Metode Pengolahan dan Analisis Data Pembahasan

Setelah dilakukan perhitungan dengan diketahui proporsi di populasi pada Perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan Tahun 2009 adalah 35,2 maka didapatkan besar sampel sebanyak 55 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal, seluruh responden telah dipilih secara acak dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini. Setelah didapatkan responden yang termasuk dalam kriteria inklusi dan telah tereliminasi dari kriteria eksklusi, kemudian dilakukan dilakukan wawancara berbasis kuesioner kepada responden. Pada penelitian ini, angka kejadian terhadap dermatitis kontak didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik oleh peneliti dan dokter perusahaan. Sedangkan penilaian terhadap variabel lama kontak, frekuensi kontak, lama kerja, dan penggunaan alat pelindung diri didapatkan melalui metode wawancara berbasis kuesioner oleh peneliti.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan membandingkan data-data pekerja yang mengalami penyakit dermatitis kontak dengan yang tidak mengalami penyakit dermatitis kontak. Analisis data kuantitatif dilakukan perhitungan berupa angka terhadap hasil wawancara dan kuesioner. Data diolah secara kuantitatif selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk tiap variabel yang diukur serta diamati. Analisis bivariat yaitu dengan menguji kemaknaan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji chi-square ataupun uji pearson. Setelah analisis bivariat, dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik. Universitas Sumatera Utara Data dianalisis secara statistik dengan bantuan program windows SPSS Statistical Package for Social Science. Data hasil penelitian ini telah disusun dalam bentuk tabel. Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja di perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli-September 2010. Penelitian ini diikuti 55 orang pekerja yang telah bersedia mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan pada saat wawancara yang dituangkan dalam bentuk kuesioner. Bab ini juga menjabarkan deskripsi karakteristik responden yang berada di Perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan. 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian Ditinjau dari letak geografisnya, Perusahaan Invar Sin termasuk di dalam Kecamatan Medan Barat Mabar dengan luas wilayah ±168 Ha. Luas wilayah kelurahan ini banyak digunakan untuk pemukiman dan daerah industri. Perusahaan ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Perumahan Tojai. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sinties. c. Sebelah barat berbatasan dengan Kawasan Industri Medan 1. d. Sebelah timur berbatasan dengan Kawasan Industri Mabar sejahtera.

5.1.2. Karakteristik Dasar Responden Penelitian

Mayoritas responden mempunyai pendidikan terakhir dijenjang SMA yaitu 49 orang 89,09, jenis kelamin laki-laki yaitu 50 orang 90,91, dan memiliki jabatan sebagai karyawan swasta yaitu 33 orang 60. Hal ini dijelaskan melalui tabel 5.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Menurut Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Jabatan Pekerjaan Variabel Frekuensi n Persentase Pendidikan terakhir SMA Sederajat 49 89,09 D3Sederajat 2 3,64 S1 Sederajat 4 7,27 Jenis Kelamin Perempuan 5 9,09 Laki-laki 50 90,91 Jabatan pekerjaan Manager 1 1,82 Personalia 3 5,45 Asisten Personalia 3 5,45 Karyawan Swasta 33 60 Harian Lepas 15 27,28 Total 55 100 5.1.3. Analisis Univariat 5.1.3.1. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Kontak Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Lama Kontak Lama Kontak Frekuensi n Persentase ≤ 8 jam sehari 31 56,4 ˃ 8 jam sehari 24 43,6 Jumlah 55 100 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 5.2 dapat diamati bahwa ada 31 orang 56,4 responden memiliki lama kontak kurang dari atau sama dengan delapan jam sehari dan 24 orang 43,6 responden memiliki lama kontak lebih dari delapan jam sehari.

5.1.3.2. Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Kontak

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Frekuensi Kontak Frekuensi Kontak Frekuensi n Persentase ≤ 3 kali sehari 26 47,3 ˃ 3 kali sehari 29 52,7 Jumlah 55 100 Dari tabel 5.3 dapat diamati bahwa responden yang mempunyai frekuensi kontak kurang dari atau sama dengan tiga kali sehari sebanyak 26 orang 47,3 dan responden yang mempunyai frekuensi kontak lebih dari tiga kali sehari sebanyak 29 orang 52,7.

5.1.3.3. Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Frekuensi n Persentase ≤ 3 tahun 25 45,5 ˃ 3 tahun 30 54,5 Jumlah 55 100 Dari tabel 5.4 dapat diamati bahwa responden yang mempunyai lama bekerja kurang dari atau sama dengan tiga tahun sebanyak 25 orang 45,5 dan responden yang mempunyai lama bekerja lebih dari tiga tahun sebanyak 30 orang 54,5. Universitas Sumatera Utara

5.1.3.4. Distribusi Sampel Berdasarkan Penggunaan Alat pelindung Diri

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Penggunaan APD Frekuensi n Persentase Selalu menggunakan alat pelindung diri 50 90,9 kadang-kadang menggunakan alat pelindung diri 5 9,1 tidak pernah menggunakan alat pelindung diri Jumlah 55 100 Dari tabel 5.5 dapat diamati bahwa ada 50 orang 90,9 responden yang selalu menggunakan alat pelindung diri, 5 orang 9,1 responden yang kadang- kadang menggunakan alat pelindung diri, dan tidak ada responden yang tidak pernah menggunakan alat pelindung diri.

5.1.3.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Kejadian Dermatitis Kontak

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kejadian Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Frekuensi n Persentase Positif 12 21,8 Negatif 43 78,2 Jumlah 55 100 Dari tabel 5.6 dapat diamati bahwa responden yang menderita dermatitis kontak sebanyak 12 orang 21,8 dan responden yang tidak menderita dermatitis kontak sebanyak 43 orang 78,2. Universitas Sumatera Utara

5.1.4. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat digunakan uji chi-square dengan derajat kepercayaan 95 α=0,05. Bila pada tabel dua kali dua dijumpai nilai harapan kurang dari 5 pada satu atau lebih sel, maka digunakan uji fisher exact dan bila semua nilai harapan lebih atau sama dengan lima maka digunakan uji pearson chi- square. Pada tabel tiga kali dua digunakan uji pearson chi-square Hastono, 2001.

5.1.4.1. Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Tabel 5.7 Hubungan Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Lama Kontak ≤ 8 jam sehari ˃ 8 jam sehari Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Positif 7 22,6 5 20,8 Negatif 24 77,4 19 79,2 Jumlah 31 100 24 100 x=0,024 df=1 p=0,876 Dari tabel di atas, dapat dilihat pekerja dengan lama kontak ≤ 8 jam sehari yang menderita dermatitis kontak berjumlah tujuh orang 22,6, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 24 orang 77,4. Pekerja dengan lama kontak 8 jam sehari yang menderita dermatitis kontak berjumlah lima orang 20,8, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 19 orang 79,2. Dari analisis program SPSS, diperoleh p-value sebesar 0,876 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara lama kontak dengan angka kejadian dermatitis kontak. Universitas Sumatera Utara

5.1.4.2. Hubungan Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Tabel 5.8 Hubungan Frekuensi Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Frekuensi Kontak ≤ 3 kali sehari ˃ 3 kali sehari Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Positif 1 3,8 11 37,9 Negatif 25 96,2 18 62,1 Jumlah 26 100 29 100 x=9,337 df=1 p=0,002 Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa pekerja dengan frekuensi kontak ≤ 3 kali sehari yang menderita dermatitis kontak berjumlah satu orang 3,8, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 25 orang 96,2. Pekerja dengan frekuensi kontak 3 kali sehari yang menderita dermatitis kontak berjumlah sebelas orang 37,9, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 18 orang 62,1. Dari analisis program SPSS, diperoleh p- value sebesar 0,002 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara frekuensi kontak dengan angka kejadian dermatitis kontak. Universitas Sumatera Utara

5.1.4.3. Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Tabel 5.9 Hubungan Lama Bekerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Lama Bekerja ≤ 3 tahun ˃ 3 tahun Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Positif 5 20 7 23,3 Negatif 20 80 23 76,7 Jumlah 25 100 30 100 x=0,089 df=1 p=0,766 Dari tabel di atas, dapat dilihat pekerja dengan lama bekerja ≤ 3 tahun yang menderita dermatitis kontak berjumlah lima orang 20, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 20 orang 80. Pekerja dengan lama bekerja 3 tahun yang menderita dermatitis kontak berjumlah tujuh orang 23,3, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 23 orang 76,7. Dari analisis program SPSS, diperoleh p-value sebesar 0,766 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dengan angka kejadian dermatitis kontak. Universitas Sumatera Utara

5.1.4.3. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Tabel 5.10 Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri APD dengan Kejadian Dermatitis Kontak Dermatitis Kontak Penggunaan Alat Pelindung Diri APD Selalu menggunakan APD Kadang-kadang menggunakan APD Tidak pernah menggunakan APD Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Frekuensi n Persentase Positif 7 14 5 100 Negatif 43 86 Jumlah 50 100 5 100 x=19,708 df=1 p=0,0001 Dari tabel di atas, dapat dilihat pekerja yang selalu menggunakan alat pelindung diri yang menderita dermatitis kontak berjumlah tujuh orang 14, sedangkan yang tidak menderita dermatitis kontak berjumlah 43 orang 86. Pekerja yang kadang-kadang menggunakan alat pelindung diri yang menderita dermatitis kontak berjumlah lima orang 100 dan tidak ada pekerja yang kadang-kadang menggunakan alat pelindung diri menderita dermatitis kontak. Tidak ada pekerja yang tidak pernah menggunakan alat pelindung diri. Dari analisis program SPSS, diperoleh p-value sebesar 0,0001 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri APD dengan angka kejadian dermatitis kontak. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11 Rekapitulasi Hasil Uji Chi-Square No Variabel bebas p-value Kemaknaan 1 Lama kontak 0,876 tidak bermakna 2 Frekuensi kontak 0,002 bermakna 3 Lama bekerja 0,766 tidak bermakna 4 Penggunaan alat pelindung diri APD 0,0001 bermakna Dari tabel 5.11 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua variabel yang bermakna, yaitu frekuensi kontak dan penggunaan alat pelindung diri.

5.1.5. Analisis Multivariat

Untuk melihat variabel bebas yang paling dominan hubungannya dengan angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja di Perusahaan Invar Sin Kawasan Industri Medan maka digunakan analisis regresi logistik. Model yang digunakan adalah model prediksi yang bertujuan untuk memperoleh model variabel bebas yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian variabel terikat Hastono, 2001. Hasil analisis masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.12 Kandidat Variabel Analisis Multivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Angka Kejadian Dermatitis Kontak Variabel bebas B p-wald OR 95 CI Lama kontak 2,555 0,076 12,870 0,766-216,244 Frekuensi kontak -4,456 0,012 0,012 0,0001-0,369 Lama bekerja 0,902 0,378 2,465 0,332-18,283 Penggunaan alat pelindung diri APD -21,421 0,999 0,0001 0,0001 -2 log likelihood= 31,799 G=25,906 p-value=0,0001 Universitas Sumatera Utara Dari hasil analisis multivariat diatas terlihat bahwa nilai p-value bermakna 0,05, tetapi tidak semua p-wald bermakna. Nilai p-wald bermakna pada variabel lama kontak dan frekuensi kontak. Proses selanjutnya adalah mengeluarkan variabel dengan nilai p-wald yang bermakna sehingga hasil akhirnya diperoleh seperti pada tabel berikut: Tabel 5.13 Hasil Analisis Model Akhir Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Angka Kejadian Dermatitis Kontak Variabel bebas B p-wald OR 95 CI Lama kontak 3,022 0,011 20,523 1,984-212,330 Frekuensi kontak -4,937 0,001 0,007 0,0001-0,131 -2 log likelihood= 37,646 G=20,059 p-value=0,0001 Dari hasil diatas terlihat bahwa hanya variabel lama kontak dan frekuensi kontak mempunyai nilai p-wald 0,05, sehingga dilakukan uji interaksi antara kedua variabel tersebut, hasilnya sebagai berikut: Tabel 5.14 Hasil Uji Interaksi Hubungan Lama Kontak dan Frekuensi Kontak Terhadap Angka Kejadian Dermatitis Kontak Variabel bebas -2 Log Likelihood G p-value Tanpa Interaksi 27,101 - - Lama kontakFrekuensi kontak 7,041 9,327 0,002 Dari hasil analisis interaksi, nilai p adalah 0,002. Ini menunjukkan bahwa antara variabel lama kontak dengan frekuensi kontak terdapat interaksi, artinya: Interaksi antara lama kontak dengan frekuensi kontak pada pekerja akan memberikan efek yang berbeda terhadap angka kejadian dermatitis kontak pada pekerja tersebut. Hal ini dapat digambarkan melalui rumus berikut ini. Universitas Sumatera Utara Probabilitas event= 11+e -z dimana: e = bilangan alam: 2,7182818 z = nilai prediksi kejadian pekerja yang mengalami dermatitis kontak berdasarkan pengaruh variabel-variabelnya, didapatkan melalui persamaan berikut: z = c+ aX 1 + bX 2 dari perhitungan hasil analisis model akhir regresi logistik, maka didapatkan nilai: +,... c : 5,055 a : konstanta untuk variabel lama kontak sebesar 3,022 b : konstanta untuk variabel frekuensi kontak sebesar -4,937 sehingga persamaannya menjadi: z = 5,055 + 3,022lama kontak – 4,937frekuensi kontak maka, Probabilitas dermatitis kontak= 1 1+e -5,055 + 3,022lama kontak – 4,937frekuensi kontak Dengan adanya persamaan ini, maka dapat dilakukan prediksi probabilitas terjadinya dermatitis kontak berdasarkan lama kontak dan frekuensi kontaknya, sehingga dapat bermanfaat bagi pekerja pada khususnya dan perusahaan pada umumnya untuk menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan kontak dengan bahan kimia terkait dengan siklus kerja.

5.2. Pembahasan

Dari data yang dikumpulkan diperoleh 12 orang dari 55 orang responden menderita dermatitis kontak. Hal ini menunjukkan persentase angka kejadian dermatitis kontak pada perusahaan tersebut adalah 21,82. Persentase angka kejadian ini mendekati prevalensi kejadian dermatitis kontak di Sumatera Utara yaitu 27,50 Trihapsoro, 2003. Universitas Sumatera Utara Persentase angka kejadian dermatitis kontak lebih besar pada pekerja yang memiliki lama kontak lebih kecil atau sama dengan delapan jam sehari dibandingkan dengan lama kontak lebih besar dari delapan jam sehari yaitu 58,33. Sedangkan penelitian sebelumnya oleh Lestari, et al. 2008 menyatakan persentase tersebut lebih besar pada pekerja yang memiliki lama kontak lebih besar dari delapan jam sehari yaitu 95. Berdasarkan Frekuensi kontak dengan bahan kimia, dijumpai frekuensi kontak lebih dari tiga kali sehari lebih dominan dibandingkan dengan frekuensi kotak kurang dari atau sama dengan tiga kali sehari pada kasus dermatitis kontak dengan perbandingan 23:2 91,67 berbanding 8,33. Kondisi yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari, et al. 2008 di Jawa Barat, dimana perbandingan frekuensi kontak lebih dari tiga kali sehari dengan frekuensi kotak kurang dari atau sama dengan tiga kali sehari adalah 22:3 87,5 berbanding 12,5. Health and Safety Executive 2000 menyatakan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak pada pekerja, diantaranya perilaku pekerja, umur, jenis kelamin, riwayat atopi, kondisi lingkungan kerja, lama dan frekuensi kontak dengan zat kimia, dan penggunaan alat pelindung diri. Terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian teori ini dengan hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian hanya lama kontak p=0,011 dan frekuensi kontak p=0,001 yang mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak, sementara penggunaan alat pelindung diri tidak berpengaruh terhadap angka kejadian dermatitis kontak. Hal ini mungkin dapat dijelaskan berdasarkan teori yang dikeluarkan oleh Safeguard 2000. Dimana Safeguard menyatakan bahwa iritan, substansi yang menginduksi dermatitis, akan menimbulkan efek dalam konsentrasi yang cukup. Konsentrasi iritan yang mengenai kulit dapat dikendalikan dengan mengurangi lama kontak dengan bahan kimia dan mengurangi frekuensi paparan terhadap bahan kimia, sehingga peningkatan konsentrasi iritan tidak akan cukup untuk menimbulkan dermatitis kontak. Sementara penggunaan alat pelindung diri Universitas Sumatera Utara hanya mengendalikan daerah paparan terhadap bahan kimia, bukan menurunkan konsentrasi iritan penyebab dermatitis. Hal yang sama terdapat dalam Djuanda 2003, dikatakan bahwa dermatitis kontak timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luas penetrasi dikulit. Dengan mengendalikan lama kontak dan frekuensi kontak maka derajat pajanan dapat dikurangi sehingga terjadi penurunan kejadian dermatitis kontak. Akan tetapi, jika dilihat dari faktor luas penetrasi di kulit, penggunaan alat pelindung diri juga memiliki peran. Dalam hal ini, jika pekerja menggunakan alat pelindung diri maka akan terjadi penurunan terhadap luas penetrasi di kulit sehingga terjadi juga penurunan kemampuan untuk menginduks i dermatitis kontak, tetapi hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari, et al. 2008 mendapatkan bahwa setelah dilakukan analisis multivariat terdapat dua faktor yang sangat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak ini, yaitu lama kontak p=0,029 dan kebiasaan menggunakan alat pelindung diri APD p=0,063. Sedangkan pada penelitian ini yang mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak adalah lama kontak p=0,011, sedangkan penggunaan alat pelindung diri p=0,999 tidak berpengaruh terhadap angka kejadian dermatitis kontak. Tetapi, pada analisis bivariat, penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu variabel yang bermakna. Berdasarkan hal ini dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pelindung diri memiliki hubungan dengan angka kejadian dermatitis kontak tetapi bukan merupakan faktor yang dominan untuk mempengaruhi angka kejadian dermatitis kontak. Kondisi lain yang memiliki perbedaan hasil ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatma Lestari dan Hari Suryo Utomo pada tahun 2007 menyatakan bahwa lama bekerja memiliki pengaruh dengan angka kejadian dermatitis kontak dengan nilai p = 0,014. Sedangkan pada penelitian ini didapatkan bahwa lama bekerja p=0,378 tidak memiliki pengaruh terhadap angka kejadian dermatitis kontak. Universitas Sumatera Utara Perbedaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya kemungkinan disebabkan oleh jangka waktu penelitian yang kurang panjang dan besar sampel yang digunakan. Disamping itu, kategori variabel bebas yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan kategori variabel bebas pada penelitian ini, sehingga kemungkinan mempengaruhi hasil akhir penelitian. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan