5. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara S1 dan dosen dengan mahasiswa S2 dan profesi akuntansi tentang ada hubungan akuntansi
forensik dengan perkembangan ilmu akuntansi. 6. Untuk memperoleh bukti empiris perbedaan persepsi antara S1 dan dosen
dengan mahasiswa S2 dan profesi akuntansi tentang akuntansi forensik belum mendapat perhatian yang serius dari pihak perguruan tinggi.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Perguruan tinggi Departemen Akuntansi
Diharapkan agar hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada departemen akuntansi untuk memasukkan akuntansi
forensik ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi. b. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan dan memperluas wawasan penulis, terkait dengan masalah dalam penelitian ini.
c. Bagi Peneliti berikutnya Diharapkan skripsi ini berguna sebagai referensi dalam rangka mengkaji
masalah yang sama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Persepsi
Menurut Ikhsan dalam Ipprianto, 2009:30 Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia.
Orang-orang bertindak atas dasar persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan sebenarnya. Pada kenyataannya, setiap
orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu kejadian dan uraian kenyataan seseorang kemungkinan besar jauh berbeda dengan uraian orang lain, lebih lanjut
Ikhsan juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan kombinasi antara faktor utama dunia luar stimulus visual dan diri manusia itu sendiri pengalaman-
pengalaman sebelumnya. Persepsi juga merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Meskipun demikian, karena persepsi tentang objek atau peristiwa tersebut
bergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu, maka persepsi akan bersifat sangat subjektif dan situasional. Persepsi disatukan oleh faktor personal dan
situasional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor fungsional. Oleh karena itu, yang
menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons terhadap stimuli tersebut. Sementara itu, faktor
struktural berasal dari sifat fisik dan dampak saraf yng ditimbulkan pada sistem saraf individu. Robbins 2009:175 mendefinisikan persepsi perseption sebagai
proses di mana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Namun apa yang diterima
seseorang pada dasarnya bisa berbeda dari realitas objektif walaupun seharusnya tidak perlu ada, perbedaan tersebut sering timbul.
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi dikatan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan pertemuan antara proses kognitif dan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan
kegiatan kognitif. Persepsi lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa. Dengan demikian, persepsi bukanlah cerminan yang tepat
dari realitas. Ikhsan dalam Ipprianto, 2009:30 Dari beberapa definisi persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap
individu mengenai suatu objek atau peristiwa tergantung pada dua faktor, yaitu faktor dalam diri seseorang aspek kognitif dan faktor dunia luar aspek stimulus
visual. Robbins 2006: 175 mengemukakan bahwa sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang mengubah persepsi, dalam diri objek atau target
yang diartikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi tersebut dibuat. Robbins menjelaskan bahwa ketika seorang individu melihat sebuah target dan
berusaha untuk menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh berbagai karakteristik pribadi dari pembuat persepsi individual
tersebut. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, minat, pengalaman masa lalu, dan harapan-harapan seseorang.
Karakteristik target yang diobservasi bisa mempengaruhi apa yang diartikan. Target tidak dilihat secara khusus, hubungan sebuah target dengan latar
belakangnya juga mempengaruhi persepsi, seperti halnya kecenderungan untuk mengelompokkan hal-hal yang dekat dan hal-hal yang mirip. Konteks dimana kita
melihat berbagai objek atau peristiwa juga penting. Waktu sebuah objek atau peristiwa dilihat dapat mempengaruhi perhatian, seperti halnya lokasi, cahaya,
panas, atau sejumlah faktor situasional lainnya. Robbins dalam Ipprianto, 2009:31 secara implisit menyatakan bahwa, persepsi suatu individu terhadap
suatu obyek sangat mungkin memiliki perbedaan dengan persepsi individu lainnya terhadap obyek yang sama.
2.1.3 Persepsi Akademisi
Akademi adalah suatu istilah umum bagi komunitas mahasiswa dan cendekiawan terlibat dalam pendidikan tinggi dan penelitian. Terdapat satu
literatur yang menjadi landasan penelitian ini yaitu yang berorientasi pada akademisi, seperti identifikasi dan rekomendasi akuntansi forensik dimasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan akuntansi. Buckhoff dan Schrader dalam Ipprianto, 2009:36 mengamati ruang
lingkup di mana lembaga akademik di negara Amerika Serikat yang menawarkan mata kuliah akuntansi forensik. Hasil pengamatan menemukan bahwa secara rata-
rata perguruan tingi menganggap akuntansi forensik menjadi penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum lihat juga Peterson dan Reider 2001
mengadakan pengamatan terhadap silabus-silabus perguruan tinggi yang menyelenggarakan mata kuliah akuntansi forensik dan menjelaskan bahwa para
pengajar bidang akuntansi sepakat bahwa perguruan tinggi semakin memerlukan pendidikan akuntansi forensik, sedangkan rezaee2002 lebih jauh menyatakan
bahwa para mahasiswa percaya bahwa akuntansi forensik merupakan sebuah peluang karir yang layak bagi mereka, namun masalahnya ialah bahwa bidang ini
belum mendapatkan perhatian yang serius dari pihak perguruan tinggi. National Institute of Justice
dalam Ipprianto, 2009:36 menyusun sebuah pedoman kurikulum untuk pendidikan akuntansi forensik dan pelatihan tentang
fraud dan untuk membantu lembaga akademik, organisasi pemerintah di swasta, praktisi, fakultas, dan mahasiswa. Selanjutnya Rezaee et al. dalam Ipprianto,
2009:36 mengemukakan bahwa tuntutan untuk dan minat terhadap akuntansi forensik akan terus bertambah. Baik praktisi maupun akademisi memandang
pendidikan akuntansi forensik yang akan dimasukkan ke dalam mata kuliah. Rezaee et al. dalam Ipprianto, 2009:37
2.1.4 Akuntansi Forensik
Merriam dikutip oleh tuanakota 2007 dalam Ipprianto, 2009 : 32 forensik dapat diartikan ‘’berkenaan dengan pengadilan’’ atau ‘’berkenaan dengan
penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum’’. Oleh karena itu akuntansi forensik dapat diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.
Selanjutnya Crumbley dalam Tuanakota 2007 dalam Ipprianto, 2009:32, secara sederhana dapat dikatakan, akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat
cocok untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan secara yuridis atau administratif.
Tuanakota 2007:10 mengemukakan bahwa akuntansi forensik dahulu digunakan untuk keperluan pembagian warisan atau mengungkap kasus
pembunuhan. Hal tersebut berawal dari penerapan akuntansi dalam hal persoalan hukum, maka istilah yang dipakai adalah akuntansi forensik dan bukan audit,
perkembangannya sampai saat ini masih kelihatan akuntansinya, contohnya dalam perhitungan ganti rugi baik dalam pengertian sengketa maupun kerugian akibat
kasus korupsi. Suryanto, 2005 dalam Ipprianto, 2009:33 lebih jauh mengatakan bahwa akuntansi forensik biasanya fokus pada area-area tertentu misalnya
penjualan, atau pengeluaran tertentu yang diindikasikan telah terjadi tindak kecurangan baik dari laporan pihak dalam atau orang ketiga tip off atau,
petunjuk terjadinya kecurangan red flags. Dengan demikian akuntansi forensik sangat berperan dalam pengungkapan skandal-skandal keuangan yang ada di
Indonesia yang terutama kasus korupsi. Akuntansi Forensik adalah Matakuliah baru Ilmu akuntansi yang lebih
akurat cocok untuk tujuan dan kepentingan hukum. Akuntansi Forensik adalah penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi yang dipadu dengan
kemampuan investigatif untuk memecahkan suatu masalahsengketa keuangan atau dugaan kecurangan fraud yang pada akhirnya akan diputuskan oleh
pengadilanarbitrasetempat penyelesaian perkara lain.
2 .2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1 Fleming 2008
West Virginia University:
Forensic Accounting
and Fraud
Investigstion mengembangkan program akademik
baru untuk menghadapi akuntan profesional dan auditor yaitu FAFI
Forensic Accounting and Fraud Investigaton
.
2 Ipprianto2009
Persepsi Akademisi
dan Praktisi terhadap
Keahlian Akuntansi
Forensik tidak terdapat perbedaan persepsi yang
signifikan antara akademisi dengan praktisi terhadap kemampuan anallisis
deduktif, keahlian analitik, komunikasi tertulis, pengetahuan tentang hukum
dan bersifat tenang. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan persepsi yang signifikan antara
akademisi dengan praktisi terhadap kemampuan pemikiran kritis,
memecahkan masalah tidak terstruktur, fleksibilitas
penyidikan, dan
komunikasi lisan.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti Sugiyono, 2006:47. Berdasarkan teori pendukung,
maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Persepsi Persepsi
strata-1 dan dosen Strata-2 dan profesi akuntansi
1. akuntansi forensik sama dengan audit forensik.
2. Akuntansi Forensik sangat berperan terhadap sebuah
peluang karir yang menjajikan di masa yang
akan datang.
3. Akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat
pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak
penipuan
4. Akuntansi forensik dimasukkan ke dalam
kurikulum pendidikan akuntansi.
5. Ada hubungan akuntansi forensik dengan
perkembangan ilmu akuntansi.
6. Akuntansi forensik belum mendapatkan perhatian yang
serius dari pihak perguruan tinggi.
1. akuntansi forensik sama dengan audit forensik.
2. Akuntansi Forensik sangat berperan terhadap sebuah
peluang karir yang menjajikan di masa yang
akan datang.
3. Akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat
pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak
penipuan
4. Akuntansi forensik dimasukkan ke dalam
kurikulum pendidikan akuntansi.
5. Ada hubungan akuntansi forensik dengan
perkembangan ilmu akuntansi.
6. Akuntansi forensik belum mendapatkan perhatian yang
serius dari pihak perguruan tinggi.
Adanya akuntansi forensik
2.6 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah ditetapkan maka hipotesis penelitian adalah:
Ha1 : Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan profesi akuntansi terhadap variabel akuntansi forensik tidak sama dengan
audit forensik. Ha2 : Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan
profesi akuntansi terhadap variabel akuntansi forensik Sangat berperan terhadap sebuah peluang karir yang menjanjikan di masa yang akan
datang. Ha3 : Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan
profesi akuntansi terhadap variabel akuntansi forensik sebagai alat untuk mempercepat pemberantasan korupsi dan penanggulangan tindak
penipuan. Ha4 : Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan
profesi akuntansi terhadap variabel akuntansi forensik Dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan akuntansi.
Ha5: Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan profesi akuntansi terhadap variabel Ada hubungan akuntansi forensik
dengan perkembangan ilmu akuntansi. Ha6: Terdapat perbedaan persepsi akademisi S1 dan dosen dengan S2 dan
profesi akuntansi terhadap variabel Akuntansi forensik belum mendapat perhatian yang serius dari pihak perguruan tinggi.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian