Rumah Tjong A Fie Salah Satu Objek Wisata Bangunan Bersejarah Di Kota Medan

(1)

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

OLEH

FRANSISKA UTAMA

082204021

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU

OBJEK WISATA BANGUNAN

BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

Oleh

: Fransiska Utama

NIM

: 082204021

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, MA

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, SE., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

OLEH

FRANSISKA UTAMA

082204021

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Arwina Sufika, SE., M.Si. Drs. Haris Sutan Lubis, M. SP

NIP. 19640821 199802 2 001 NIP. 19590907 198702 1 002


(4)

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menrima pendapatan berupa devisa negara. Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah serta bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional. Salah satu provinsi yang mempunyai banyak bangunan-bangunan bersejarah adalah Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kota Medan. Rumah Tjong A Fie adalah salah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Kota Medan. Rumah ini dibangun dengan menggunakan tiga campuran arsitektur yaitu China, Eropa dan Melayu. Keunikan dari arsitektur China terdapat di ukiran-ukiran kayu yang ada di pintu rumah, atap dan perabotannya. Keunikan dari arsitektur Eropa terdapat di perabotan-perabotannya sedangkan keunikan dari arsitektur Melayu terdapat di bentuk-bentuk jendelanya serta beberapa perabotan-perabotan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas kasih dan anugrah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Kertas karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi diploma III Ahli Madya Pariwisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Atas bimbingan dan berbagai pengetahuan yang penulis terima selama mengikuti perkuliahan sampai penyelesaian kertas karya ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, SE., M.Si., selaku Ketua Program Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing yang memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penyusunan kertas karya ini..

3. Bapak Solahuddin Nasution, SE., M.SP, selaku koordinator praktek bidang keahlian usaha wisata.


(6)

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai pada program Studi D-III Pariwisata, yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama perkuliahan. 5. Terkhusus buat mama Juni Untung, dan juga semua keluargaku. Terima

kasih buat doa dan dukungan serta kasih saying yang telah diberikan selama ini.

6. Buat kawan-kawan UW stambuk ’08 Yolanda Lumban Tobing, Mardiana Nainggolan, Intan purnamasari, Jahrona, Lenni Dora Barus, Kasih dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih buat semuanya.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kertas karya ini.

Akhir kata penulis berharap kertas karya ini dapat member manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Maret 2011

Penulis

Fransiska Utama Nim : 082204021


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Pembahasan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN HERITAGE TOURISM 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata ... 6

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 6

2.1.2 Pengertian Industri Pariwisata ... 8


(8)

2.2.1 Sarana Kepariwisataan ... 10

2.2.2 Prasarana Kepariwisataan ... 12

2.3 Jenis-jenis Pariwisata ... 14

2.4 Benyuk-bentuk Pariwisata ... 17

2.5 Motivasi melakukan perjalanan wisata ... 19

2.6 Pengertian Heritage ... 20

2.6.1 Peraturan pemerintah mengenai Heritage ... 22

2.7 Peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan bersejarah ... 28

BAB III GAMBARAN UMUM DAN SEJARAH TJONG A FIE 3.1 Sejarah Tjong A Fie ... 30

3.2 Potensi Rumah Tjong A Fie sebagai objek wisata ... 36

3.3 Upaya pengembangan Rumah Tjong A Fie sebagai Cagar Budaya ... 37

BAB IV RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN 4.1 Keunikan dari Rumah Tjong A Fie ... 40


(9)

4.1.2 Keunikan dari Segi Arsitektur ... 42

4.1.3 Keunikan dari segi budaya ... 44

4.2 Upaya pemerintah setempat mengembangkan dan menjaga Rumah Tjong A Fie salah satu bangunan bersejarah di Kota Medan ... 45

4.3 Kendala yang dihadapi ... 46

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

ABSTRAK

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menrima pendapatan berupa devisa negara. Saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah serta bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional. Salah satu provinsi yang mempunyai banyak bangunan-bangunan bersejarah adalah Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kota Medan. Rumah Tjong A Fie adalah salah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Kota Medan. Rumah ini dibangun dengan menggunakan tiga campuran arsitektur yaitu China, Eropa dan Melayu. Keunikan dari arsitektur China terdapat di ukiran-ukiran kayu yang ada di pintu rumah, atap dan perabotannya. Keunikan dari arsitektur Eropa terdapat di perabotan-perabotannya sedangkan keunikan dari arsitektur Melayu terdapat di bentuk-bentuk jendelanya serta beberapa perabotan-perabotan.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata adalah salah satu komoditi penting yang menunjang dan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara, karena melalui sektor pariwisata, pemerintah menerima pendapatan berupa devisa negara. Begitu juga bagi Indonesia, meskipun sudah memiliki Bali sebagai salah satu objek wisata yang sangat terkenal, saat ini Indonesia sedang berusaha untuk mengembangkan dan mempromosikan objek-objek wisata di provinsi lain ke dunia internasional. Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan budaya, pemandangan alam yang indah, bangunan-bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan lokal maupun internasional.

Salah satu provinsi yang mempunyai potensi pariwisata yang menjanjikan adalah Provinsi Sumatera Utara dengan ibukotanya Medan. Kota Medan dikenal sebagai kota ke-4 terbesar di Indonesia yang dihuni oleh masyarakat dari berbagai suku, agama, bahasa yang hidup berdampingan. Kota Medan juga memiliki banyak objek wisata, salah satunya adalah bangunan bersejarah yang sangat diminati oleh wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang terletak di pusat kota Medan. Banyaknya bangunan-bangunan bersejarah disebabkan karena Indonesia dulunya dijajah oleh tiga negara sehingga arsitektur bangunan yang dibangun pada masa itu disesuaikan dengan bangsa yang menjajah Indonesia serta adanya penggunaan tenaga kerja manusia yang diambil dari Pulau Jawa dan dari luar Indonesia.


(12)

Salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Medan adalah rumah Tjong A Fie. Rumah Tjong A Fie memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bangunan-bangunan bersejarah lainnya yang masih dijaga keaslian bangunan-bangunannya serta perabotan di dalam rumah tersebut. Selain itu masih banyak lagi keunikan yang menjadi daya tarik yang terdapat di rumah Tjong A Fie ini. Oleh sebab itu, penulis memilih judul “Rumah Tjong A Fie Salah Satu Objek Wisata Bangunan Bersejarah Di Kota Medan” agar masyarakat lebih mengetahui mengenai bangunan bersejarah ini.

1.2 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dalam penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya program Diploma III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk memperkenalkan Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu bangunan bersejarah sebagai objek wisata di Kota Medan yang berpotensi mengembangkan pariwisata di Kota Medan.

3. Untuk menambah wawasan bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya, mengenai perkembangan kepariwisataan di Kota Medan.


(13)

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang :

1. Kepariwisataan Indonesia serta potensi-potensi pariwisata yang ada di Indonesia.

2. Informasi umum serta objek-objek wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

3. Keunikan dan daya tarik dari rumah Tjong A Fie.

4. Upaya pemerintah dalam mengembangkan serta menjaga keaslian rumah Tjong A Fie sebagai salah satu objek wisata bangunan bersejarah di Kota Medan.

1.4 Metode Penelitian

a. Library research (penelitian kepustakaan), yakni

pengumpulan data-data yang berasal dari buku-buku, artikel-artikel dan media massa yang berkaitan dengan topik pembahasan.


(14)

pengumpulan data-data yang dilakukan dengan cara mewawancarai langsung masyarakat sekitar, pengelola yang bertanggung jawab, dinas pariwisata dan penulis langsung ke lokasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menyusun sistematika pembahasan dalam lima bab, dan pembahasan tiap-tiap bab dibagi kedalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan,

meliputi Latar Belakang, Tujuan Pembahasan, Batasan Masalah, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Bab II : Uraian Teoritis,

membahas mengenai pengertian pariwisata, jenis-jenis pariwisata, bentuk-bentuk pariwisata, motivasi melakukan suatu perjalanan wisata, cagar budaya, peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan bersejarah.

Bab III : Gambaran Umum Tjong A Fie,

meliputi sejarah Tjong A Fie, potensi rumah Tjong A Fie sebagai objek wisata, program-program pengembangan rumah Tjong A Fie sebagai cagar budaya.


(15)

Bab IV : Rumah Tjong A Fie salah satu objek wisata bangunan bersejarah di Kota Medan, yang

membahas keunikan dari rumah Tjong A Fie, upaya pemerintah setempat dalam mengembangkan dan menjaga rumah Tjong A Fie sebagai salah satu bangunan bersejarah di Kota Medan.

Bab V : Penutup

Meliputi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka


(16)

BAB II

URAIN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN DAN

HERITAGE TOURISM

2.1. Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata “pari“ yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata“ yang berarti kunjungan atau perjalanan untuk melihat, mendengar, menikmati dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata berarti menyuguhkan suatu kunjungan secara bertatakrama dan berbudi.

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan pengertian pariwisata yaitu “berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah“.

Beberapa defenisi tentang pariwisata akan dikemukakan sebagai berikut :

1. Menurut Pendit (2006)

Istilah pariwisata terlahir dari Sansekerta, yang komponennya terdiri dari : pari yang berarti penuh, lengkap dan berkeliling sedangkan wis-man yang berarti rumah, kampung dan komunitas serta ata yang berarti pergi terus-menerus dan mengembara yang apabila dirangkai akan menjadi satu kata pariwisata yang berarti : pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus.


(17)

2. Menurut Fandeli (2001), pariwisata merupakan keseluruhan kegiatan, proses dan kaitan-kaitan yang berhubungan dengan perjalanan dan persinggahan dari orang-orang di luar tempat tinggalnya serta tidak dengan maksud mencari nafkah.

3. Menurut Matheison dan Wall (dalam Fandeli, 2001), pariwisata atau tourism adalah fenomena yang meliputi perpindahan ke dan tempat tujuan di luar tempat tinggal sehari-hari.

4. Menurut Yoeti (2000), pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata terutama pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha yang terkait dengan bidang tersebut.

5. Menurut Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata), pariwisata adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

Dari beberapa definisi pariwisata di atas, beberapa unsur pokok pariwisata adalah :


(18)

a. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat yang bukan tempat asalnya atau tempat tinggalnya.

b. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat bukan dengan tujuan untuk tinggal dan bekerja secara permanen.

c. Pariwisata membutuhkan pihak lain dalam penyediaan fasilitas-fasiltas yang diperlukan oleh wisatawan yang datang berkunjung ke suatu tempat.

d. Perjalanan pariwisata harus memiliki unsur rekreasi atau bersenang-senang

e. Orang yang melakukan perjalanan itu harus sebagai konsumen.

2.1.2 Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (Goods and Services) yang dibutuhkan wisatawan khususnya dan travel pada umumnya.

Beberapa pengertian mengenai industri pariwisata dapat dikemukakan sebagai berikut :


(19)

Industri pariwisata adalah industri yang kompleks, yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri-industri pariwisata terdapat industri-industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/cendera mata, industri perjalanan dan sebagainya. Konsumen dari industri pariwisata disebut wisatawan.

2. Menurut Kusudianto (1996, p.11),

Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang berpergian.

3. Menurut Prof. Dr. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:154),

Industri pariwisata adalah “ Tourism Enterprise are always business entities which by combining various means of production provide goods and service of specially tourists nature “. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

4. Menurut R. S. Damarjati ( dalam Yoeti, 1996:153),

Industri pariwisata adalah rangkumkan dari berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk maupun jasa yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya.

5. Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (dalam Yoeti, 1985:143)

Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisis cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari srangkain perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat


(20)

kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan perusahaan, baik perusahaan swasta maupun pemerintah yang secara bersama-sama menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan travellers pada umumnya selama perjalanannya, dan yang termasuk sebagai industri pariwisata adalah :

- Perusahaan pengangkutan - Tour Operator / Travel Agent - Akomodasi

- Bar, Restaurant, Catering Trade

- Souvenir Shop and Handicraft Industry

- Money Changer

- Entertaiment

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

2.2.1 Sarana Pariwisata

Sarana pariwisata (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam.


(21)

Sarana kepariwisataan merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. (Suwantono, 2004:22)

Pembangunan sarana kepariwisataan di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kumulatif. Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasaan wisatawan yang memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun standar wisata yang baku, baik secara nasional maupun secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih dan menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan.

Kita mengenal tiga macam sarana kepariwisataan (Yoeti, 1996:199), yakni :

1. Sarana pokok kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure) adalah perusahaan yang usahanya sangat tergantung pada kedatangan wisatawanya. Perusahaan-perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan suatu perjalanan wisata seperti : Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation. Selain itu perusahaan-perusahaan lain juga dapat memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan pergi. Seperti : Hotel, Motel, Cottages dan lain-lain. Ketentuannya apabila tidak ada wisatawan, maka perusahaan tersebut tidak dapat hidup sebagaimana bisanya.


(22)

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supllementing Tourism Superstructure) adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal atau di daerah yang dikunjunginya. Perusahaan ini mendorong wisatawan agar lebih lama tinggal di suatu tempat.

Sarana pelengkap yang dimaksud adalah :

- Sarana olahraga, seperti : golf course, tennis court, swimming pool, daerah perburuan, pelayaran dan sebagainya.

- Sarana ketangkasan, seperti : Billyard, dan sebagainya.

3. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Superstrructure) adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Night Club, Souvenir Shop, Bioscop, Opera dan Steambath.

2.2.2 Prasarana Kepariwisataan

Prasarana berarti semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancer sedemikian rupa sehingga memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Prasarana kepariwisataan adalah sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata


(23)

seperti air, jalan, listrik, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. (Suwantono, 2004:21)

Menurut Yoeti (1985, p.181), prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam.

Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1996:192) prasarana dibagi dalam tiga bagian, yaitu :

1. Prasarana umum (General Infrastructure), yakni prasarana yang menyangkut orang banyak yang pengadaannya untuk memajukan kelancaran roda perekonomian seperti pembangkit tenaga listrik, penyediaan air bersih, sistem irigasi, perhubungan dan lain-lain.

2. Prasarana kebutuhan masyarakat banyak (Basic needs of civil life), misalnya seperti Rumah sakit, bank dan kantor pos.

3. Prasarana kepariwisataan, adalah prasarana yang menyangkut kepariwisataan. Prasarana ini dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :

a. Receptive Tourist Plan adalah segala bentuk usaha yang mengurus

kedatangan wisatawan seperti BPW dan APW.

b. Resident Tourist Plan adalah segala fasilitas yang menampung wisatawan


(24)

c. Rerecreative and Sportive Tourist Plan adalah semua fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan olahraga seperti kolam renang, lapangan golf dan lain-lain.

Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1996:197), prasarana kepariwisataan adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak tergantung kepada wisatawan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan semua sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka dalam perjalanan.

2.3 Jenis-jenis Pariwisata

Pendit (1999:42-48) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Wisata Budaya, adalah perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.

2. Wisata Kesehatan, adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan


(25)

mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

3. Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di satu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.

4. Wisata Komersial, yakni perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya, rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.

6. Wisata Politik, yakni perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik, misalnya, ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris, perayaan kemerdekaan, kongres atau konvensi politik disertai dengan darwawisata.


(26)

7. Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.

8. Wisata Sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan sebagainya.

9. Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

10. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut, seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayungdan lainnya.

11. Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya.

12. Wisata Buru adalah wisata untuk berburu di tempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.


(27)

13. Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar, makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur, Pura Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.

14. Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, penganti baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

2.4 Bentuk-bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002:37) bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan di bawah ini :

1. Menurut asal wisatawan

Pertama-tama perlu diketahui apakah asal wisatawan dari dalam maupun dari luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri sendiri berarti bahwa sang wisatawan ini hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri selama ia mengadakan perjalanan, maka ini dinamakan


(28)

wisatawan domestik. Sedangkan kalau ia datang dari luar negeri dinamakan wisatawan internasional.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi wisatawan, ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warganegara ke luar negeri memberikan efek negatif terhadap neraca pembayaran luar negri negaranya, ini disebut pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung pada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur panjang atau pendeknya waktu yang dimaksud.

4. Menurut jumlah wisatawan

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan itu datang sendiri atau dalam suatau rombongan. Maka timbullah istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.


(29)

Kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan mobil, tergantung apakah sang wisatwan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api, atau mobil.

2.5 Motivasi Melakukan Perjalanan Pariwisata

Motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang yang menyebabkan melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan secara biologis atau keinginan secara psikologis. Motivasi yang berbeda ditimbulkan dari kebiasaan dan minat yang berbeda. Demikian pula dalam berwisata, wisatawan juga mempunyai motivasi yang berbeda dalam melakukan perjalanan dan menentukan tujuan wisata. Karena itu motivasi-motivasi dan karakter wisatawan yang berbeda-beda dipadukan dengan jalan mengemas paket-paket dan tujuan-tujuan wisata.

Menurut Fridgen ( 1996 ), ada empat motivasi yang utama yaitu :

1. Motivasi untuk melarikan diri, yakni

lari dari rutinitas, menghindari stress, lari dari orang-orang sekitar dan dari norma-norma yang ada.

Contoh : libur akhir pekan, berlibur di sebuah pulau, berlibur sendirian dan melihat kebudayaan yang baru.

2. Motivasi sosial

Motivasi ini bersifat keinginan untuk berkumpul dengan orang lain, menjalin hubungan kekeluargaan, penjelajahan sosial atau untuk menyendiri.


(30)

Contoh : mengunjungi teman, keluarga, bertemu dengan orang –orang baru, berlibur seorang diri.

3. Motivasi untuk membandingkan, yakni motivasi yang biasanya dilakukan oleh petualang untuk mendapatkan simbol status, tantangan fisik, pemuasan secara internal.

Contoh : mendaki gunung, berlayar dengan kapal pesiar yang mahal, belajar memanjat tebing, mengumpulkan batuan-batuan unik dari seluruh dunia untuk koleksi.

4. Motivasi untuk mencari sesuatu yang baru

Penjelajahan, memuaskan rasa penasaran, membangkitkan semangat.

Contoh : mengunjungi negara-negara di belahan bumi lain, jalan-jalan atau arung jeram.

2.6 Pengertian Heritage

Akhir-akhir ini di dunia pariwisata dikenal istilah ‘wisata heritage’. Namun pengertian heritage seringkali dipahami terlalu spesifik, yaitu semata-mata berwisata mengunjungi gedung atau bangunan kuno. Demikian pula, dengan berdirinya klub-klub pemerhati dan pecinta kota tua yang menggunakan heritage sebagai sebutannya, seperti : Jakarta Heritage Society, Bandung Heritage Society, hingga Magelang Heritage Society. Ternyata klub-klub itu memang membatasi kegiatannya, seputar kota tua atau


(31)

gedung-gedung lama (terbatas) peninggalan masa-masa pra kemerdekaan. Padahal pengertian heritage sesungguhnya cukup luas.

Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford, heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Dalam buku Heritage : Management, Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan budaya secara publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Padahal menurut Howard, tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi warisan tersendiri.

Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage) Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya.

Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible). Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu


(32)

cultural landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud.

Berpegang pada paparan di atas, folklor dalam bentuk cerita rakyat, tarian, kulinari, musik tradisional, dan lainnya masuk dalam pusaka budaya yang dalam bahasa kerennya disebut heritage. Selanjutnya, Howard mengingatkan bahwa peninggalan atau warisan orang per orang pun masuk dalam katagori heritage. Terserah pada keluarga mereka apakah akan menyimpan dan memelihara kenangan atas, katakan, kakek atau nenek mereka. Baik itu dalam bentuk petuah, buku harian, koleksi buku, etos kerja, mobil tua, album foto, dll.

Khusus untuk gedung atau bangunan tua, yang bisa dikategorikan sebagai pusaka kota, kita bisa mengacu pada UU No 5 Tahun 1992, tentang Cagar Budaya. Dalam UU itu, kategori gedung atau bangunan yang berusia di atas 50 tahun bisa dimasukkan sebagai cagar budaya yang keberadaannya harus dilindungi dan dilestarikan.

2.6.1 Peraturan Pemerintah Mengenai Heritage

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Pasal 1 mengatakan bahwa :

1. Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan


(33)

keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.

2. Benda Cagar Budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok dan bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

3. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau tidak berdinding dan beratap.

4. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan manusia.

5. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

6. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

7. Kepemilikan adalah hak terkuat dan terpenuh terhadap Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.


(34)

8. Penguasaan adalah pemberian wewenang dari pemilik kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau setiap orang untuk mengelola Cagar Budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kewajiban untuk melestarikannya.

9. Dikuasai oleh Negara adalah kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh negara dalam menyelenggarakan pengaturan perbuatan hukum berkenaan dengan pelestarian Cagar Budaya.

10. Pengalihan adalah proses pemindahan hak kepemilikan atau penguasaan Cagar Budaya dari setiap orang kepada setiap orang lain atau kepada negara.

11. Kompensasi adalah imbalan berupa uang atau bukan uang dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

12. Insentif adalah dukungan berupa advokasi, perbantuan, atau bentuk lain bersifat nondana untuk mendorong pelestarian Cagar Budaya dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

13. Tim Ahli Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan Cagar Budaya.

14. Tenaga Ahli Pelestarian adalah orang yang karena kompetensi keahlian khususnya atau memiliki sertifikat di bidang Pelindungan, Pengembangan, atau Pemanfaatan Cagar Budaya.


(35)

15. Kurator adalah orang yang karena kompetensi keahliannya bertanggung jawab dalam pengelolaan koleksi museum.

16. Pendaftaran adalah upaya pencatatan benda, bangunan, struktur, lokasi, dan satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

17. Penetapan adalah pemberian status Cagar Budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.

18. Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa Cagar Budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

19. Penghapusan adalah tindakan menghapus status Cagar Budaya dari Register Nasional Cagar Budaya.

20. Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang ditetapkan Menteri sebagai prioritas nasional.

21. Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.


(36)

22. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya.

23. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi, Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.

24. Penyelamatan adalah upaya menghindarkan dan menanggulangi Cagar Budaya dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan.

25. Pengamanan adalah upaya menjaga dan mencegah Cagar Budaya dari ancaman dan gangguan.

26. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

27. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik Cagar Budaya tetap lestari.

28. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, dan Struktur Cagar Budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya.


(37)

29. Pengembangan adalah peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.

30. Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut kaidah dan metode yang sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan bagi kepentingan Pelestarian Cagar Budaya, ilmu pengetahuan, dan pengembangan kebudayaan.

31. Revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

32. Adaptasi adalah upaya pengembangan Cagar Budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting.

33. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

34. Perbanyakan adalah kegiatan duplikasi langsung terhadap Benda Cagar, Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya, baik seluruh maupun bagian-bagiannya.


(38)

35. Setiap orang adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha berbadan hukum atau badan usaha bukan berbadan hukum.

36. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

37. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau wali kota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

38. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kebudayaan.

Di dalam Pasal 5 mengatakan bahwa :

Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih.

2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun.

3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan.


(39)

Di dalam Pasal 7 mengatakan bahwa :

Bangunan Cagar Budaya dapat :

1. Berunsur tunggal atau banyak.

2. Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam.

2.7 Peraturan pemerintah untuk pelestarian bangunan bersejarah

Bangunan bersejarah mempunyai nilai yang sangat penting bagi suatu negara karena merupakan salah satu objek yang bisa mendukung di dalam sektor pariwisata sehingga perlu dijaga dan dilestarikan dengan sebaik mungkin. Pelstarian bangunan bersejarah juga tidak boleh dilakukan secara sembarangan tetapi haruslah dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Pasal 53-55 mengenai pelestarian bangunan bersejarah sebagai salah satu cagar budaya yaitu :

1. Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.

2. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian.

3. Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian.


(40)

4. Pelestarian Cagar Budaya harus didukung oleh kegiatan pendokumentasian sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan keasliannya.

5. Setiap orang berhak memperoleh dukungan teknis atau kepakaran dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah atas upaya Pelestarian Cagar Budaya yang dimiliki atau yang dikuasai.

6. Setiap orang dilarang dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi, atau menggagalkan upaya Pelestarian Cagar Budaya.


(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN SEJARAH TJONG A FIE

3.1 Sejarah Tjong A Fie

Tjong A Fie dilahirkan dengan nama Tjong Fung Nam di yang sederhana. Bersama kakaknya meninggalkan bangku mendapatkan pendidikan seadanya, tetapi Tjong A Fie sangat cerdas dan menguasai cara-cara

Tjong A Fie datang pada tahun kelima sejak dimulainya sejarah pengapalan kuli Cina ke Tanah Deli pada tahun 1875. Sejak itu, pertumbuhan perantau Cina tumbuh pesat di Kota Medan. Pada saat itu ia baru berusia 18 tahun berbekal 10dolar perak uang Manchu yang diikatkan ke ikat pinggangnya, Tjong A Fie memutuskan untuk merantau ke meninggalkan kampung halamannya, menyusul kakaknya terlebih dahulu datang ke Medan dan tinggal selama 5 tahun. Tjong A Fie adalah seorang yang berwatak mandiri dan tidak mau menggantungkan diri pada orang lain

terutama kepada kakaknya, pada saat itu sudah


(42)

Tjong A Fie bekerja di toko milik teman kakaknya yang bernama Tjong Sui Fo. Di toko tersebut, Tjong A Fie bekerja dari memegang buku, melayani pelanggan, menagih utang serta tugas-tugas lainnya. Ia dikenal pandai bergaul, tidak hanya dengan orang mulai belajar berbicara dengan masyarakat di tanah

Tjong A Fie tumbuh menjadi sosok yang tangguh, menjauhi candu, judi, mabuk-mabukan dan pelacuran. Ia menjadi teladan dan menampilkan watak antara orang Tionghoa dengan etnis lain. Di daerah perkebunan milik Belanda sering terjadi keributan di kalangan buruh yang menimbulkan kekacauan. Karena kemampuannya, Tjong A Fie sering diminta Belanda untuk membantu mengatasi masalah-masalah tersebut. Ia lalu diangkat menjadi Medan. Tjong A Fie membangun rumahnya di Kesawan, di atas bekas persawahan penduduk lokal yang masih banyak pacet, dan kemudian berkembang menjadi pusat bisnis baru.

Karena kejeliaannya melihat peluang bisnis, maka pada tahun 1886 Tjong A Fie kemudian memindahkan pusat imperium bisnisnya ke Medan. Kala itu, Medan hanyalah sebuah kampung kecil yang berada diantara Sungai Deli dan Sungai Babura.

Di sini ia bekerja keras dan giat membangun relasi, hingga kemudian terkenal sebagai seorang wirausahawan, bankir dan industrialis Tionghoa yang paling dihormati


(43)

di Asia Tenggara. Lebih dari itu, A Fie dianggap sebagai salah satu pendiri Kota Medan. Perusahaannya mempekerjakan lebih dari 10.000 karyawan. Meskipun ia bukan satu-satunya yang terkaya di Medan, tapi kedermawanan dan kepemimpinannya sebagai Kapitan China (Majoor der Chineezen), membuat namanya istimewa.

Di tanah Deli, Tjong A Fie mempunyai pergaulan yang luas dan terkenal sebagai pedagang yang luwes dan dermawan, ia kemudian membina hubungan yang baik dengan Sultan Deli, Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsjah dan Tuanku Raja Moeda. Atas kesetiakawanan yang tinggi, maka Tjong A Fie berhasil menjadi orang kepercayaan Sultan Deli dan mulai menangani beberapa urusan bisnis. Pengaruhnya terbentang mulai dari Sumatera, Jawa, Penang, Hongkong, Cina, hingga daratan Eropa. Jabatan Major Cina membuatnya banyak berurusan dengan masalah hubungan kerja, persengketaan, dan masalah-masalah sosial lainnya. Ia dianggap bijak memberi solusi untuk setiap persoalan yang muncul sebagai akibat pertumbuhan industri di Tanah Deli dan ikutannya ke luar negeri.

Dengan demikian ia memperoleh reputasi yang baik dan terkenal di seluruh Deli. Ia terkenal baik di kalangan pedagang maupun orang Eropa, serta pejabat pemerintah setempat. Hubungan yang baik dengan Sultan Deli ini menjadi awal sukses Tjong A Fie dalam dunia bisnis. Sultan memberinya konsesi penyediaan atap daun nipah untuk keperluan perkebunan tembakau antara lain untuk pembuatan bangsal. Dengan rekomendasi Sultan Deli, Tjong A Fie menjadi anggota gemeenteraad


(44)

dan cultuurraad Hindia Belanda untuk urusan Tiongkok.

Karena dinilai kaya raya dan punya hubungan baik dengan Sultan Deli, pemerintah Belanda menganugrahinya pangkat Letnan, tercatat pada tanggal 4 September 1885. Ini merupakan jabatan bergengsi bagi orang-orang Cina di Tanah Deli. Tak lama kemudian Tjong A Fie ditunjuk sebagai kepala orang-orang Cina Tanah Deli.

Sewaktu menjabat sebagai Kapitan Cina, Tjong A Fie ikut mengoperasikan tempat perjudian yang disahkan pemerintah dan hampir tiga puluh rumah bordil. Di Amsterdam, dia menjadi salah seorang pendiri Institut Kolonial yang kini bernama Institut Tropis Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen).

Di propinsi Nanking, Cina, Tjong A Fie membangun sebuah pabrik, untuk mendorong perindustrian di sana. Atas jasa-jasanya yang begitu besar pada Kerajaan Cina, Tjong A Fie diangkat menjadi bangsawan dengan gelar Tjie Voe, dan pada tahun 1911 gelar itu dinaikkan lagi menjadi To Thay. Keluhuran budi Tjong A Fie juga diperlihatkannya ketika dia membangun kuburan khusus untuk orang-orang Cina di Medan. Pasalnya, ketika jalur kereta api Medan-Belawan dibangun, Tjong A Fie sering menerima laporan kalau para pekerja sering menemukan tengkorak orang Cina. dan untuk menghormati jenasah orang-orang Cina itulah, dia kemudian membangun pekuburan Cina di daerah Pulo Brayan, Medan. Selain itu Tjong A Fie ternyata punya peran dalam membangun Istana Maimoon milik Sultan Deli.


(45)

Tjong A Fie menjadi orang Tionghoa pertama yang memiliki perkebunan tembakau. Ia juga mengembangkan usahanya di bidang perkebunan teh di Bandar Baroe, di samping perkebunan teh si Boelan. Ia juga memiliki perkebunan kelapa yang sangat luas. Di Sumatera Barat ia menanamkan modalnya di bidang pertambangan di daerah Sawah Luntoh, Bukit Tinggi.

Ketika masih berada di Tiongkok, Tjong A Fie telah menikahi seorang dari Tjong Kwei-Jin. Namun istri keduanya meninggal dunia. Untuk ketiga kalinya ia menikah dengan Lim Koei Yap dari perkebunan tembakau di memiliki tujuh orang anak, yakni Tjong Foek-Yin (Queeny), Tjong Fa-Liong, Tjong Khian-Liong, Tjong Kaet Liong (Munchung), Tjong Lie Liong (Kocik), Tjong See Yin (Noni) dan Tjong Tsoeng-Liong (Adek).

Bersama kakaknya Tjong Yong Hian, Tjong A Fie bekerjasama dengan Tio Tiaw Siat alias Chang Pi Shih, paman sekaligus konsul Tiongkok di Singapura mendirikan perusahaan kereta api The Chow-Chow & Swatow Railyway Co.Ltd. di daerah Tiongkok Selatan yang menghubungkan kedua kota tersebut. Untuk jasanya mereka sempat bertemu muka dengan ibu suri Tsu His di Beixing.

Pada 4 Februari 1921, Tjong A Fie meninggal dunia karena apopleksia atau pendarahan otak, di kediamannya di Jalan Kesawan, Medan. Seluruh kota Medan


(46)

gempar dan turut berkabung, ribuan orang pelayat datang berduyun-duyun bukan saja dari kota Medan, tetapi dari berbagai kota di Sumatera Timur, Aceh, Padang, Penang, Malaysia, Singapura dan Pulau Jawa. Upacara pemakamannya berlangsung dengan megah dan penuh kebesaran sesuai dengan tradisi dan kedudukannya pada masa itu. Karena kedermawanannya, tanpa membeda-bedakan bangsa, ras, agama dan asal-usul, Tjong A Fie telah menjadi legenda dan namanya dikenang oleh penduduk kota Medan dan sekitarnya.

Empat bulan sebelum meninggal dunia, Tjong A Fie telah membuat surat wasiat di hadapan notaris Dirk Johan Facquin den Grave. Isinya adalah mewariskan seluruh kekayaannya di Sumatera maupun di luar Sumatera kepada Yayasan Toen Moek Tong yang harus didirikan di Medan dan Sungkow pada saat ia meninggal dunia. Yayasan yang berkedudukan di Medan diminta untuk melakukan lima hal. Tiga diantaranya untuk memberikan bantuan keuangan kepada kaum muda yang berbakat dan berkelakuan baik serta ingin menyelesaikan pendidikannya, tanpa membedakan kebangsaan. Yayasan ini juga harus membantu mereka yang tidak mampu bekerja dengan baik karena cacat tubuh, buta, atau menderita penyakit berat. Juga yayasan diharapkan membantu para korban bencana alam tanpa memandang kebangsaan atau etnisnya.

Tjong A Fie dikenal sangat berjasa dalam membangun saat itu dinamakan Beberapa jasanya dalam usaha mengembangkan kota Medan adalah menyumbangkan


(47)

tahun 1908 ini didesain oleh Hulswit & Fermont Weltevreden bersama Ed Cuypers Amsterdam. Pembangunannya diikuti oleh pembangunan Kantor Pos Besar pada tahun 1909-1911, yang didesain oleh Snuyf, kepala Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 1910, Javasche Bank yang juga didesain Hulswit & Fermont Weltevreden + Ed Cuypers

Amsterdam, berdiri, pembanguna

Ia dikenal pula sebagai pelopor industri perkebunan dan transportasi kereta api pertama di Medan dengan pelabuhan dengan masyarakat orang. Sebagai dermawan, ia banyak menyumbang untuk warga yang kurang mampu. Ia sangat menghormati warga ibadah yakni hari-hari besar keagamaan bersama mereka. Nama Tjong A Fie pernah akan dijadikan sebagai nama sebuah jalan di kota Medan, tapi dibatalkan dan jalan itu menjadi Jalan K.H.

3.2 Potensi Rumah Tjong A Fie Sebagai Objek Wisata

Rumah Tjong A Fie terletak di Jalan Ahmad Yani Medan atau di kawasan Kesawan. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak sekali bangunan-bangunan tua


(48)

peninggalan zaman penjajahan dahulu. Kita bisa mengenali bangunan-bangunan tersebut dari arsitekturnya yang unik dan berbeda dengan arsitektur zaman sekarang, tetapi sayang banyak bangunan-bangunan ini sudah tidak terurus bahkan sudah dijadikan sebagai gedung-gedung perkantoran, padahal bila dilestarikan dan dirawat maka akan mennunjang sektor pariwisata di Kota Medan.

Salah satu bangunan tua atau bangunan bersejarah yang masih sangat terawat hingga kini adalah Rumah Tjong A Fie. Rumah ini sangat mudah dikenali karena sangat berbeda dengan rumah-rumah yang ada di sekitarnya dengan arsitektur Tiongkok sangat kental di bagian atap dan juga pintu gerbangnya.

Rumah Tjong A Fie yang sebelumnya tidak dibuka untuk umum memiliki daya tarik atau potensi tersendiri. Potensi yang dimiliki oleh rumah ini bisa kita lihat dari arsitektur rumah yang megah, perabotan-perabotan yang masih asli yang dipakai oleh Tjong A Fie dan keluarganya semasa hidup, foto-foto Tjong A Fie bersama dengan pembesar-pembesar sampai foto-foto keluarga yang bersifat pribadi misalnya foto pernikahan anak-anaknya, foto pernikahan cucu-cucunya dan sebagainya.

3.3 Upaya Pengembangan Rumah Tjong A Fie Sebagai Cagar Budaya

Sebelumnya rumah Tjong A Fie tidak pernah dibuka untuk umum dikarenakan alasan keamanan mengingat usianya yang sudah lebih 100 tahun. Tetapi pada tanggal 18 Agustus 2009 rumah Tjong A Fie telah dibuka untuk umum. Pembukaan rumah ini untuk umum berkaitan dengan Pameran bertajuk “Tjong A Fie : 150 Years Heritage


(49)

Exhibition” yang pertama kali dilaksanakan sejak wafatnya Tjong A Fie 88 tahun yang lalu.

Setelah melalui diskusi keluarga, Fon Prawira alias “Munchong” yang merupakan cucu Tjong A Fie dari anak keempat pernikahannya dengan Liem Koei Yap di daulat sebagai penanggungjawab pengelolaan keseluruhan rumah yang akhirnya di tetapkan pemerintah sebagai cagar budaya sejak tahun 1999. Campur tangan UNESCO disebut-sebut berpengaruh dalam penetapannya sebagai bagian dari sejarah yang harus dilestarikan.

Di dalam proses pengembangannya, rumah Tjong A Fie saat ini dikelola hampir sepenuhnya oleh pihak keluarga yaitu sekitar 90% sedangkan sisa 10% lagi dikelola oleh pemerintah. Wallpaper yang dulunya melekat di dinding rumah Tjong A Fie telah dilepaskan dan di ganti dengan cat permanen, ini dikarenakan sudah kusamnya dan ada bagian-bagian yang robek membuat keadaan rumah tersebut terlihat tidak menarik dan tidak terurus. Rumah Tjong A Fie diperbaharui cat rumahnya setiap tahunnya oleh petugas dari pemerintah. Patung-patung singa yang berada di pintu gerbangnya dibersihkan setiap hari oleh petugas yang ada, serta beberapa barang yang lainnya layaknya membersihkan sebuah rumah pada umumnya. Selain itu foto-foto Tjong A Fie bersama para pembesar-pembesar jaman dulu maupun dengan keluarga juga dipajang dengan baik dan rapi agar setiap pengunjung dapat melihatnya dengan nyaman. Perabotan-perabotan yang masih asli, yang dipakai semasa hidupnya juga diletakkan sesuai dengan tempatnya terdahulu meskipun ada beberapa perabotan-perabotan yang sudah diberikan kepada sanak-saudaranya.


(50)

Di lantai dua rumah Tjong A Fie, kita hanya bisa melihat foto-foto keluarga Tjong A Fie dan beberapa piala juara dari anak-anak Tjong A Fie. Di lantai dua rumah ini tidak diletakkan perabotan maupun benda-benda yang berbeban berat dikarenakan dijaga kelestarian lantai ruangan yang terbuat dari kayu yang masih asli, tetapi kayu tersebut masih kokoh dan kuat.

Salah satu usaha pengembangan rumah Tjong A Fie yang terbaru adalah beberapa ruangan rumah Tjong A Fie akan disulap dan dijadikan sebagai cafe yang menyajikan beberapa macam makanan peranakan. Kemungkinan cafe ini akan segera dibuka dalam tahun ini. Bagian-bagian dalam ruangan ini tidak akan diubah arsitekturnya tetapi tetap dipertahankan sehingga terdapat suasana jaman dulu yang bisa kita rasakan pada saat kita menikmati makanan khas peranakan, hanya saja akan ditambah dengan beberapa meja dan kursi untuk para pelanggan.


(51)

BAB IV

RUMAH TJONG A FIE SALAH SATU OBJEK WISATA

BANGUNAN BERSEJARAH DI KOTA MEDAN

4.1 Keunikan dari rumah Tjong A Fie

Terletak di Jalan Ahmad Yani di Medan, kawasan Kesawan, rumah Tjong A Fie ini selesai dibangun sebesar luas sekarang pada tahun menunjukkan pengaruh campuran juga dermawan, Major Tjong A Fie kini menjadi salah satu ikon kota Medan. Bentuk rumah ini sangat mirip dengan rumah Cheong Fatt Tze, famili mereka yang merupakan

Rumah tersebut memang mempunyai desain yang unik dan penuh improvisasi. Bila melihat dari depan rumah Tjong A Fie, tampak adanya perpaduan arsitektur bergaya Eropa, China, dan lokal. Rumah tersebut memang menggambarkan sosok si pemilik yang berasal dari negeri China, pengembara yang sukses mengembangkan hasil perkebunan pada zaman penjajahan Belanda. Rumah Tjong A Fie kaya akan ornament-ornamen pada pembatas ruangannya serta ukiran pada kayunya, menunjukan fragmen cerita tradisional China.

Luas Bangunan rumah Tjong A Fie lebih kurang 2.200 meter persegi. Di tengah-tengah rumah terdapat plasa bergaya Eropa, sempat dibanggakan oleh sang anak sendiri. “ Saya masih berusia lima tahun, namun ingat sekali akan keindahan rumahku. Rumah


(52)

yang dicahayai dengan sangat melimpah. Ada taman indah yang menghubungkan rumah dengan jalan raya di depannya “, demikian penuturan Queeny Chang, anak Tjong A Fie, dalam bukunya yang berjudul Memories of a Nonya. Bangunan itu memiliki ukiran kayu yang indah dan memiliki dua patung singa yang terletak di dekat gerbang.

4.1.1 Keunikan dari Segi Sejarah

Tjong A Fie adalah salah satu tokoh jaman dulu yang memiliki cerita kehidupan atau sejarah yang unik. Dia berasal dari keluarga yang pas-pasan dan juga dia adalah seorang yang tidak menyelesaikan sekolahnya, tetapi ingin mencoba hal lain. Seperti halnya orang lain yang ingin mencoba peruntungan di negeri orang lain, maka Tjong A Fie datang ke Indonesia untuk mencoba peruntungan itu.

Hari berganti hari dan tahun berganti tahun, berkat kegigihannya dan juga semangat kerja kerasnya, akhirnya Tjong A Fie menjadi seorang yang berhasil bahkan dia dipercaya menjadi seorang letnan atau kepala orang cina yang ada di Medan.

Selain itu, Tjong A Fie juga dikenal sebagai seorang yang ramah dan pandai, dia berteman dengan siapa saja tanpa memandang suku bangsa, agama serta status sosial mereka. Ini dibuktikan dengan banyaknya campur tangan Tjong A fie didalam pembangunan beberapa Mesjid di Medan, serta Tjong A Fie juga bersahabat karib dengan sang Sultan Deli. Karena sifatnya tersebut Tjong A Fie sangat disegani oleh masyarakat maupun pembesar-pembesar jaman dulu.

Kepintaran yang dimiliki oleh Tjong A fie juga membawa dia menjadi seorang yang sangat makmur di jaman itu. Tjong A Fie menjadi wirausahawan, bankir dan


(53)

industrialis Tionghoa yang paling dihormati di Asia Tenggara, dia juga memiliki kebun tembakau sendiri sehingga dia menjadi orang cina terkaya di Medan.

4.1.2 Keunikan dari Segi Arsitektur

Dikarenakan Tjong A Fie adalah salah satu orang terkaya di Medan dan juga mempunyai banyak kenalan orang-orang penting pada masa itu, maka dia harus menyesuaikan rumahnya untuk menerima tamu-tamu penting yang berasal dari berbagai kalangan dalam menyambut mereka untuk acara-acara tertentu.

Rumah Tjong A Fie dibangun dengan megah dan luas yang seperti sekarang. Arsitektur yang terdapat di dalam rumah merupaka gabiungan dari seni arsitektur China, Eropa dan juga melayu. Arsitektur Chinanya tampak dari ornamen-ornamen rumahnya, lampion-lampion, serta terdapat huruf-huruf tulisan cina. Begitu memasuki pekarangan yang bagian tengahnya ditumbuhi bunga berbentuk melingkar, kita akan tiba di teras depan dengan langit-langit yang sangat tinggi. Disini kita akan bertemu dengan pintu besar yang bagian atasnya berbentuk bundar. Pintu ini berasal dari kayu jati yang di pesan langsung dari daratan China, terdiri dari dua bagian yang sekelilingnya diberi ukiran bertuliskan huruf China. Sesuai dengan Fengshui, pintu ini berfungsi untuk menghimpun semua energi positif untuk masuk ke dalamnya. Pintu ini juga dibuat lebar, untuk memudahkan pengangkutan barang-barang berskala besar. Di samping kiri dan kanan pintu gerbang ini terdapat dua patung singa khas cina. Pada bagian atap juga melengkung yang sangat oriental.


(54)

Arsitektur yang berasal dari Eropa dapat kita lihat dari lantai tegel yang berasal dari Italia yang dilukis dengan tangan, serta beberapa perabotan yang ada di ruangan-ruangannya.

Sedangkan dari arsitektur Melayu dapat kita liahat dari bentuk jendela yang terdapat di rumah Tjong A Fie, serta warna cat rumahnya yaitu warna hijau dan putih kekuning-kuningan yang bermakna kesuburan.

Tjong A Fie mansion terbagi menjadi 3 bangunan utama, yaitu gedung bagian kiri, tengah, dan kanan. Gedung bagian kanan dan tengah terbuka bagi pengunjung, sedangkan gedung bagian kiri tertutup bagi wisatawan mengingat gedung ini masih dihuni oleh keluarga dan kerabat Tjong A Fie. Ruangan terasa sejuk karena tinggi plafond yang mencapai 6 meter dan ukuran jendela yang besar-besar. Di bagian kiri kita bisa menemukan seperangkat kursi lengkap dengan meja kecil berbahan metal. Tak jauh dari situ, terdapat sebuah lemari tua yang berisi aneka jenis foto tua. Kebanyakan foto itu berisi aktivitas Tjong A Fie dengan keluarganya. Sedang di dindingnya terdapat beberapa foto dalam ukuran besar berlapis kaca. Di salah satu bagian, terpampang jelas foto Tjong A Fie yang terlihat gagah bersanding dengan foto istri ketiganya Liem Koei Yap.

Sedangkan di bagian kanan rumah, terdapat seperangkat perabotan tua dengan latar belakang sebuah jendela besar yang jarang di buka. Berbeda dengan sisi kiri, bagian kanan ini lebih terkesan gelap, karena jarang di tempati.


(55)

Dari semua sisi ruangan, bagian tengah merupakan bagian yang paling mewah. Sebuah sofa berwarna merah lengkap dengan pembatas ruangan ber-ornamen etnis China yang juga berwarna merah tampak begitu mendominasi. Biasanya, di tempat ini para tamu akan dijamu oleh tuan rumah.

Dan, apabila kita melangkah lebih jauh melewati pembatas ruangan bagian tengah, kita akan menemukan sepetak ruang kosong beratapkan langit, yang di pinggirnya dipenuhi bunga aneka warna. Bangunan ini menjadi khas, karena terdapat 4 buah kayu jati berdiameter 0,5 m yang berfungsi sebagai penopang bangunan yang bagian belakangnya terdiri dari 2 lantai. Kemiripan 4 tiang penopang tersebut dibuatkan pada sebuah mesjid di daerah kesawan, Medan, yang terkenal dengan sebutan “ Mesjid Bengkok ”. Kabarnya, sebagian dana pembuatan masjid berasal dari sumbangan pribadi seorang Tjong A Fie.

4.1.3 Keunikan dari Segi Budaya

Di dalam hidupnya Tjong A Fie adalah seorang yang sangat menghormati dan menghargai budayanya sendiri maupun budaya orang lain. Meskipun Tjong A Fie telah bermukim ke Indonesia tetapi beliau tidak pernah melupakan budayanya. Terdapat dua ruangan di dalam rumah Tjong A fie yang dijadikan sebagai tempat untuk bersembahyang. Satu ruangan di lantai satu dipergunakan untuk altar tempat sembahyang dan menaruh papan nama leluhur yang sudah meninggal, sedangkan di lantai dua terdapat altar tempat sembahyang bagi dewa, konon di tempat inilah Tjong A Fie mengajari anak-anaknya menjadi orang yang jujur karena di hadapan dewa


(56)

diharuskan untuk berkata jujur, apabila ada yang berkata bohong maka dewa akan mengetahuinya dan akan memberikan hukuman.

Di dalam rumah Tjong A fie juga terdapat beberapa ruangan khusus untuk menerima tamunya. Ruangan-ruangan ini disesuaikan perabotannya maupun suasananya dalam menyambut tamu-tamunya. Di dalam menyambut tamu yang berasal dari China, maka ruangan tamunya diisi oleh berbagai perabotan-perabotan yang khas memiliki unsur cina dan diimport langsung dari China. Sedangkan untuk tamu-tamunya yang berkebangsaan Melayu, maka dikhususkan satu ruang tamu yang juga diisi dengan perabotan-perabotan khas Melayu. Ruang tamu ini terdapat di lantai satu. Ruang tamu khusus untuk pejabat-pejabat Eropa berada di lantai dua, ruangannya dibuat dengan besar lenkap dengan ballroom diperuntukan untuk acara dansa.

Berada di jantung rumah tersebut terdapat satu ruangan utama yang luasnya melebihi ketiga ruang tamu yang lainnya. Ruang tamu ini diperuntukan untuk menerima tamu yang bersifat umum atau ketika berkumpulnya semua tamu Tjong A Fie yang berasal dari ketiga suku bangsa tersebut.

Ruang-ruang tamu tersebut dibuat oleh Tjong A Fie sedemikian rupa untuk menghormati dan menghargai budaya dari para tamu-tamunya yang berkebangsaan China, Eropa dan Melayu.


(57)

4.2 Upaya Pemerintah Setempat Mengembangkan dan Menjaga Rumah Tjong A Fie Salah Satu Bangunan Bersejarah di Kota Medan

Rumah Tjong A Fie sebagian besar dikelola oleh pihak keluarga, apabila ada campur tangan dari pemerintah itu pun hanya sedikit saja. Salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan dan menjaga Rumah Tjong A Fie sebagai salah satu bangunan bersejarah Kota Medan adalah dibukanya rumah Tjong A Fie sebagai salah satu objek wisata bagi umum. Rumah Tjong A Fie juga tidak boleh berubah fungsi karena telah dilindungi oleh Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan yang Bernilai Sejarah Arsitektur dan Kepurbakalaan. Tidak banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengembangan dan menjaganya.

4.3 Kendala yang Dihadapi

Rumah Tjong A Fie memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar, namun sejauh ini masih kurang dikembangkan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi kendala pengembangan objek wisata tersebut. Kendala-kendala tersebut adalah :

1. Faktor usia dan kurangnya bantuan

Rumah Tjong A Fie yang masih berdiri dengan kokohnya itu sudah mulai lapuk dikarenakan faktor usia. Di dalam sepuluh tahun terakhir ini tidak ada bantuan biaya renovasi. Padahal, ahli waris sudah menyampaikan permohonan bantuan tersebut kepada pihak pemerintah maupun swasta. Pihak keluarga tidak berani memperbaiki kerusakan yang ada. Pebaikan baru bisa dilakukan jika ada survey


(58)

total di kawasan bangunan seluas 3.000 meter persegi ini. Dari pihak Badan Warisan Sumatera pernah menyarankan agar rumah tersebut di renovasi. Berdasarkan pembicaraan awal dengan konsultan arsitektur, renovasi total bangunan ini membutuhkan sedikitnya Rp 3 miliar. Pihak keluarga tidak mampu mengeluarkan uang sebanyak itu jika tidak ada bantuan sama sekali.

2. Kurangnya promosi

Salah satu untuk memperkenalkan suatu objek wisata adalah dengan melakukan promosi supaya lebih dikenal oleh umum dan dapat menarik minat wisatwan untuk mengunjunginya. Dalam hal promosi rumah Tjong A Fie sudah pernah dilakukan pembukaan untuk umum pasalnya rumah tersebut sebelumnya tidak diperuntukan untuk umum. Meskipun demikian, masih banyak masyarakat di Kota Medan yang tidak mengetahuinya.

3. Kurang terawatnya

Menarik, bersih adalah salah satu faktor yang membuat wisatawan tertarik kepada suatu objek dan mempunyai suatu keinginan untuk mengunjunginya. Rumah Tjong A Fie memang masih terlihat sangat megah dan cukup indah, tetapi kurang terawat. Hal ini bisa kita lihat pada saat kita memasuki pekarangan rumahnya, taman bunga dan pekarangan rumahnya sedikit kotor, tidak ada lagi bunga yang bisa dilihat serta pada beberapa bagian taman bunga terdapat rumpur liar yang sangat menganggu pemandangan. Selain itu, sistem sanitasi rumah juga tidak berfungsi lagi sehingga kerap bagian dalam rumah tergenang air.


(59)

4. Kurangnya campur tangan dari pemerintah

Pemerintah telah menetapkan rumah Tjong A Fie beserta segala perabotan yang ada di dalamnya sebagai salah satu bangunan tua yang harus dilindungi dan dilestarikan, serta turut serta dalam pembukaan rumah Tjong A Fie untuk umum. Namun, ketika rumah tersebut membutuhkan renovasi dalam mempertahankannya agar tidak rusak, pemerimtah sama sekali tidak begitu ikut serta. Begitu juga didalam hal promosi, pemerintah hanya mempromosikannya melalui brosur-brosur saja dan di dalam brosur tersebut hanya beerisi sedikit informasi.


(60)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai banyak sekali objek-objek wisata yang menarik, salah satunya adalah bangunan bersejarah atau biasa disebut sebagai bangunan tua peninggalan kolonial Belanda dulu. Salah satu kota yang tidak luput adalah Kota Medan. Kota Medan juga mempunyai banyak sekali bangunan-bangunan tua yang bisa kita lihat sampai sekarang. Salah satunya adalah rumah Tjong A Fie. Rumah ini sangat mencolok karena bangunannya yang sangat khas Tiongkok. Rumah ini dulunya adalah rumah seorang miliuner Tionkok yang bernama Tjong A Fie. Beliau adalah seorang perantau yang dapat untuk mengadu nasib di Indonesia dan beliau berhasil menjadi sukses sehingga beliau menjadi salah satu tokoh yang sangat terkenal hingga kini.

Rumah yang ditinggalinya kini telah menjadi salah satu objek wisata bangunan bersejarah di Kota Medan dikarenakan rumah tersebut adalah rumah tua dan mempunyai nilai sejarah yang sangat terkenal. Bentuk serta bangunan rumah tersebut juga unik sehingga mempunyai daya tarik sendiri. Perabotan-perabotan yang dipakai oleh Tjong A Fie juga masih bisa kita lihat apabila kita berkunjung ke rumah tersebut. Rumah yang luas tersebut dibangun dengan menggabungkan tiga seni arsitektur yaitu China, Eropa dan juga Melayu. Kita juga bisa melihat kebesaran-kebesaranya pada saat kita mengunjungi rumah itu melalui foto-foto yang sudah ditata dengan rapi.


(61)

Yang namanya bangunan tua, bisa rusak dan rubuh kapan saja. Rumah tersebut mulai terlihat kurang terawat dengan adanya beberapa bagian yang dimakan rayap, juga terdapat beberapa bagian rumah yang sudah lapuk. Dari pihak keluarga sangat ingin merenovasi rumah tersebut tanpa menghilangankan bentuk aslinya sehingga bisa tetap mempertahankan rumah peninggalan tersebut. Tetapi biaya renovasi rumah tersebut bukanlah biaya yang sedikit. Biaya yang dibutuhkan kira-kira mencapai kurang lebih 3 milyar rupiah dan keluarga sama sekali tidak sanggup. Keluarga sudah pernah meminta bantuan dana dari pihak pemerintah tetapi pihak pemerintah belum memberikan bantuan. Pihak keluarga juga pernah meminta bantuan kepada pemerintah luar negeri. Pemerintah luar negeri bersedia membantu apabila pmerintah daerah juga ikut membangun.

5.2 Saran

Dalam hal rumah Tjong A Fie dijadikan sebagai salah satu objek wisata bangunan bersejarah ini, penulis mengemukakan beberapa saran, antara lain :

1. Perlu adanya promosi di dalam dan di luar negeri yang lebih lagi untuk memperkenalkan rumah Tjong A Fie sehingga banyak orang yang tertarik untuk mengunjungi rumahnya.

2. Perlu dilakukannya renovasi maupun perbaikan-perbaikan pada rumah tersebut mengingat usia rumah tersebut sudah tua agar rumah tersebut bisa dipelihara kekokohannya.


(62)

3. Perlunya perhatian dan bantuan dari pihak pemerrintah didalam menjaga, merawat dan mempertahankan bangunan tersebut.

4. Perlunya diadakan pameran-pameran lebih lagi yang diharapkan dapat membangkitkan semangat dan kreativitas masyarakat dalam pengembangan dan promosinya.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik. 2010. Medan In Figure 2010. Medan.

Chang, Queeny. 2003. Memories Of A Nonya. Jakarta-Indonesia : Tara Media Publisher.

Fandeli

Marpaung, Happy dkk. 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung. : Alfabeta. Marpaung. Happy dkk. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

North Sumatera Guide Book. 2010. North Sumatera Culture and Tourism. Sumatera

Utara.

Soekadij

Syafiie, H. Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung : CV. Mandar Maju.

Pendit, Nyoman S. 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka, A. 2000. Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : CV. Angkasa. ___________. 1996. Pemasaran ariwisataan, Bandung : CV. Angkasa.

___________. 1985. Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : CV. Angkasa.

Undang – Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (

(27 Februari 2001)

(27 Februari 2001)


(64)

(4 Maret 2001)


(65)

LAMPIRAN

Keterangan : Gerbang Utama Rumah Tjong A Fie.


(66)

Keterangan : Salah satu Jendela yang berarsitektur Melayu.

Keterangan : Ruang Makan.


(67)

Keterangan : Meja Rias Tjong A Fie.


(68)

Keterangan : Mesin Jahit yang dipakai oleh Ny. Tjong A Fie

Keterangan : Meja Baca Tjong A Fie dengan buku-buku, stempel, dll.


(69)

\

Keterangan : Dapur yang digunakan oleh Tjong A Fie dan keluarga.

Keterangan : Salah satu tempat di Rumah Tjong A Fie yang akan dijadikan Café.

Keterangan : Ruang Tamu yang disesuaikan dengan dekorasi khas bangsa China, Eropa dan Melayu untuk menghormati tamu-tamu yang datang berkunjung.


(1)

(4 Maret 2001)


(2)

Keterangan : Gerbang Utama Rumah Tjong A Fie.


(3)

Keterangan : Salah satu Jendela yang berarsitektur Melayu.

Keterangan : Ruang Makan.


(4)

Keterangan : Meja Rias Tjong A Fie.


(5)

Keterangan : Mesin Jahit yang dipakai oleh Ny. Tjong A Fie

Keterangan : Meja Baca Tjong A Fie dengan buku-buku, stempel, dll.


(6)

\

Keterangan : Dapur yang digunakan oleh Tjong A Fie dan keluarga.

Keterangan : Salah satu tempat di Rumah Tjong A Fie yang akan dijadikan Café.

Keterangan : Ruang Tamu yang disesuaikan dengan dekorasi khas bangsa China, Eropa dan Melayu untuk menghormati tamu-tamu yang datang berkunjung.