Analisa Data Analisa Data dan Perencanaan

Tabel 5.1 : Hasil perhitungan arus lalu lintas dan arus jenuh Simpang Pendekat We meter Faktor Penyesuaian S smpjam q smp F CS F SF F G F P F RT F LT I Utara 7 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 0,99 4200 758 Selatan 9 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 0,92 5400 1521 Barat 5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 3000 492 Timur 3.5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 2100 156 II Utara 5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 3000 573 Selatan 7 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 4200 1218 Barat 5 1,0 0,95 1,0 1,0 1,0 1,0 3000 394  Rasio Arus Jenuh Nilai arus jenuh untuk setiap pendekat menggunakan rumus : FR = QS. Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting – Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. FR = 8584200 = 0,2043 Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut. Table 5.2 : Hasil perhitungan rasio arus jenuh Simpang Pendekat Q smp S smpjam FR I Utara 858 4200 0.2043 Selatan 1721 5400 0.3187 Barat 538 3000 0.1793 Timur 219 2100 0.1043 II Utara 543 3000 0.1810 Selatan 1346 4200 0.3205 Barat 394 3000 0.1313  Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Kapasitas C diproleh dengan perkalian arus jenuh dengan rasio hijau gc pada masing-masing pendekat, menggunakan rumus : C = S x gc Derajat kejenuhan DS : DS = QC Q = LV x 1 + HV x 1,3 + MC x 0,2 Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting – Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. S = 4200 smpjam ; g = 31 ; c = 148 Q = 858smpjam C = 4200 x 31148 = 880 smpjam DS = 858 880 = 0,975 smpjam Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut. Table 5.3: Hasil perhitungan Kapasitas dan Derajat Kejenuhan Simpang Pendekat g detik c detik Q smpjam C smp DS smpjam I Utara 31 148 858 880 0.975 Selatan 58 148 1721 2116 0.813 Barat 35 148 538 709 0.758 Timur 35 148 219 497 0.441 II Utara 37 165 543 673 0.807 Selatan 82 165 1346 2087 0.645 Barat 22 165 394 400 0.985  Panjang Antrian QL Rumus yang digunakan : NQ = NQ1 + NQ2 dengan : NQ1 = jumlah fase yang tersisa dari fase hijau sebelumnya NQ1 = 0,25 � � − 1 + − 1 2 + 8 � −0,5 � NQ2 = jumlah smp yang dating selama fase merah NQ2 = c x 1 −� 1 −� � x 3600 QL = � �� � 20 � Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. JaminGinting – Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. NQ1 = 0,25 � 858 � 0,975 − 1 + 0,975 − 1 2 + 8 �0,975−0,5 880 = 10,014 smp NQ2 = 148 x 1 −0,209 1 −0,209�0,975 x 858 3600 = 35,064 smp NQ = 10,014 + 35,064 = 45,058 smp Gunakan Gambar 5.2 dibawah ini, untuk menyesuaikan NQ dalam hal peluang yang diinginkan untuk terjadinya pembebanan lebih P OL. Untuk perancangan dan perencanaan disarankan P OL ≤ 5 untuk operasi suatu nilai P OL = 5 - 10 mungkin dapat diterima. Gambar 5.2 : Diagram Peluang untuk Pembebanan lebih P OL Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut. Table 5.4: Hasil penyesuaian NQ max Simpang Pendekat NQ1 smp NQ2 smp NQ1 + NQ2 smp NQ max QL meter DT detiksmp I Utara 10.014 35.044 45.058 62.000 177.143 100.135 Selatan 1.663 63.152 64.815 78.000 173.333 43.645 Barat 1.056 20.577 21.633 32.000 128.000 59.631 Timur 0.106 7.675 7.780 12.000 68.571 49.898 II Utara 1.556 23.573 25.129 36.000 144.000 70.934 Selatan 0.407 45.668 46.076 62.000 177.143 31.811 Barat 8.462 18.017 26.479 39.000 156.000 148.657  Tundaan Lalu Lintas DT Rumus yang digunakan : DT = c x A + � 1 � 3600 � A = 0,5 �1−� 2 1 −� � Sebagai contoh perhitungan, untuk pendekat Utara Simpang I : Jl. Jamin Ginting – Jl. Iskandar Muda – Jl. Pattimura – Jl. Brimob. DT = 148 x 0,3927 + 30,0140 � 3600 148 = 100,135 detiksmp Hasil perhitungan rasio arus jenuh kondisi eksisting untuk seluruh pendekat dapat dilihat pada Tabel 5.4 diatas.

5.4 Waktu Siklus Optimum

Setelah didapatkan kondisi lalu lintas eksisting yang telah diuraikan pada sub bab 5.3, maka akan dilakukan perhitungan waktu optimum untuk dipergunakan dalam perencanaan koordinasi simpang.  Waktu Siklus Penyesuaian c = 1,5 x LTI + 5 1 - ∑FRcrit detik Untuk menghitung waktu siklus penyesuaian menggunakan data kondisi eksisting. Adapun hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5: Perhitungan waktu siklus Simpang Pendekat q smpjam S LTI FR QS ∑ FR crit Wak. Siklus optimum gi PRi I Utara 858 4200 24 0.2043 0.7023 138 36 0.2908 Selatan 1721 5400 0.3187 56 0.4537 TimurBarat 538 3000 0.1793 32 0.2553 II Utara 543 3000 24 0.1810 0.6328 112 40 0.2860 Selatan 1346 4200 0.3205 71 0.5064 Barat 394 3000 0.1313 29 0.2075 Adapun waktu siklus yang akan dipilih untuk merancang koordinasi sinyal adalah waktu siklus yang memiliki kinerja simpang rata-rata yang paling baik dari setiap perencanaan. Namun dalam menentukan waktu siklus baru untuk perencanaan koordinasi simpang, akan mencoba juga menggunakan waktu siklus eksisting. Adapun hal ini dilakukan untuk melihat dan membandingkan kinerja simpang eksisting dengan menggunakan waktu siklus eksisting.  Waktu Hijau Sebelum menentukan waktu siklus terbaik, terlebih dahulu akan ditentukan waktu hijau dari masing-masing pendekat sesuai dengan waktu siklus yang digunakan. Adapun hasil perhitungan waktu hijau masing-masing pendekat dengan menggunakan waktu siklus yang berbeda-beda, dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5a : Perhitungan waktu hijau, c=148 detik Simpang Pendekat q smpjam S LTI FR QS ∑ FR crit Waktu Siklus gi PRi I Utara 858 4200 24 0.2043 0.7023 148 36 0.290872 Selatan 1721 5400 0.3187 56 0.453785 TimurBarat 538 3000 0.1793 32 0.255343 II Utara 543 3000 24 0.1810 0.6328 148 35 0.286026 Selatan 1346 4200 0.3205 63 0.506434 Barat 394 3000 0.1313 26 0.20754 Tabel 5.5b : Perhitungan waktu hijau, c=165 detik Simpang Pendekat q smpjam S LTI FR QS ∑ FR crit Waktu Siklus gi PRi I Utara 858 4200 24 0.2043 0.7023 165 41 0.290872 Selatan 1721 5400 0.3187 64 0.453785 TimurBarat 538 3000 0.1793 36 0.255343 II Utara 543 3000 24 0.1810 0.6328 165 40 0.286026 Selatan 1346 4200 0.3205 71 0.506434 Barat 394 3000 0.1313 29 0.20754