Pengertian Perjanjian Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya dengan Perjanjian

berarti bila debitur tidak setuju dengan ketentuan yang terdapat di dalam perjanjian baku, maka satu-satunya pilihan yang dimiliki oleh debitur adalah untuk tidak menerima penawaran yang diberikan oleh kreditur. Istilah kerennya adalah ‘take it or leave it’. Oleh karena itu, debitur dituntut untuk jeli dan sedikit rewel dalam menanggapi penawaran dari pelaku usaha atau kreditur. Perhatikan isi perjanjian baku dengan seksama. Salah mengartikan satu buah titik saja bisa berakibat fatal terhadap kepentingan debitur. 25

a. Pengertian Perjanjian

Adalah suatu perbuatan yang terjadi antara satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih Pasal 1313 KUH Perdata. Para sarjana Hukum Perdata berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan tersebut adalah tidak lengkap, dan terlalu luas. Tidak lengkap oleh karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Abdul Kadir Muhammad Menyatakan kelemahan pasal tersebut adalah sebagai berikut: 26 a. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya pada satu orang atau lebih”. Kata “mengikatkan diri “ sifatnya hanya datang dari satu pihak 23 Turnady, Diakses dari http:www.tunardy.comperjanjian-baku-atau-perjanjian- standar, tanggal 13 February 2011 24 Syahmin AK, Op.cit.. hal 141 25 Ibid 26 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990, hal.78 saja,tidak dari kedua belah pihak.Seharusnya dirumuskan saling mengikatkan diri.jadi ada consensus antara pihak-pihak. b. Kata “perbuatan”mencakup juga tanpa konsensus. Pengertian ”perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa,tindakan melawan hukum yang tidak mengandung consensus. Seharusnya digunakan kata “persetujuan” c. Pengertian perjanjian terlalu luas. Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan,janji kawin,yang yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksudkan adalah hubungan antara kreditur dengan debitor dalam lapangan harta kekayaan saja. Perjanjian yang dikehendaki oleh buku III KUH Perdata sebenarnya adalah perjanjian yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal. d. Tanpa menyebut tujuan mangadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak yang mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa. Berjanji sesuatu berarti mengikat diri secara membebankan pada diri sendiri suatu kewajiban untuk melakukan sesuatu. 27 Hal kejujuran dan kepatuhan dalam pelaksanaan perjanjian berhubungan erat dengan soal penafsiran dari suatu perjanjian. 28 27 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian,Cetakan ke-8 Bandung : PT. Bale Sumur, 1979, hal. 39 28 Wirjono Prodjodikoro, Ibid. hal. 84 Menurut Sri Soedewi Masychon Sofyan, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana seorang atau lebih mengkatkan dirinya terhadap seorang lain atau lebih. 29 Selain itu menurut R. Subekti, Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana orang lain saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 30 Sedang perjanjian menurut R. Wiryono Pradjadikoro adalah suatu perbuatan hukum dimana mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut. 31 Selanjutnya menurut KRMT Tirtadiningrat perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh undang-undang. 32 Dari beberapa pengertian di atas, tergambar adanya beberapa unsur perjanjian, yaitu : 1. Adanya pihak-pihak yang sekurang-kurangnya dua orang, Pihak-pihak yang dimaksudkan di sini adalah subyek perjanjian yang dapat berupa badan hukum dan manusia yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum menurut undang-undang. 29 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perjanjian, Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit: Gadjah Mada, hal. 8 30 Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Aditya Bakti, 1989, hal. 13 31 Wiryono Pradjadikoro, Op.cit. hal 11 32 Pengacara Online, Op.cit. 2. Adanya persetujuan atau kata sepakat, Persetujuan atau kata sepakat yang dimaksudkan adalah konsensus antara para pihak terhadap syarat-syarat dan obyek yang diperjanjikan. 3. Adanya tujuan yang ingin dicapai, Tujuan yang ingin dicapai dimaksudkan di sini sebagai kepentingan para pihak yang akan diwujudkan melalui perjanjian. 4. Adanya prestasi atas kewajiban yang akan dilaksanakan, Prestasi yang dimaksud adalah sebagai kewajiban bagi pihak-pihak untuk melaksanakannya sesuai dengan apa yang disepakati. 5. Adanya bentuk tertentu, Bentuk tertentu yang dimaksudkan adalah perjanjian yangdibuat oleh para pihak harus jelas bentuknya agar dapat menjadi alat pembuktian yang sah bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. 6. Adanya syarat-syarat tertentu, Syarat-syarat tertentu yang dimaksud adalah substansi perjanjian sebagaimana yang telah disepakati oleh para pihak dalam perjanjian yang antara satu dengan yang lainnya dapat menuntut pemenuhannya. Suatu perjanjian tertentu berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua belah pihak. Seperti halnya dengan perbuatan kedua belah pihak maka gambaran ini tidak ada yang sempurna. Kalau orang mulai melaksanakan perjanjian itu, timbullah bermacam-macam persoalan yang pada waktu perjanjian itu terbentuk, sama sekali tidak atau hanya sedikit nampak pada alam pemikiran dan akan perasaan kedua belah pihak. Disitulah letak kejujuran dan kepatuhan yang harus dikejar dalam melaksanakan perjanjian. 33

b. Syarat Sahnya Perjanjian