BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Negara Indonesia dikenal akan kekayaan sumber daya alamnya. Teh merupakan salah satu kekayaan alam di Indonesia dan menjadi minuman pilihan
yang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai pendamping makanan karena dipercayai dapat membantu proses pencernaan. Biarpun begitu, teh tidak
mengandung nilai nutrisi yang banyak. Teh juga memiliki efek yang menyegarkan dan memberikan rasa nyaman. Efek tersebut disebabkan oleh karena adanya
kandungan kafein yang ada di dalam teh, dimana kafein dikenal memiliki efek stimulant dan anti-soporific, yaitu untuk meningkatkan mood, menurunkan derajat
kelelahan, dan meningkatkan kapasitas kerja seseorang Rall, 1990. Teh hijau merupakan teh yang tidak mengalami proses fermentasi dan
telah dikonsumsi selama berabad-abad sebagai minuman dan dihargai oleh karena nilai medisnya. Pemeriksaan fitokimia pada teh menunjukkan adanya senyawa-
senyawa seperti alkaloid, saponin, tannin, cathecin, dan polifenol Sofowara, 1984; Opara, 1992. Komponen lain pada teh, yaitu polifenol, dapat memberikan efek
farmakologis pada seseorang. Polifenol dalam teh juga memiliki banyak efek biologis pada manusia, mulai dari efeknya sebagai antioksidan, anti penuaan, anti
kanker, anti karies gigi, dan antibakteri Mahmood et al., 2010. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau secara rutin
setiap hari dapat membunuh kuman-kuman yang memiliki efek merugikan Mbata et al., 2008. Teh hijau banyak dikonsumsi oleh masyarakat banyak karena dalam
teh hijau terdapat kadar polifenol khususnya cathecin yang paling tinggi dibandingkan jenis teh lainnya. Hal inilah yang menjadi dasar alasannya teh hijau
dipilih menjadi salah satu pilihan alternatif untuk mencegah berkembangnya penyakit oleh karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri-bakteri seperti penyakit
periodontal dan pneumonia Wang et al., 2011; Kushiyama et al., 2009; Watanabe et al., 2009.
Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran sekarang terkait berat dengan kejadian-kejadian infeksi . Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-
data yang memperlihatkan angka kesakitan dan kematian oleh karena penyakit- penyakit infeksi. Salah satu bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi
dalam komunitas maupun secara nosokomial adalah Staphylococcus aureus Wisplinghoff et al., 2004.
Staphylococcus aureus merupakan patogen oportunistik yang berkolonisasi di permukaan kulit dan mukosa individu. Tiga puluh sampai lima
puluh persen bakteri tersebut berkolonisasi pada individu yang sehat dan sepuluh sampai dua puluh persennya menetap secara persisten pada individu itu Noble et
al., 1967. Bakteri tersebut mampu menimbulkan penyakit-penyakit yang berspektrum luas pada manusia dimulai dari penyakit yang disebabkan oleh toxin,
seperti toxic shock syndrome, sampai dengan penyakit-penyakit yang mematikan seperti septicemia, endocarditis, pneumonia, dan osteomyelitis Hsu, 2005;
Nickerson et al., 2009 . Kejadian infeksi oleh Staphylococcus baik secara nosokomial ataupun di
komunitas telah meningkat 20 tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh karena meningkatnya pemakaian alat-alat kedokteran yang bersifat intravascular seperti
jarum infus, jarum suntik dan sebagainya. Sejak tahun 1990 sampai 1992, Staphylococcus aureus merupakan penyebab tersering kasus pneumonia
nosokomial, infeksi pada daerah luka pasca operasi, dan infeksi sistemik menurut The National Nosocomial Infections Surveillance System of The Centers for
Disease Control and Prevention CDC Emori, 1993. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi oleh karena
Staphylococcus aureus tinggi di negara yang berpendapatan rendah di Asia. Suatu penelitian di Thailand yang sampelnya berasal dari 1000 pasien rawat inap di
rumah sakit menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan penyebab bakteremia ketiga sesudah Escherichia coli dan Burkholderia pseudomallei, dan
memiliki angka mortalitas sampai 48. Bahkan terkait dengan tingginya kejadian infeksi, penanganan yang tidak
adekuat menghasilkan suatu masalah baru yaitu resistensi terhadap obat. Pada
penelitian di beberapa negara menemukan bahwa Staphylococcus aureus resisten terhadap obat golongan penisilin dan juga turunanannya seperti methicillin
Jalalpoor, 2011 dan Charlebois et al., 2004. Bakteri lain yang sering menyebabkan infeksi adalah Eschericia coli.
Bakteri ini ditemukan biasanya pada usus manusia dan infeksi karena bakteri ini biasanya ditransmisikan melalui makanan yang terkontaminasi. Gejala-gejala
infeksi Escherichia coli berupa diare dan kram abdomen. Biasanya infeksi oleh karena Escherichia coli tidak berbahaya. Namun, pada beberapa kasus, infeksi
tersebut bisa mengancam jiwa Jawetz, 2007. Escherichia coli paling banyak menyebabkan infeksi saluran kemih secara
nosokomial Jawetz, 2007. Hal tersebut dapat dilihat pada penelitian oleh Obiogbolu et al. 2009 terhadap ibu hamil yang mendapat rawat inap di rumah
sakit bahwa infeksi pada saluran kemih disebabkan paling banyak oleh Escherichia coli 37, diikuti oleh Klebsiella spp. 20,7 dan Proteus mirabilis
16,7. Masalah lainnya berhubungan dengan resistensi obat dikemukakan pada penelitian di India bahwa selain Staphylococcus yang memiliki angka resistensi
tertinggi 77, Escherichia coli menempati tempat kedua pada kejadian resistensi antibiotik 12.
Berdasarkan data dan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu dilakukannya penelitian terhadap efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau
Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah berupa: “Apakah ekstrak etanol daun teh hijau Camellia sinensis yang
didapatkan dengan metode soxhletasi mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli?”
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.
Tujuan Umum
Mengetahui efek antibakteri yang terdapat pada ekstrak etanol daun teh hijau Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli b. Mengetahui perbedaan efek antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau
Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : a Memberikan informasi kepada masyarakat luas akan manfaat
antibakteri pada ekstrak etanol daun teh hijau Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Staphylococcus
aureus. b Memberikan informasi kepada masyarakat luas akan manfaat
antibakteri pada ekstrak etanol daun teh hijau Camellia sinensis yang diperoleh dengan metode soxhletasi terhadap bakteri Escherichia coli.
c Sebagai bahan atau referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA