19 Unsur-unsur bentuk dan struktur puisi yaitu unsur estetik yang
membangun struktur luar dari puisi. Bahasa puisi banyak ditentukan oleh pemilihan dan penempatan kata di dalam kalimat. Patut disadari pula bahwa tema
yang istimewa bukanlah jaminan yang menentukan bernilainya sebuah puisi Gunawan, 1972: 39, dalam Sayuti, 1985: 24. Dengan demikian, keistimewaan
puisi banyak pula ditentukan oleh kata-kata dan bahasanya. Menurut Sayuti 1985: 25 bahasa puisi yang diciptakan penyair
didasarkan pada perenungannya terhadap suatu perasaan pribadi atau pengalaman tertentu dalam suatu momen tertentu pula. Namun, bukan berarti bahwa bahasa
puisi itu tidak dapat diinterpretasikan. Karena bahasa puisi itu diresapi dengan nilai-nilai pribadi, maka pilihan kata, bunyi, bentuk dan sebagainya memperoleh
makna yang bersifat pribadi pula. Penyair mempunyai kebebasan untuk memanfaatkan unsur-unsur bahasa bagi kepentingan ekspresinya.
Unsur-unsur fisik puisi ini dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur struktur fisik puisi meliputi : tipografi
perwajahan, diksi pilihan kata, imaji citra, kata konkret, bahasa figuratif majas dan verifikasi penataan bunyi. Berikut adalah penjabaran dan analisis
struktur fisik lirik lagu
ﷲءﺎﺷﻧﺇ
`in syā`a `allāhu.
3.2.1.1 Tipografi perwajahan puisi
Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan
tata baris dalam karya puisi Pradopo, 1978: 124. Mulyana menyebutkan sebagai susunan baris 1956: 96. Sedangkan Suharianto 1981: 35 secara sederhana
merumuskan tipografi sebagai ukiran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait- bait suatu puisi. Dalam Sayuti, 1985: 177-178.
Pada puisi konvensional, kata-katanya diatur dalam deret yang disebut lirik atau baris. Setiap satu lirik tidak selalu mencerminkan satu pernyataan,
mungkin saja satu pernyataan ditulis dalam satu atau dua lirik atau bahkan lebih. Kumpulan pernyataan dalam puisi akan membentuk sebuah bait. Sebuah bait
dalam suatu puisi mengandung satu pokok pikiran. Namun pada puisi modern
Universitas Sumatera Utara
20 atau kontemporer, pengaturan dalam bait-bait ini sudah berkurang atau sama
sekali tidak ada Siswanto, 2008:113. Menurut Sayuti 1985: 178 maksud penyusunan tipografi yang beraneka
ragam itu secara garis besar dibedakan atas dua macam : a.
Sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya agar susunan puisi tersebut tampak indah dipandang.
b. Untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana
puisi yang bersangkutan. Dalam lirik lagu
ﷲءﺎﺷﻧﺇ
`in syā`a `allāhu bentuk perwajahan puisinya masih terbilang sederhana dan normal seperti puisi pada umumnya. Penyusunan
lirik dan baitnya masih tertib dan teratur. Penyusunan baris atau lirik di setiap bait dimulai dari tepi kanan halaman dan sejajar di sisi kanan sampai akhir. Hal ini
terjadi karena lirik lagu atau puisinya menggunakan bahasa Arab yang memang ditulis dari sebelah kanan.
Penulisan lirik atau barisnya pun tidak terlalu panjang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kata yang terdapat dalam satu baris yakni hanya 4-9 kata dalam satu
baris. Jumlah barisnya hanya 25 baris yang terbagi menjadi 6 bait dengan beberapa pengulangan di beberapa bait tertentu. Penulisan lirik setiap baitnya
dapat diuraikan sebagai berikut. Bait ke-1 terdiri dari 6 baris, bait kedua terdiri dari 2 baris, bait ke-3 terdiri dari 6 baris, bait ke-4 sama dengan bait ke-2, bait ke-
5 terdiri dari 7 baris dan bait ke-6 sama dengan bait ke-2 dan ke-4. Dari penyusunan lirik tersebut tampak bahwa lirik lagu atau puisi ini sudah modern
karena penyusunan lirik dalam setiap bait tidak sama jumlahnya. Jika diperhatikan dari tipografi atau perwajahan penulisannya, lirik
lagu
ﷲءﺎﺷﻧﺇ
`in syā`a `allāhu ini masih bersifat konvensional karena penulisan kata-katanya masih diatur dalam baris-baris tertentu yang membentuk sebuah bait
walaupun jumlah lirik di setiap baitnya tidak sama.
Universitas Sumatera Utara
21
3.2.1.2 Diksi pilihan kata