Karakteristik simplisia daun sukun belum terdapat pada buku Materia Medika Indonesia MMI, maka dipakai sebagai pembanding adalah karakteristik
daun sukun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Daun sukun yang digunakan pada penelitian sebelumnya diambil dari Medan, sedangkan daun sukun yang
digunakan pada penelitian ini diambil dari Tanjung Pura. Berdasarkan uraian di atas, tujuan penelitian untuk menentukan
karakterisasi simplisia dan mengisolasi senyawa flavonoida dari daun sukun secara KKt. Hasil isolasi senyawa flavonoida diidentifikasi secara
spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser shift reagent.
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah penelitian yaitu:
1. Apakah karakteristik simplisia daun sukun sama dengan hasil penelitian
sebelumnya?
2. Apakah golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia daun sukun sama dengan hasil penelitian sebelumnya?
3. Apakah golongan senyawa flavonoida yang terdapat pada simplisia daun sukun?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dibuat hipotesis yaitu:
1. Karakteristik simplisia daun sukun sama dengan hasil penelitian sebelumnya.
2. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia daun sukun sama dengan hasil penelitian sebelumnya.
3. Golongan senyawa flavonoida yang terdapat pada simplisia daun sukun adalah flavanon, flavonol dan antosianin.
1.4 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menentukan karakteristik simplisia daun sukun dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.
2. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada simplisia daun sukun dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.
3. Untuk mengetahui golongan senyawa flavonoida yang terdapat pada simplisia daun sukun.
1.5 Manfaat
Manfaat penelitian yang dilakukan adalah: 1. Memperoleh informasi mengenai karakteristik simplisia daun sukun yang
diteliti dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. 2. Memperoleh informasi mengenai kandungan golongan senyawa kimia
yang terdapat pada simplisia daun sukun dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya.
3. Memperoleh informasi mengenai golongan senyawa flavonoida yang terdapat pada simplisia daun sukun.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi habitat daerah tumbuh, sistematika tumbuhan, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia dan khasiat
tumbuhan.
2.1.1 Habitat daerah tumbuh
Tumbuhan sukun merupakan pohon besar yang tersebar hampir merata di seluruh daerah terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur dan banyak dikembangkan
di wilayah Kabupaten Cilacap. Sukun tergolong tumbuhan tropik, mampu beradaptasi dengan lingkungan dan dapat tumbuh subur di daerah yang memiliki
ketinggian tempat antara 0 m – 100 m dari permukaan laut Heyne, 1987; Triwiyatno, 2003.
2.1.2 Sistematika tumbuhan
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Artocarpus
Jenis : Artocarpus altilis Park. Fosberg Depkes RI, 1997.
2.1.3 Nama daerah
Nama daerah dari sukun adalah Sakon Aceh, Hatopul Batak, Bakara Makasar, Suku Nias, Sukun Sunda, Sukun Jawa, Suun Ambon Heyne,
1987.
2.1.4 Morfologi tumbuhan
Tumbuhan sukun memiliki tinggi 10-25 m, batang bulat, percabangan simpodial, bergetah, permukaan kasar dan berwarna coklat. Daunnya tunggal,
berseling, ujung runcing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm, lebar 25-50 cm, pertulangan menyirip, tebal, permukaan kasar dan berwarna hijau. Bunga dari
sukun berumah satu, bunga jantan silindris dengan panjang 10-20 cm berwarna kuning, bunga betina bulat dengan garis tengah 2-5 cm dan berwarna hijau.
Buahnya semu majemuk, bulat dengan diameter 10-20 cm, berduri lunak, berwarna hijau, mempunyai akar tunggang yang berwarna coklat Depkes RI,
1997.
2.1.5 Kandungan kimia
Kandungan kimia daun dan bunga tumbuhan sukun mengandung saponin, flavonoida dan tanin, buahnya mengandung tanin, glikosida dan saponin,
sedangkan kulit batangnya mengandung flavonoida Depkes RI, 1997.
2.1.6 Khasiat tumbuhan
Bunga jantan tumbuhan sukun berkhasiat sebagai obat sakit gigi dan daunnya untuk mengobati penyakit seperti liver, jantung, ginjal, diabetes,
hipertensi, pembengkakan limpa dan gatal-gatal Anonim, 2010; Depkes RI, 1997; Heyne, 1987.
2.2 Senyawa flavonoida
Senyawa flavonoida merupakan senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C
6
– C
3
– C
6,
yaitu 2 cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan 3 karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga Markham, 1988.
Gambar 2.1. Kerangka flavonoida Flavonoida terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran dari flavonoida
yang berbeda golongan dan jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal. Flavonoida pada tumbuhan terdapat dalam berbagai bentuk struktur molekul
dengan beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu, dalam menganalisis flavonoida lebih baik memeriksa aglikon yang telah terhidrolisis daripada dalam
bentuk glikosida dengan strukturnya yang rumit dan kompleks Harborne, 1987. Sistem penomoran untuk turunan flavonoida adalah:
Gambar 2.2. Struktur dasar flavonoida Senyawa flavonoida dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Flavon dan flavonol
Flavon dan flavonol merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari semua pigmen tumbuhan kuning. Flavon berbeda dengan flavonol karena pada
flavon tidak terdapat gugus 3-hidroksi. Hal ini mempengaruhi serapan UV-nya, gerakan kromatografinya, serta reaksi warnanya dan karena itu flavon dapat
dibedakan dari flavonol berdasarkan ketiga sifat tersebut. Hanya ada dua flavon yang umum, yaitu apigenin dan luteolin. Jenis yang paling umum adalah 7-
glikosida. Flavonol dalam tumbuhan sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3- glikosida. Aglikon flavonol yang umumnya dijumpai yaitu kemferol, kuersetin,
dan mirisetin Harborne, 1987.
Gambar 2.3. Struktur flavon Gambar 2.4. Struktur flavonol
2. Flavanon dan flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan flavonoida lain. Flavanon dan flavanonol tidak berwarna atau hanya kuning
sedikit. Flavanon dihidroflavon sering terjadi sebagai aglikon, tetapi beberapa glikosidanya dikenal, misalnya hesperidin dan naringin. Flavanonol
dihidroflavonol merupakan flavonoida yang kurang dikenal, dan senyawa ini tidak diketahui terdapat sebagai glikosida Robinson, 1995.
Gambar 2.5. Struktur flavanon Gambar 2.6. Struktur flavanonol
3. Auron dan kalkon
Auron berupa bercak kuning, dengan sinar lampu UV mereka tampak berbeda, warna auron kuning dan berubah menjadi merah jingga bila diuapi
amonia. Kalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat dengan sinar lampu UV. Salah satu kalkon yang umum, yaitu: butein, dan salah satu auron yang
umum, yaitu: aureusidin. Keduanya terdapat di alam sebagai glikosida dan terdapat khas dalam suku Compositae Harborne, 1987.
Gambar 2.7. Struktur auron Gambar 2.8. Struktur kalkon
4. Isoflavon
Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi warna apapun. Beberapa isoflavon memberikan warna biru muda cemerlang
dengan sinar lampu UV bila diuapi amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung pudar yang dengan amonia berubah menjadi coklat
pudar. Isoflavon merupakan golongan flavonoida yang penyebarannya terbatas dan jumlahnya sedikit Harborne, 1987.
Gambar 2.9. Struktur isoflavon
5. Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan, merupakan pembentuk dasar pigmen warna merah, ungu
dan biru pada tanaman, terutama sebagai bahan pewarna bunga dan buah-buahan. Sebagian besar antosianin adalah glikosida dan aglikonnya disebut antosianidin,
yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianin yang paling umum adalah sianidin yang berwarna merah lembayung Harborne, 1987;
Robinson, 1995; Sastrohamidjojo, 1996.
Gambar 2.10. Struktur antosianidin
2.3 Ekstraksi