS Provinsi Bengkulu 2013, luas panen padi sawah di Bengkulu adalah 128.131 ha. Jika setiap hektar lahan sawah membutuhkan 25 kg benih, maka kebutuhan benih mencapai 3.203.275 kg atau sekitar 3,203 ton tahun. Bantuan benih melalui BLBU dan SL-PTT di Bengkulu mencapai 519.305 kg, atau 16,21 dari kebutuhan benih total Wibawa et al., 2013. Untuk mendorong percepatan penggunaan benih bermutu, maka diperlukan upaya penangkaran dan sertifikasi benih. Hal ini telah diatur oleh Pemerintah dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman, Permentan Nomor 39 Permentan 05.140 8 2006 tentang Produksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, dan Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 01 KPTS HK.310 C I 2009 tentang Persyaratan dan Tatacara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Hanizar dan Barianto, 2011. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih melalui pemeriksaan, pengujian laboratorium dan pengawasan pemasangan label. Benih padi dibedakan atas beberapa kelas yaitu benih penjenis label kuning, benih dasar label putih, benih pokok label ungu, dan benih sebar label biru. Dari 10 kg benih penjenis dapat dihasilkan 12.000 ton benih sebar untuk kebutuhan benih padi seluas 480.000 ha I rawan, 2011. Prosedur sertifikasi benih terdiri atas 5 tahapan yaitu permohonan sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih, pengujian benih, dan pelabelan. Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul mendapat respon petani yang beragam dari petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Harini 2003 melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Petani tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya Ruskandar, 2012. Oleh karena itu perlu digiatkan 21 penyuluhan, demonstrasi varietas, ataupun bentuk diseminasi promosi lain agar informasi varietas cepat sampai di lahan petani baik melalui media cetak maupun elektronik. VUB yang cocok dan diminati oleh petani seharusnya tersedia tepat waktu. Keberadaan UPBS menjadi sangat penting dalam menunjang kegiatan peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan. 22 I I I . PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1 Lokasi kegiatan dan w aktu