Pengertian Cerita Rakyat Sastra Sebagai Gambaran Masyarakat

2.1.4 Pengertian Cerita Rakyat

Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam yang mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Ada beberapa pengertian mengenai cerita rakyat yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Cerita rakyat atau legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagian sesuatu yang benar-benar terjadi. Walaupun demikian, karena tidak tertulis maka kisah tersebut telah mengalami distorsi pembelokan sehingga sering kali jauh berada dalam cerita aslinya. Oleh karena itu cerita rakyat digunakan sebagai bahan untuk merekontruksi sejarah, maka cerita harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya yang mengandung sifat-sifat folklor. Menurut Pudentia 2003:56 “Cerita adalah sesuatu yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat yang dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral”. Dalam KBBI 2005 : “ Cerita rakyat atau legenda pada zaman dahulu dian ggap ada hubungannya dengan peristiwa sejarah”. Menurut Hooykas 1982:34 “ cerita rakyat atau legenda menyangkut tentang hal-hal sejarah yang mengandung sesuatu yang ajaib atau sesuatu yang sakti”. Menurut Emeis 1992:63 “ cerita rakyat atau legenda berasal dari sejarah- sejarah kuno dan sebagian lagi berasal berdasarkan angan- angan”.

2.1.5 Sastra Sebagai Gambaran Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Suatu karya sastra tidak pernah tercipta tanpa membawa suatu maksud atau tujuan, dengan perkataan lain sastra diciptakan bukan membawa kekosongan sosial, justru mengandung informasi tentang kemasyarakatan. Sebagaimana diketahui bahwa seorang pengarang adalah salah seorang daripada anggota masyarakat. Ia hidup dan berhubungan dengan masyarakat disekitarnya. Sehingga interaksi dan intelerasi akan timbul antara pengarang dan masyarakat. Dengan demikian isi dari karya sastra yang diciptkan oleh pengarang itu akan menggambarkan keadaan masyarakat tempat pengarang tersebut berdiam karena apa yang dihadapi masyarakat akan dialami oleh pengarang. Sehingga dengan membaca suatu karya sastra kita dapat mengetahui persoalan suatu zaman. Seperti yang dikemukakan oleh Sumardjo 1979:15 yang mengatakan, “Kegelisahan masyarakat menjadi kegelisahan para pengarangnya. Begitu pula harapan-harapan, penderitaan-penderitaan, aspirasi mereka menjadi bagian pula dari pribadi pengarang-pengarangnya. Inilah sebabnya sifat- sifat dan persoalan-persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya-karya sastranya”. Sejalan dengan pendapat di atas, Damono 1984:9 me ngatakan, “... sastra merupakan cerminan lagsung dari pelbagai seni struktural sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain- lain.” Berdasarkan kedua pendapat di atas jelaslah bahwa kondisi sosial pada suatu zaman mempengaruhi corak kesusastraannya. Apabila diperhatikan kesusastraan Indonesia, dapat dikatakan roman-roman sekitar tahun 20-an sampai sekarang selalu memperlihatkan tata kemasyarakatan yang ada. Misalnya karya sastra dari masa Balai Pustaka seperti roman Siti Nurbaya yang melukiskan persoalan adat yaitu pembenturan adat dengan kultur Barat yang tercermin dalam peristiwa kawin paksa. Universitas Sumatera Utara Walaupun disebutkan bahwa karya sastra adalah sebagai gambaran dari kenyataan yang kita jumpai dalam masyarakat, namun tidak bisa dipungkiri bahwa didalam sebuah karya sastra semua tokoh yang berperan didalamnya adalah tokoh fiksi, tokoh yang hanya ada didalam khyalan sipengarang. Sebuah teks fiksi menciptakan suatu dunia tersendiri yang harus kita bedakan dari kenyataan, seperti yang disebutkan oleh Luxemburg dkk. 1992:21 sebagai berikut, “Dunia fiksi itu sebagi suatu dunia lain berdiri disamping kenyataan, tetapi menurut beberapa aspek menunjukkan persamaan juga dengan kenyataan. Sekalipun seseorang pengarang melampiaskan daya khayalnya yang menciptakan mahluk-mahluk yang tidak ada, yang hidup di dalam suatu lingkungan khyalan namun tetap kaitan-kaitan tertentu antara tokoh-tokoh, dan perbuatan mereka, yang dapat dimengerti oleh pembaca dan dapat diterima berdasarkan pengertiannya mengenai dunia nyat a”. Dengan demikian kenyataan-kenyataan masyarakat yang diungkapkan dalam karya sastra mengenai kehidupan sosialnya dapat disimak atau ditinjau dan dikembalikan pada wujud sosial masyarakat tempat karya sastra itu lahir. Dengan pertolongan ilmu sosial seperti ilmu sosiologi dapat lebih dipahami suatu karya sastra. Ternyata masalah sastra tidak cukup hanya dipecahkan dari ilmu sastra saja namun sastra membutuhkan ilmu lain didalam pengkajiannya yang lebih dalam.

2.2 Teori yang Digunakan