1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah penelitian yaitu : 1.
Apakah karakteristik simplisia daun ceplukan dapat diidentifikasi 2.
Apakah kandungan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun ceplukan
3. Apakah ekstrak etanol daun ceplukan mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dibuat hipotesis yaitu: 1.
Simplisia daun ceplukan dapat diidentifikasi dan mempunyai karakteristik tertentu.
2. Kandungan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun ceplukan
adalah alkaloid, flavonoid, glikosida, tanin, saponin, dan steroidtriterpenoid.
3. Ekstrak etanol daun ceplukan mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium.
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui karakteristik simplisia daun ceplukan. 2.
Untuk mengetahui kandungan golongan senyawa kimia yang terdapat dalam daun ceplukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun ceplukan
terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium
1.5 Manfaat
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah: 1.
Hasil karakteristik simplisia daun ceplukan yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan simplisia.
2. Sebagai sumber informasi mengenai kandungan golongan senyawa
kimia yang terdapat dalam daun ceplukan. 3.
Menambah inventaris tanaman obat untuk penyakit disentri.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan 2.1.1 Sistematika tumbuhan
Tumbuhan ceplukan Physalis minima L. diklasifikasikan sebagai berikut Pitojo, 1969:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis minima L.
Sinonim : Halicacabus indicus Rumphius
2.1.2 Habitat ceplukan
Ceplukan cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan tidak tergenang air. Kondisi lapisan tanah bagian atas sangat berpengaruh terhadap kesuburan
ceplukan. Ceplukan tumbuh ditanah yang kosong, ceplukan yang tumbuh liar biasanya bersama dengan tanaman lain seperti ditempat yang ditanami kacang
tanah, kedelai, atau tanaman jagung yang masih muuda. Kadangkala ceplukan ditemukan tumbuh di tepi hutan, tegalan kering, tepi selokan dan beberapa tempat
lain. Tumbuhan ceplukan mudah dan banyak ditemukan pada musim hujan. Oleh karena itu tanaman ceplukan cocok dibudidayakan di daerah yang agak basah atau
Universitas Sumatera Utara
lindung. Ceplukan dapat hidup di dataran rendah hingga dataran dengan ketinggian sekitar 1.500 m dari permukaan laut. Jenis Physalis minima lebih
menyukai tumbuh didataran tinggi yang sejuk, dengan suhu berkisar 15-30 C
dengan curah hujan hampir merata dan tanah cukup basah.
2.1.3 Nama daerah
Di Indonesia, ceplukan banyak dikenal dengan berbagai nama Daun boba Ambon, daun kopo-kopo atau daun loto-loto Makasar, daun boba atau daun
lato-lato sumatra, leletop sumatra timur, melayu ceplukan, cecendet atau cicindet sunda, keceplokan kangean, yoryoran madura, kopok-kopokan atau
ciciplukan bali.
2.1.4 Morfologi Tumbuhan Ceplukan Physalis minima L.
Ceplukan merupakan herba yangmemiliki akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Akar tunggang dan serabut, berbentuk bulat, dan berwarna putih,
percabangannya tumbuh melebar kesamping dan bahkan sebagian mendatar hingga menyentuh tanah, tingginya bisa mencapai 2 m, percabangan terjadi pada
daun keenam hingga kesepuluh Anonim, 2010. Daun berwarna hijau, permukaan berbulu, bentuk meruncing, berurat jelas, tulang daun menyirip, daun
bergerigi pada bagian tepinya, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang daun 5-12 cm dan lebar 4-7 cm, daun tipis, cepat layu, berbau langu, dan
rasanya sangat pahit. Panjang tangkai daun berkisar 2-3 cm, dan berwarana hijau. Bunga berbentuk tunggal muncul dari ketiak daun yang terdiri dari tangkai bunga,
kelopak bunga menyerupai terompet, mahkota bunga berwarna kuning berbentuk lonceng, tangkai sari dan tangkai putik. Setelah terjadi persarian pada bunga,
bakal buah tumbuh menjadi buah, kulit buah semula berwarna hijau keputihan
Universitas Sumatera Utara
akan berubah menjadi hijau tua. Biji ceplukan berstruktur keras dengan panjang kurang dari 1 mm, berwarna coklat muda Pitojo, 2002.
2.1.5 Kandungan Kimia
Daun dan batang ceplukan mengandung saponin, flavonoid, dan juga polifenol Depkes RI, 1994.
2.1.6 Manfaat Tumbuhan Ceplukan
Buah ceplukan berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obat bisul dan obat mulas Depkes RI, 2000. Daunnya berkhasiat sebagai obat bisul, obat bengkak,
dan peluruh air seni Depkes RI, 1994. Akar ceplukan dapat digunakan sebagai obat cacing yang berada di rongga perut, seduhan akar ceplukan dapat digunakan
sebagai obat sakit demam. Saponin yang terkandung dalam ceplukan memberikan rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti tumor dan menghambat pertumbuhan
kanker, terutama kanker usus besar. Flavonoid dan polifenol berkhasiat sebagai antioksidan Anonim, 2009.
2.2 Ekstraksi 2.2.1 Pengertian
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu
pelarut. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang terkandung pada simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 1995.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
Universitas Sumatera Utara
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Ditjen POM, 1995. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena
panas Ditjen POM, 1995. Cairan penyari yang digunakan air, etanol dan campuran air etanol Ditjen POM, 1979.
2.2.2 Metode Ekstraksi
Menurut Ditjen POM 2000, beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin
i. Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar.
ii. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
2. Cara panas i.
Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. ii.
Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Universitas Sumatera Utara
iii. Digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. iv.
Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. v.
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada
suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi yaitu:
a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya.
Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja.
b. Sterilisasi kering, digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri,
tabung reaksi. Cara ini cocok untuk alat-alat gelas karena tidak ada pengembunan dan tetes air.
c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam
autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan
meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas
Universitas Sumatera Utara
tekanan udara normal, titik didih air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 121
C selama 15 menit. d.
Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas. Metode ini didasarkan pada proses mekanik yaitu
menyaring semua bakteri dari bahan dengan melewatkan larutan tersebut melalui lubang saringan yang sangat kecil.
e. Incenerasi, yaitu sterilisasi dengan pemanasan atau pembakaran pada api
langsung. Misalnya untuk sterilisasi jarum ose dan pinset Beisher, L, 1991.
2.4 Bakteri 2.4.1 Uraian Umum