tahun 1908 ini didesain oleh Hulswit Fermont Weltevreden bersama Ed Cuypers Amsterdam. Pembangunannya diikuti oleh pembangunan Kantor Pos Besar pada tahun
1909-1911, yang didesain oleh Snuyf, kepala Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 1910, Javasche Bank yang juga didesain Hulswit Fermont Weltevreden + Ed Cuypers
Amsterdam, berdiri, pembangunan Istana Maimoon, Gereja Uskup Agung
Sugiopranoto, Kuil Buddha di Brayan, kuil Hindu untuk warga India, Batavia Bank, Deli Bank, Jembatan Kebajikan di Jalan Zainul Arifin serta mendirikan rumah
sakit Tionghoa pertama di Medan bernama Tjie On Jie Jan.
Ia dikenal pula sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api pertama di Sumatera Utara, yakni Kereta Api Deli DSM, yang menghubungkan kota
Medan dengan pelabuhan Belawan. Tjong A Fie dikenal dermawan dan sangat dekat dengan masyarakat pribumi dan Tionghoa kota Medan sehingga ia disenangi orang-
orang. Sebagai dermawan, ia banyak menyumbang untuk warga yang kurang mampu. Ia sangat menghormati warga muslim, bahkan berperan serta dalam mendirikan tempat
ibadah yakni Masjid Raya Al-Mashum dan Masjid Gang Bengkok serta ikut merayakan hari-hari besar keagamaan bersama mereka. Nama Tjong A Fie pernah akan dijadikan
sebagai nama sebuah jalan di kota Medan, tapi dibatalkan dan jalan itu menjadi Jalan K.H. Ahmad Dahlan.
3.2 Potensi Rumah Tjong A Fie Sebagai Objek Wisata
Rumah Tjong A Fie terletak di Jalan Ahmad Yani Medan atau di kawasan Kesawan. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak sekali bangunan-bangunan tua
peninggalan zaman penjajahan dahulu. Kita bisa mengenali bangunan-bangunan tersebut dari arsitekturnya yang unik dan berbeda dengan arsitektur zaman sekarang, tetapi
sayang banyak bangunan-bangunan ini sudah tidak terurus bahkan sudah dijadikan sebagai gedung-gedung perkantoran, padahal bila dilestarikan dan dirawat maka akan
mennunjang sektor pariwisata di Kota Medan.
Salah satu bangunan tua atau bangunan bersejarah yang masih sangat terawat hingga kini adalah Rumah Tjong A Fie. Rumah ini sangat mudah dikenali karena sangat
berbeda dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya dengan arsitektur Tiongkok sangat kental di bagian atap dan juga pintu gerbangnya.
Rumah Tjong A Fie yang sebelumnya tidak dibuka untuk umum memiliki daya tarik atau potensi tersendiri. Potensi yang dimiliki oleh rumah ini bisa kita lihat dari
arsitektur rumah yang megah, perabotan-perabotan yang masih asli yang dipakai oleh Tjong A Fie dan keluarganya semasa hidup, foto-foto Tjong A Fie bersama dengan
pembesar-pembesar sampai foto-foto keluarga yang bersifat pribadi misalnya foto pernikahan anak-anaknya, foto pernikahan cucu-cucunya dan sebagainya.
3.3 Upaya Pengembangan Rumah Tjong A Fie Sebagai Cagar Budaya
Sebelumnya rumah Tjong A Fie tidak pernah dibuka untuk umum dikarenakan alasan keamanan mengingat usianya yang sudah lebih 100 tahun. Tetapi pada tanggal 18
Agustus 2009 rumah Tjong A Fie telah dibuka untuk umum. Pembukaan rumah ini untuk umum berkaitan dengan Pameran bertajuk “Tjong A Fie : 150 Years Heritage
Exhibition” yang pertama kali dilaksanakan sejak wafatnya Tjong A Fie 88 tahun yang lalu.
Setelah melalui diskusi keluarga, Fon Prawira alias “Munchong” yang merupakan cucu Tjong A Fie dari anak keempat pernikahannya dengan Liem Koei Yap
di daulat sebagai penanggungjawab pengelolaan keseluruhan rumah yang akhirnya di tetapkan pemerintah sebagai cagar budaya sejak tahun 1999. Campur tangan UNESCO
disebut-sebut berpengaruh dalam penetapannya sebagai bagian dari sejarah yang harus dilestarikan.
Di dalam proses pengembangannya, rumah Tjong A Fie saat ini dikelola hampir sepenuhnya oleh pihak keluarga yaitu sekitar 90 sedangkan sisa 10 lagi dikelola oleh
pemerintah. Wallpaper yang dulunya melekat di dinding rumah Tjong A Fie telah dilepaskan dan di ganti dengan cat permanen, ini dikarenakan sudah kusamnya dan ada
bagian-bagian yang robek membuat keadaan rumah tersebut terlihat tidak menarik dan tidak terurus. Rumah Tjong A Fie diperbaharui cat rumahnya setiap tahunnya oleh
petugas dari pemerintah. Patung-patung singa yang berada di pintu gerbangnya dibersihkan setiap hari oleh petugas yang ada, serta beberapa barang yang lainnya
layaknya membersihkan sebuah rumah pada umumnya. Selain itu foto-foto Tjong A Fie bersama para pembesar-pembesar jaman dulu maupun dengan keluarga juga dipajang
dengan baik dan rapi agar setiap pengunjung dapat melihatnya dengan nyaman. Perabotan-perabotan yang masih asli, yang dipakai semasa hidupnya juga diletakkan
sesuai dengan tempatnya terdahulu meskipun ada beberapa perabotan-perabotan yang sudah diberikan kepada sanak-saudaranya.
Di lantai dua rumah Tjong A Fie, kita hanya bisa melihat foto-foto keluarga Tjong A Fie dan beberapa piala juara dari anak-anak Tjong A Fie. Di lantai dua rumah
ini tidak diletakkan perabotan maupun benda-benda yang berbeban berat dikarenakan dijaga kelestarian lantai ruangan yang terbuat dari kayu yang masih asli, tetapi kayu
tersebut masih kokoh dan kuat.
Salah satu usaha pengembangan rumah Tjong A Fie yang terbaru adalah beberapa ruangan rumah Tjong A Fie akan disulap dan dijadikan sebagai cafe yang
menyajikan beberapa macam makanan peranakan. Kemungkinan cafe ini akan segera dibuka dalam tahun ini. Bagian-bagian dalam ruangan ini tidak akan diubah
arsitekturnya tetapi tetap dipertahankan sehingga terdapat suasana jaman dulu yang bisa kita rasakan pada saat kita menikmati makanan khas peranakan, hanya saja akan
ditambah dengan beberapa meja dan kursi untuk para pelanggan.
BAB IV
RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA
BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN
4.1 Keunikan dari rumah Tjong A Fie