Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi Akademisi

struktural berasal dari sifat fisik dan dampak saraf yng ditimbulkan pada sistem saraf individu. Robbins 2009:175 mendefinisikan persepsi perseption sebagai proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun apa yang diterima seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi dikatan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan pertemuan antara proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa. Dengan demikian, persepsi bukanlah cerminan yang tepat dari realitas. Ikhsan dalam Ipprianto, 2009:30 Dari beberapa definisi persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap individu mengenai suatu objek atau peristiwa tergantung pada dua faktor, yaitu faktor dalam diri seseorang aspek kognitif dan faktor dunia luar aspek stimulus visual. Robbins 2006: 175 mengemukakan bahwa sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Robbins menjelaskan bahwa ketika seorang individu melihat sebuah target dan berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual tersebut. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang. Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan. Target tidak dilihat secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar belakangnya juga mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Konteks dimana kita melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting. Waktu sebuah objek atau peristiwa dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya, panas, atau sejumlah faktor situasional lainnya. Robbins dalam Ipprianto, 2009:31 secara implisit menyatakan bahwa, persepsi suatu individu terhadap suatu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lainnya terhadap obyek yang sama.

2.1.3 Persepsi Akademisi

Akademi adalah suatu istilah umum bagi komunitas mahasiswa dan cendekiawan terlibat dalam pendidikan tinggi dan penelitian. Terdapat satu literatur yang menjadi landasan penelitian ini yaitu yang berorientasi pada akademisi, seperti identifikasi dan rekomendasi akuntansi forensik dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi. Buckhoff dan Schrader dalam Ipprianto, 2009:36 mengamati ruang lingkup di mana lembaga akademik di negara Amerika Serikat yang menawarkan mata kuliah akuntansi forensik. Hasil pengamatan menemukan bahwa secara rata- rata perguruan tingi menganggap akuntansi forensik menjadi penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum lihat juga Peterson dan Reider 2001 mengadakan pengamatan terhadap silabus-silabus perguruan tinggi yang menyelenggarakan mata kuliah akuntansi forensik dan menjelaskan bahwa para pengajar bidang akuntansi sepakat bahwa perguruan tinggi semakin memerlukan pendidikan akuntansi forensik, sedangkan rezaee2002 lebih jauh menyatakan bahwa para mahasiswa percaya bahwa akuntansi forensik merupakan sebuah peluang karir yang layak bagi mereka, namun masalahnya ialah bahwa bidang ini belum mendapatkan perhatian yang serius dari pihak perguruan tinggi. National Institute of Justice dalam Ipprianto, 2009:36 menyusun sebuah pedoman kurikulum untuk pendidikan akuntansi forensik dan pelatihan tentang fraud dan untuk membantu lembaga akademik, organisasi pemerintah di swasta, praktisi, fakultas, dan mahasiswa. Selanjutnya Rezaee et al. dalam Ipprianto, 2009:36 mengemukakan bahwa tuntutan untuk dan minat terhadap akuntansi forensik akan terus bertambah. Baik praktisi maupun akademisi memandang pendidikan akuntansi forensik yang akan dimasukkan ke dalam mata kuliah. Rezaee et al. dalam Ipprianto, 2009:37

2.1.4 Akuntansi Forensik