Sipitu Dai dan kebenaranya dari tujuh buah mata air yang bergabung didalam satu tempat labuan bak panjang namun ketika dialirkan ke tujuh pancuran rasanya
dapat kembali terpisah.
2.1.3 Pengertian Sosiologi Sastra
Secara etimologi, sosiologi berasal dari dua kata yaitu Socius dan Logos. Socius berarti kawan, dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi jika dilihat dari asal
katanya, maka sosiologi itu berarti berbicara tentang masyarakat, atau dengan perkataan lain ilmu yang memperbincangkan tentang masyarakat.
Dapat dijelaskan juga bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat; telaah tentang lembaga dan proses sosial
. Sosiologi mencoba memberi tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada, dengan mempelajari
lembaga –lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik, dan lain-lain
yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial. Kita dapat mengetahui tentang bagaimana cara-cara manusia menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi dan proses perbudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.
Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertitik tolak pada pengarang. Menurut Semi 1984:52
“Sosiologi sastra merupakan bagian mutlak dari kritik sastra, ia mengkhususkan diri dalam menelaah sastra dengan memperhatikan segi-
segi sosial kemasyarakatan. Produk ketelaahan itu dengan sendirinya dapat digolongkan kedalam produk kritik sastra”. Wellek dan Werren dalam 1989:178
mengatakan : “Bahwa sosiologi sastra yakni mempermasalahkan suatu karya sastra
yang menjadi pokok, alat tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak di sampaikan.
Universitas Sumatera Utara
Sosiologi disebut sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi persyaratan suatu ilmu pengetahuan yakni:
1. Sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut
didasarkan observasi dengan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif.
2. Sosiologi bersifat teoritis, ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha
untuk menyusun abstrak dari hasil-hasil observasi tersebut sehingga merupakan kerangka pada unsur-unsur yang tersusun secara logis serta
bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat. 3.
Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori yang sudah ada diperbaiki dan diperluas.
4. Sosiologi bersifat non-etnis, karena tidak mempersoalkan baik buruk
fakta melainkan hanya memperjelaskan fakta. Untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam proposal ini, penulis
menggunakan teori sosiologi sastra yang dikemukakan oleh Wellek dan Werren dalam Semi,
1985:53 mengatakan : “Sosiologi sastra yaitu mempermasalahkan suatu karya sastra yang menjadi pokok atas tentang apa yang tersirat dalam karya
sastra tersebut dan apa tujuan serta amanat yang hendak disampaikan”. Sosiologi sastra dibagi dalam dua bagian yaitu :
1. Sosiologi of literature, yaitu karya sastra yang dimulai dengan
lingkungan sosial untuk masuk ke dalam karya sastra yang dilihat ialah faktor sosial menghasilkan masyarakat yang bersosial.
2. Literature sociologi, yaitu menghubungkan struktur karya sastra dan
struktur masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengertian Cerita Rakyat