Trajectory of last  vihicle
Trajectory of first  vihicle
Effective green
Effective red Distance
Time
Gambar 2.2 : Prinsip Koordinasi Sinyal Pada Jalan Satu Arah
2.4.3 Koordinasi Sinyal Pada Jalan Dua Arah
Mengkoordinasikan  sinyal  lampu  lalu-lintas  pada  jalan  dua  arah  lebih  sulit dilakukan. Beberapa factor  penyebab lebih sulit adalah :
  Jarak antar persimpangan tidak seragam.   Volume lalu-lintas tidak sama pada kedua arah.
  Kecepatan kendaraan mungkin berbeda pada kedua arah.    Lama lampu hijau untuk keseluruhan lampu yang dikoordinasikan tidak sama.
   Adanya disperse pleton. Secara  berturut-turut  gambar  2.3  dan  gambar  2.4  menunjukkan  koordinasi  sinyal
untuk panjang ruas yang seragam dan tidak seragam. Bandwit
h
Gambar 2.3. Koordinasi sinyal lampu lalu-lintas pada jalan dua arah dengan jarak persimpangan seragam
Gambar 2.4. Koordinasi sinyal lampu lalu-lintas pada jalan dua arah dengan jarak persimpangan tidak seragam
Arus  lalu-lintas  dua  arah  dan  jarak  antar  simpang  perempatan  tidak  sama,  maka situasinya  lebih  kompleks,  seperti  terlihat  pada  gambar  2.4.  Dengan  sistem  laju  yang
fleksibel,  waktu  siklus  pada  setiap  persimpangan  adalah  tetap  tetapi  indikasi  hijau digantikan  agar  cocok  dengan  kecepatan  jalan  yang  dipilih  dan  merupakan  suatu
kompromi  yang  didasarkan  pada  arus  searah,  jarak  sinyal,  dan  kebutuhan  lalu-lintas persilangan jalan Hobbs, 1995.
2.5  Metode Koordinasi Sinyal Pada Jalan Dua Arah
Sesuai dengan kasus dilapangan bahwa persimpangan bersinyal yang ditinjau adalah jalan  dua  arah,  maka  metode  koordinasi  yang  digunakan  adalah  koordinasi  sinyal  pada
jalan  dua  arah.  Dalam  metode  ini,  hal  yang  harus  diperhatikan  adalah  Green  Bandwidth dan Offset.
2.5.1 Metode Maksimasi Green Bandwidth
Metode  maksimasi  Green  Bandwidth  adalah  salah  satu  metode  yang  umum digunakan  dalam  mengkoordinasikan  sinyal  persimpangan  pada  jalan  dua  arah.  Dalam
metode ini offset diatur sedemikian sehingga diperoleh suatu jalur hijau Green Bandwidth untuk  jalur  inbound  dan  outboud.  Untuk  lebih  jelasnya  lihat  gambar  3.1.  Asumsi  yang
diambil dalam metode ini adalah : 1.
Kendaraan bergerak dalam pleton yang bersamaan.
2.
Tidak ada disperse pleton.
3.
Volume lalu-lintas yang rendah undersaturated.
4.
Tidak ada atau sedikit kendaraan yang masuk jalan arterial dari jalan samping.
Kondisi  seperti  yang  diasumsikan  pada  gambar  2.5  jarang  dijumpai.  Walaupun demikian konsep pendekatan ini sangat sering digunakan karena Green Bandwidth mudah
dilihat secara visual dan hasil yang baik dapat diperoleh secara manual, yaitu dengan cara coba-coba McShane and Roess, 1990.
Ukuran  effisiensi  pada  metode  ini  didefinisikan  sebagai  perbandingan  bandwidth terhadap panjang siklus, yang biasanya dinyatakan dalam persentase:
efesiensi =
bandwidth panjang  siklus
x 100 ……………………3.1
Gambar 2.5. Bandwidth pada diagram time-space McShane and Roess, 1990
System koordinasi dikatakan baik, apabila efesiensi berkisar dari 40-50  McShane, 1990. Nilai efesiensi yang besar akan memberikan volume kendaraan yang dapat lewat
tanpa henti yang besar pula. Besar volume ini dapat dihitung dengan persamaan berikut: nonstop volume =
3600 BW  L
h C
……………………3.2
dimana: BW = bandwidth yang ada sec
L     = jumlah lajur lalu-lintas yang ditinjau