Analisis pengaruh prilaku oportunistik eksekutif perusahaan terhadap esop dan keterkaitannya dengan reaksi pasar
i
ANALISIS PENGARUH PERILAKU OPORTUNISTIK
EKSEKUTIF PERUSAHAAN TERHADAP ESOP DAN
KETERKAITANNYA DENGAN REAKSI PASAR
Oleh :
Zuliawaty Sukmasari
NIM : 205081000201
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
ii ABSTRACT
This research is about the analysis of the influence of enterprise executive opportunistic behaviour toward ESOP and the correlation with market reaction. The analysis of the influenced enterprise executive opportunistic toward ESOP used acrual total, acrual discresioner and acrual non discresioner. The result which could gotten show that the enterprise executive opportunistic behaviour influenced toward ESOP. The enterprise executive behaved opportunistic by undermaking profit management in implementation of ESOP to obtain purchasing tittle of share. This statement was strengthen by previous research that taken by Putra Astika (2008) who stated that enterprise executive opportunistic influenced toward ESOP.
For analysing the correlation with market reaction used abnormal return, cumulative abnormal return and average abnormal return. The result which was gotten showed that market reaction was not influenced toward ESOP. This statement was strengthen by Christian Herdinata (2007) who did previous research. He stated that market reaction was not influenced and did negative reaction toward ESOP.
(3)
iii
ABSTRAK
Penelitian ini mengenai analisis pengaruh perilaku oportunistik eksekutif perusahaan terhadap ESOP dan keterkaitannya dengan reaksi pasar. Analisis pengaruh perilaku oportunistik eksekutif perusahaan terhadap ESOP menggunakan akrual total, akrual diskresioner dan akrual non diskresioner. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa perilaku oportunistik eksekutif perusahaan berpengaruh terhadap ESOP. Para eksekutif perusahaan berperilaku oportunistik dengan melakukan manajemen laba untuk mendapatkan harga pengambilan hak beli saham. Pernyataan ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Putra Astika (2008) yang menyatakan bahwa perilaku oportunistik berpengaruh terhadap ESOP.
Untuk menganalisis keterkaitannya dengan reaksi pasar menggunakan abnormal return, cumulative abnormal return dan average abnormal return. Hasil yang di dapat menunjukkan bahwa reaksi pasar tidak berpengaruh terhadap ESOP. Penelitian ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Christian Herdinata (2007) yang menyatakan bahwa reaksi pasar tidak berpengaruh dan tidak memberikan reaksi negatif terhadap ESOP.
(4)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. Alhamdulilahi Rabbil’ Alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan ummat dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mamaku tercinta, terimakasih atas kasih sayang, cinta dan doa yang tak pernah henti untuk aku. Dan untuk keluargaku tersayang yang selalu memberikan semangat untukku. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan-Nya kepada kita bersama.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabarannya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
(5)
v
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ucapakan terimakasih atas support yang telah Bapak berikan kepada saya selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan keluarga.
4. Indo Yama Nasarudin, SE, MAB., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam proses penyusunan skripsi saya dengan sabar dan penuh keikhlasan. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
5. Kakakku Nur Afniyati Khairunisa dan Adikku Muhammad Arifudin Ghazali yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis baik moril maupun materi, buat mbakku di rumah yang selalu mengingatkanku akan jaga kesehatan dan Erwin Susanto yang memberikan bantuannya. Makasih banyak. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan
ilmunya selama masa perkuliahan.
7. Seluruh staf bagian akademik dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Terima kasih atas keramahannya dalam memberikan pelayanan.
8. Kepada Feby, Zahra, Nadya, dan Semua Saudaraku atas segala pengertian dan semangat yang slalu diberikan mulai dari ujian kompre sampai selesainya skripsi ini.
9. Kepada Ananda teman seperjuanganku komprehensif dan skripsi, Nursanah, Karina dan Aristyana. Semoga persahabatan yang udah kita jalin mulai dari awal propesa sampai kapanpun tidak akan pernah pudar.
10.Kepada Mas Agus, mbak neng, kak gian, kak sena, kak ipeh, kak rika, kak izza, opik, razif, dll yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
11.Kepada teman-temanku di kelas Manajemen B angkatan 2005, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini.
12. Kepada teman-temanku di kelas Manajemen dan Akuntansi angkatan 2005, senang bertemu dan mengenal kalian.
(6)
vi
13. Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan penulisan, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya. Terima Kasih
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, Oktober 2009
(7)
vii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul Dalam... i
Abstract... ii
Abstrak... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xi
Daftar Lampiran ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. ESOP (Employee Stock Option Program) ... 12
1. Pengertian ESOP... 12
2. Tujuan ESOP ... 14
B. Reaksi Pasar terhadap ESOP ... 15
C. Return Saham ... 16
D. Abnormal Return (AR) ... 16
E. Cumulative Abnormal Return (CAR) ... 17
(8)
viii
G. Perilaku Oportunistik Eksekutif yang Berkaitan dengan Program Opsi
Saham Karyawan (POSK) ... 18
H. Akrual Total (AKT) ... 22
I. Akrual Diskresioner (AD) ... 23
J. Akrual Non Diskresioner (AND) ... 23
K. Penelitian Terdahulu ... 24
L. Kerangka Pemikiran ... 27
M. Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 29
B. Metode Penentuan Sampel... 29
C. Metode Pengumpulan Data ... 31
D. Metode Analisis ... 32
E. Operasional Variabel Penelitian ... 43
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Analisis Deskriptif Statistik ... 52
B. Hasil dan Pembahasan ... 55
1. Pengujian Reaksi Pasar terhadap ESOP ... 55
1.1 Statistik Deskriptif dan Pengujian Normalitas Data. ... 55
2. Pengujian Perilaku Oportunistik Eksekutif terhadap ESOP ... 57
2.1 Uji Linearitas ... 58
2.2 Uji Normalitas ... 61
(9)
ix
2.4 Uji Autokorelasi ... 71
3. Goodness of Fit ... 72
3.1 Koefisien Determinasi ... 72
3.2 Uji Simultan (Uji F) ... 73
3.3 Uji Parsial (Uji t) ... 75
C. Interpretasi ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Implikasi ... 81
C. Keterbatasan ... 82
D. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN
(10)
x
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Perusahaan ESOP Berdasarkan Waktu dan Jenis Industri Perusahaan yang konsisten tergabung dalam kelompok saham ESOP periode 1 Januari 2004-31 Desember 2008 Statistik Deskriptif Variabel CAR
Statistik Deskriptif Variabel POS dan AD Hasil Pengujian Normalitas Data
Perhitungan Average Abnormal Return pada Event Periode
Hasil Uji Autokorelasi sebelum Outlier
Hasil Uji Autokorelasi setelah Outlier Pengujian Koefisien Determinasi Pengujian Uji Simultan (Uji F)
Pengujian Signifikansi Konstanta dan Koefisien Regresi 30 52 54 54 55 55 71 72 72 73 75
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9
Gambar Pergerakan Reaksi Pasar
Gambar Hasil Uji Linearitas sebelum Outlier Gambar Hasil Uji Linearitas setelah Outlier Gambar Hasil Uji Normalitas sebelum Outlier Histogram
Gambar Hasil Uji Normalitas setelah Outlier Histogram
Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum Outlier Gambar Hasil Uji Heteroskedastisitas setelah Outlier
56 58 60 62 62 65 66 69 70
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Keterangan
1 2
Laporan Keuangan 1
Laporan Keuangan 2
3 Proporsi Opsi Saham (POS), Akrual Total (AKT), Akrual NonDiskresioner (AND), Akrual Diskresioner (AD)
4 Proporsi Opsi Saham (POS), Akrual Diskresioner (AD) Hasil Transformasi dan exluded outlier
5 6 7 8
9 10
Harga Saham
Return Saham (Rit)
Return Market (Rmt)
Abnormal Return (AR), Cumulative Abnormal Return (CAR), Average Abnormal Return (AAR)
Output Regression
Output Reaksi Pasar
(13)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
. Latar Belakang Penelitian
Bagian dari komunitas dunia, manajemen usaha perusahaan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh praktek manajemen yang ada di negara lain, khususnya negara-negara yang telah maju perkembangan manajemen usahanya. Salah satu praktek tersebut adalah diperkenalkannya suatu program manajemen sumber daya manusia berupa program kepemilikan karyawan dalam saham perusahaan di mana karyawan tersebut bekerja. Program tersebut di kenal dengan nama Program Opsi Saham oleh Karyawan
(Employee Stock OptionProgram, ESOP) (BAPEPAM, 2002:10).
Karyawan dan perusahaan merupakan dua pihak yang saling membutuhkan dan masing-masing mempunyai tujuan. Untuk mengusahakan integrasi antara tujuan perusahaan dan tujuan karyawan, perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan masing-masing pihak. Kebutuhan karyawan diusahakan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya. Apabila seorang karyawan sudah terpenuhi segala kebutuhannya maka dia akan mencapai kepuasan kerja dan memiliki komitmen terhadap perusahaan. Tingginya komitmen karyawan dapat mempengaruhi usaha suatu perusahaan secara positif komitmen karyawan ini diperlukan oleh perusahaan dan merupakan faktor penting bagi perusahaan dalam rangka mempertahankan kinerja perusahaan (Irwan Rei, 2003:56).
(14)
xiv
ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan antara lain sebagai berikut (Christian Herdinata,2007:2): 1).Memberikan penghargaan (reward) kepada karyawan atas kontribusi yang diberikan; 2). Menciptakan keselarasan kepentingan antara pihak karyawan dan pihak pemegang saham; 3). Meningkatkan motivasi karyawan, menarik dan mempertahankan karyawan kunci; 4). Sebagai sarana bagi sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau
shareholders’ value.
Memperhatikan tujuan dari penyelenggaraan ESOP tersebut, terutama dalam hal perbaikan kualitas manajemen/karyawan dan penyelarasan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham, maka dari pelaksanaan ESOP oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang pernyataan pendaftarannya telah dinyatakan efektif (Emiten/Perusahaan Publik), diharapkan akan menghasilkan peningkatan kinerja Emiten atau Perusahaan Publik, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja pasar modal Indonesia (BAPEPAM, 2002:4).
Penerapan ESOP di Indonesia belum optimal karena tidak ada perangkat hukum yang mengatur ESOP secara khusus, baik di tinjau dari aspek pasar modal, perpajakan, maupun ketenagakerjaan. Hal ini mengakibatkan
(15)
xv
penerapan ESOP dibatasi oleh rambu-rambu hukum yang sesungguhnya tidak secara khusus di desain untuk mengatur ESOP. Selain itu, untuk perusahaan tertutup yang belum go public tetapi ingin melakukan program ini masih dibatasi dengan ketentuan penawaran umum mengingat belum adanya ketentuan khusus tentang ESOP (BAPEPAM, 2002:11).
Program opsi saham karyawan atau yang di kenal dengan sebutan
executive and employee stock options program (ESOP) dilaksanakan untuk menghargai kinerja jangka panjang karyawan secara luas (para eksekutif dan karyawan) terhadap perusahaan dalam bentuk program kompensasi yang berbasis ekuitas (saham) (Putra Astika, 2005:1).
Opsi saham ditawarkan kepada karyawan sebagai imbalan dan jasa karyawan di kompensasi, di ukur, dan diakui sebesar nilai wajar instrumen ekuitas yang bersangkutan. Sebagai insentif untuk menghargai kinerja jangka panjang perusahaan. Melalui program ESOP, karyawan tersebut di beri kesempatan untuk memiliki saham perusahaan melalui pembelian saham dengan diskon tertentu atau di beri bonus oleh perusahaan berupa saham. ESOP merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem keagenan dan menurunkan agency cost melalui penyejajaran kepentingan para eksekutif dengan para pemegang saham (Brenner et al., 2000).
Perusahaan yang melakukan program ini, harus melihat seberapa banyak saham yang dimiliki perusahaan untuk diberikan kepada karyawan. Jika saham yang dimiliki perusahaan turun, maka perusahaan itu tidak dapat memberikan saham kepada karyawan. Reaksi pasar sangat mempengaruhi
(16)
xvi
dalam pemberian saham kepada karyawan. Dikarenakan harga saham itu selalu mengalami perubahan. Jika harga saham yang dimiliki oleh perusahaan meningkat, maka perusahaan tersebut dapat memberikan sebagian sahamnya kepada karyawan. Perusahaan yang melakukan program ini adalah perusahaan yang mempunyai pertumbuhan saham yang baik.
Opsi saham menjadi lebih bernilai ketika harga pasar saham meningkat melebihi harga pengambilan dan sebaliknya kurang bernilai jika harga saham menurun di bawah harga pengambilan (Christian Herdinata, 2007:3).
Kinerja yang dicapai perusahaan berhubungan denganpersentase modal yang dimiliki oleh para eksekutif serta persentase kompensasinya yang berbasis ekuitas. Program kompensasi erat hubungannya dengan usaha keras para eksekutif yang pada umumnya didasarkan pada dua pola pengukuran, yaitu net income dan shareprice (Putra Astika, 2008:3).
Perkembangan pengadopsian stock option program untuk karyawan perusahaan (ESOP) semakin meluas dan terdapat isu bahwa penyediaan opsi saham untuk karyawan akan lebih intensif ketika perusahaan memiliki kebutuhan financing yang lebih besar dan perusahaan yang menghadapi kendala keuangan. Penyediaan perangsang dalam bentuk ekuitas kepada karyawan akan lebih intensif khususnya karyawan non-eksekutif bila biaya pengawasan langsung terhadap karyawan mahal (Core and Guay, 2000:260).
Sebagai suatu bentuk inovasi bisnis dan di aplikasi sebagai suatu kebijakan dalam rangka menciptakan nilai perusahaan (firmvalues), program opsi saham memberikan harapan. Alasannya adalah saham yang dimiliki
(17)
xvii
eksekutif perusahaan (eksekutif pemilik) menyebabkan pemegang opsi menjalankan fungsi internal monitoring. Namun, dalam pelaksanaannya khusus pada perusahaan publik, harga pasar saham mendorong eksekutif berperilaku oportunistik melalui manajemen laba. Informasi laba digunakan oleh investor sebagai salah satu indikator untuk menilai perusahaan dalam hubungannya dengan prediksi harga pasar saham (Chen dan Steiner, 2000).
Opsi saham menjadi lebih bernilai ketika harga pasar saham meningkat melebihi harga pengambilan dan sebaliknya kurang bernilai jika harga saham menurun di bawah harga pengambilan. Apabila eksekutif yang memiliki hak atas opsi tersebut hampir pasti mengambil haknya, eksekutif tersebut telah memiliki saham tersebut saat itu. Perbedaannya adalah karyawan tidak perlu membayar saham tersebut saat itu, namun membayar pada saat karyawan mengambil hak atas opsi tersebut.
Program opsi saham karyawan (POSK) atau di kenal dengan employee stock option program (ESOP) adalah salah satu bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan eksekutif, untuk menghargai eksekutif atas kinerja jangka panjang perusahaan. Hal penting berkaitan dengan opsi saham yang dihibahkan kepada eksekutif adalah bahwa hampir seluruh opsi dihibahkan dengan harga pengambilan (exercise price) sama dengan harga saham pada tanggal hibah. Karena untung (gain) dari opsi saham tergantung pada perbedaan antara harga pengambilan yang ditentukan pada tanggal hibah dengan harga pasar pada tanggal pengambilan, maka
(18)
xviii
kondisi tersebut memungkinkan adanya perilaku oportunistik dari eksekutif. Perilaku tersebut semakin terdukung jika magnitud opsi yang diterima relatif banyak (Asyik, 2006:3). Untuk memaksimumkan untung yang diperoleh, manajemen memiliki insentif menurunkan harga pasar saham untuk sementara waktu sebelum tanggal hibah dalam rangka mengurangi harga pengambilan opsi (Chauvin dan Shenoy, (2001:53); Balsam et al., 2003) dan meningkatkan harga pasar mendatang pada tanggal pengambilan. Dengan demikian, perilaku manajemen untuk mengelola laba dapat berbentuk laba menurun (income decreasing) atau laba menaik (income increasing).
Berdasarkan hal tersebut, manajer sangat berkepentingan terhadap pergerakan harga saham. Beberapa penelitian empiris menunjukkan bahwa harga saham bergerak sebagai reaksi investor terhadap informasi yang dilaporkan perusahaan, salah satu di antaranya adalah laba (Putra Astika, 2008:2). Secara empiris, laba digunakan sebagai alat ukur kinerja manajemen yang lebih baik daripada aliran kas. Manajemen juga memiliki beberapa kebijakan terhadap pengakuan akrual dalam laba sehingga sulit bagi pemakai memperkirakan reliabilitas dari signal yang dihasilkan manajemen. Di samping itu, adanya ketidakselarasan (misalignment) antara manajer dan pemegang saham (shareholders) mendorong manajer untuk mengelola laba secara oportunistik yang menyebabkan distorsi laba (Asyik, 2005).
Manajemen melakukan pengelolaan laba dengan menurunkan harga pasar saham untuk sementara waktu sebelum tanggal hibah dalam rangka mengurangi harga pengambilan opsi mereka (Chauvin dan Shenoy, 2000;
(19)
xix
Balsam et al., 2003, Asyik, 2006) dan meningkatkan harga pasar mendatang pada tanggal pengambilan (Asyik, 2006:8) dalam rangka memaksimumkan untung yang akan diperoleh. Selanjutnya, karena opsi saham secara khas
(typically) dihibahkan dengan harga pengambilan sama dengan harga saham
pada tanggal hibah, manajemen secara oportunistik mengelolapengungkapan informasi untuk meningkatkan nilai hibah. Jika eksekutif dapat mempengaruhi penerimaan hibah, mereka kemungkinan memanipulasi hibah agar terjadi: (1) sesudah penurunan harga saham atau (2) sebelum peningkatan harga saham.
Terdapat nilai ekonomis berupa expected return dalam implementasi program opsi saham yang mendorong eksekutif perusahaan berperilaku menyimpang dari tujuan program opsi saham. Perilaku menyimpang dari tujuan yang digariskan di sebut dengan perilaku oportunistik karena eksekutif mengambil keuntungan melalui manajemen laba (earnings management).
Eksekutif perusahaan memiliki peluang dan berinsentif untuk melakukan manajemen laba dalam pelaksanaan program opsi saham. Manajemen laba dapat juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan terkait dengan kepemilikan saham manajemen. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dalam rangka program opsi saham karyawan. Dalam program ini, harga pengambilan opsi biasanya ditentukan pada saat penawaran program. Hal ini mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba sebelum tanggal hibah opsi yaitu menurunkan laba agar supaya mempengaruhi harga saham
(20)
xx
dan dengan demikian manajemen dapat menerima opsi pada waktu harga saham relatif rendah (Bambang Sutopo, 2009:4).
Cheng dan Warfield (2005) juga menemukan tindakan manajemen laba pada perusahaan dengan insentif ekuitas tinggi (high equity incentives) dan menemukan bahwa manajemen dengan insentif ekuitas tinggi cenderung menjual saham pada tahun berikutnya.
Insentif tersebut memunculkan fenomena (a) para eksekutif perusahaan akan mengambil keputusan untuk menyukseskan program opsi saham dengan pertimbangan manfaat dan risiko, (b) manfaat yang diinginkan akan diwujudkan dalam return ekspektasian opsi saham dan menghindar dari risiko kerugian. Langkah yang dilakukannya adalah mempengaruhi harga pasar saham perusahaan melalui manajemen laba dengan cara menurunkan jumlah laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan yang rendah. Variabel yang dapat mempengaruhi perilaku oportunistik terhadap ESOP dengan menggunakan akrual diskresioner (Putra Astika, 2008:3).
Variabel yang digunakan untuk mengetahui pengaruh reaksi pasar terhadap ESOP dengan menggunakan event study yaitu dengan melihat nilai AR, CAR, dan AAR. Untuk melihat reaksi pasar, maka dapat dilihat dengan menghitung nilai AAR pada event period pada kolom T-hitung dan Z-signifikansi pada keseluruhan periode.
(21)
xxi
Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian tentang: “Analisis Pengaruh Perilaku Oportunistik Eksekutif Perusahaan
Terhadap ESOP Dan Keterkaitannya Dengan Reaksi Pasar”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan di bahas sebagai berikut: 1. Apakah reaksi pasar dapat mempengaruhi ESOP (Employee Stock
Option Program) ?
2. Apakah perilaku oportunistik eksekutif dapat mempengaruhi ESOP (Employee Stock Option Program) ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
(22)
xxii
2. Menggambarkan para eksekutif perusahaan menurunkan jumlah laba yang dilaporkan mempengaruhi proporsi opsi saham yang akan diberikan.
.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Penulis
seluruh rangkaian kegiatan dan hasil penelitian dapat memperluas kemampuan analisis dalam mencermati perkembangan manajemen laba yang terjadi terhadap pelaksanaan ESOP.
b. Perusahaan
sebagai bahan pertimbangan untuk pengambil kebijakan yang berkaitan dengan ketentuan ESOP.
c. Pihak lain
sebagai bahan masukan dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ESOP.
(23)
xxiii
sebagai literature dan dapat digunakan sebagai informasi dan sumber ilmu pengetahuan serta diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ESOP (Employee Stock Option Program) 1. Pengertian ESOP
ESOP adalah pemberian hak (opsi) kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu periode tertentu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi diberikan (Telaumbauna, 2000:1). ESOP merupakan program kepemilikan karyawan atas saham perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan. Program opsi saham karyawan atau yang di kenal dengan sebutan executiveand employee stock option program (ESOP) merupakan salah satu kebijakan jangka panjang perusahaan yang melibatkan
(24)
xxiv
psikologi tenaga kerja dalam bentuk program kompensasi yang berbasis ekuitas (saham) (Christian Herdinata, 2007:1).
Program opsi saham karyawan (POSK) atau Employee Stock Option Program adalah salah satu bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan, terutama karyawan eksekutif. Kompensasi opsi saham memberikan manajemen hak untuk membeli sejumlah saham perusahaan pada masa yang akan datang dengan harga yang ditentukan pada saat opsi ditawarkan sebelum tanggal jatuh tempo, selama karyawan tersebut masih menjadi karyawan perusahaan (Asyik, 2006:4).
Melalui program ESOP, karyawan tersebut di beri kesempatan untuk memiliki saham perusahaan melalui pembelian saham dengan diskon tertentu atau diberi bonus oleh perusahaan berupa saham. ESOP merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem keagenan dan menurunkan agency cost
melalui penyejajaran kepentingan para eksekutif dengan para pemegang saham (Brenner et al., 2000). Kepemilikan saham oleh karyawan perusahaan (insiders) memberi kesan sebagai financial investment. Kepemilikan tersebut akan memberikan feeling yang besar terhadap kepuasan juga komitmen dan kontrol kepada perusahaan. (Klein, 1987; Frech, 1987) dalam Iqbal (2000:30).
Pelaksanaan ESOP di Indonesia, menurut Tim Studi Penerapan ESOP Pasar Modal Indonesia - BAPEPAM (2002:63) dilakukan melalui program alokasi khusus bagi karyawan (employee stock allocation/ESA), program
(25)
xxv
pemberian bonus dalam bentuk saham (share bonus plan), dan program pemberian opsi atas saham (stock option plan).
2. Tujuan ESOP
ESOP diselenggarakan untuk mencapai beberapa tujuan (BAPEPAM, 2002:10) antara lain sebagai berikut:
a. Memberikan penghargaan (reward) kepada seluruh pegawai, direksi, dan pihak-pihak tertentu atas kontribusinya terhadap meningkatnya kinerja perusahaan.
b. Meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan karena mereka juga merupakan pemilik perusahaan, sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
c
. Menarik, mempertahankan, dan memotivasi (attract, retain, andmotivate) pegawai kunci perusahaan dalam rangka peningkatan
(26)
xxvi
d. Sebagai sarana program sumber daya manusia untuk mendukung keberhasilan strategi bisnis perusahaan jangka panjang, karena ESOP pada dasarnya merupakan bentuk kompensasi yang didasarkan atas prinsip insentif, yaitu ditujukan untuk memberikan pegawai suatu penghargaan yang besarnya dikaitkan dengan ukuran kinerja perusahaan atau shareholders’ value.
B. Reaksi Pasar terhadap ESOP
Reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi yang dipublikasikan di pasar modal dapat diproaksikan dengan variabel abnormal return. Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan bentuk efisiensi pasar modal. Semakin efisien pasar, maka semakin cepat informasi tersebut terefleksi dalam harga saham (Iqbal, 2000:32).
Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar yang seperti ini dikatakan sebagai pasar efisien (efficient market). Suatu pasar dikatakan efisien jika tidak seorangpun baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh abnormal return
dalam waktu yang lama (Chang, 2002:131).
Reaksi investor terhadap pengumuman ESOP di dukung informasi atas potensi perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan berpotensi
(27)
xxvii
tumbuh tinggi memiliki aktiva riil dan peluang investasi yang lebih baik untuk perkembangan perusahaan di banding perusahaan berpotensi tumbuh rendah. Opsi saham menjadi lebih bernilai ketika harga pasar saham meningkat melebihi harga pengambilan dan sebaliknya kurang bernilai jika harga saham menurun di bawah harga pengambilan (Christian Herdinata, 2007:3).
Di sisi lain, perusahaan berpotensi tumbuh tinggi cenderung mendominasi pangsa pasar dan berusaha meningkatkan kualitas produk dan layanan di banding perusahaan berpotensi tumbuh rendah. Oleh karena itu, perusahaan berpotensi tumbuh tinggi akan cenderung di nilai positif oleh investor di banding perusahaan berpotensi tumbuh rendah (Christian Herdinata, 2007:3).
C. Return Saham
Return saham digunakan untuk mengetahui harga saham harian. Dikarenakan setiap hari harga saham berubah-ubah yang dapat mempengaruhi opsi yang di terima oleh perusahaan. Investor akan menanam sahamnya pada perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi. Jika harga saham yang tinggi maka opsi saham yang di terima tinggi. Dan sebaliknya jika harga saham yang rendah maka opsi saham yang di terima rendah juga.
(28)
xxviii
Dalam setiap keputusan Investasi, Investor akan memberikan perhatiannya dan diarahkan pada tingkat pengembalian (rate of return). Investor akan memilih investasi yang menjanjikan tingkat return yang tinggi.
Return dapat diartikan sebagai tingkat pengembalian keuntungan yang diperoleh melalui pemilikan saham selama jangka waktu tertentu. Menurut Harijono (2000) return adalah imbalan yang diharapkan akan diperoleh pada masa yang akan datang.
Abnormal return merupakan tingkat kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sedangkan normal return
merupakan return ekspektasi yaitu return yang diharapkan investor. Jadi
abnormal return adalah selisih antara return yang susungguhnya terjadi dengan return yang diharapkan (Hartono,2000:415 dalam Selviana,2005).
Menurut Kurniawan dan Cristophorus (2001:940) dalam Selviana (2005), Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat investor memperoleh abnormal return karena informasi mengenai kondisi perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) relatif sulit dimengerti oleh pasar secara merata, maka hanya investor ulet yaitu investor yang cepat merespon informasi harga saham di pasar modal yang mampu memperoleh abnormal return. Pengaruh abnormal return ini mengakibatkan berubahnya opsi saham yang dimiliki oleh perusahaan dikarenakan perubahan harga saham dipasaran.
(29)
xxix
E. Cumulative Abnormal Return (CAR)
Cumulative Abnormal Return (CAR) adalah jumlah dari abnormal return dari masing-masing sampel selama periode tertentu. Hasil pengujian CAR menggunakan kolmogorov-smirnov goodness of fit test. CAR digunakan untuk melihat apakah reaksi pasar dapat mempengaruhi ESOP yang dapat di hitung dengan menjumlahkan abnormal return dari masing-masing data tersebut.
F. Average Abnormal Return (AAR)
Average Abnormal Return (AAR) di hitung setelah menghitung
abnormal return kemudian dijumlahkan dan di bagi dengan jumlah saham pada t. AAR digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh reaksi pasar terhadap ESOP, yang dikarenakan harga saham setiap harinya selalu berubah. Untuk melihat perubahan harga saham itu dapat menggunakan event period.
G. Perilaku Oportunistik Eksekutif yang Berkaitan dengan Program Opsi Saham Karyawan (POSK)
Program opsi saham merupakan suatu program yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada eksekutif dan karyawan untuk memiliki saham perusahaan melalui pemberian opsi saham (Putra Astika, 2008:4).
Opsi saham yang diperoleh oleh eksekutif dan karyawan perusahaan melalui program opsi saham mengandung potensi nilai yang sangat
(30)
xxx
ekonomis. Pada tahapan awal pelaksanaan opsi saham, yaitu pada saat diumumkan sampai dengan saat menjelang dihibahkan kepada para eksekutif dan karyawan perusahaan potensi nilai yang terkandung dalam opsi saham belum kelihatan walaupun dalam opsi saham terkandung hak untuk membeli saham dengan harga tertentu (Putra Astika, 2008:4).
Opsi saham belum memiliki nilai jika belum dihibahkan kepada para eksekutif dan karyawan perusahaan sesuai dengan yang diprogramkan. Potensi nilai opsi saham akan mulai kelihatan setelah dihibahkan. Secara psikologi sebagai pemegang opsi para eksekutif dan karyawan perusahaan ingin supaya opsi saham yang dimilikinya bernilai. Untuk mencapai maksud tersebut mereka dapat melakukan dua hal, yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan kinerja. Program kompensasi erat hubungannya dengan usaha keras para eksekutif yang pada umumnya didasarkan pada dua pola pengukuran, yaitu laba bersih dan harga pasar saham. Karyawan akan produktif jika perkiraan nilai kepemilikannya meningkat. Peningkatan nilai inilah yang menjadikan karyawan pemegang opsi saham sangat berkepentingan dengan harga pasar saham (Putra Astika, 2008:4).
b. Melakukan manajemen laba. Asyik (2005) menginvestigasi perilaku eksekutif di sekitar hibah opsi dalam hubungannya dengan nilai intrinsik opsi saham dan menemukan bahwa eksekutif perusahaan
(31)
xxxi
melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan jumlah laba yang dilaporkan menjelang hibah opsi dan melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan jumlah laba yang dilaporkan setelah hibah dilakukan.
Dalam menyukseskan program opsi saham, eksekutif perusahaan menghadapi dua pilihan, yaitu menerima opsi saham dengan harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan yang menguntungkan atau sebaliknya merugikan. Mereka akan menempatkan pilihannya pada pilihan yang pertama, yaitu menerima opsi saham dengan harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan yang menguntungkan (Putra Astika, 2008:5).
Untuk merealisasi harapannya, para eksekutif perusahaan mempengaruhi harga pasar saham melalui informasi keuangan perusahaan dengan melaporkan kinerja perusahaan yang menurun dari periode sebelumnya. Penurunan kinerja perusahaan merupakan bentuk berita buruk bagi pasar dan sangat berpengaruh pada jumlah permintaan dan penawaran terhadap saham perusahaan yang mengarah pada kelebihan penawaran dibandingkan dengan permintaan. Kondisi tersebut akan menurunkan harga pasar saham perusahaan seperti yang diharapkan oleh para eksekutif perusahaan. Harga pasar saham mendorong eksekutif berperilaku oportunistik melalui manajemen laba. Informasi laba digunakan oleh investor sebagai salah satu indikator untuk menilai perusahaan dalam hubungannya dengan prediksi harga pasar saham (Asyik, 2005).
(32)
xxxii
Program opsi saham bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para eksekutif/karyawan perusahaan untuk memiliki saham perusahaam melalui program opsi saham. Dasar pertimbangan yang utama adalah memotivasi pihak-pihak yang menerima opsi saham agar mengeluarkan potensi yang dimilikinya untuk perusahaan. Dalam realitasnya program opsi saham melibatkan negosiasi khususnya negosiasi yang terkait dengan harga yang harus di bayar pemegang opsi pada saat pengambilan hak beli atas saham perusahaan dilakukan. Para eksekutif perusahaan ingin mendapatkan saham tersebut dengan harga murah dan untuk mencapai tujuan tersebut langkah yang diambilnya adalah melaksanakan manajemen laba dengan melaporkan laba lebih rendah dibandingkan dengan yang semestinya menjelang pengumuman dan hibah opsi. Kondisi ini terjadi karena harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan ditentukan berdasarkan rata-rata harga pasar saham sebelum pengumuman opsi. Penelitian empiris, baik yang menginvestigasi perilaku eksekutif perusahaan dengan melakukan manajemen laba maupun dengan memanipulasi informasi untuk mendapatkan
return ekspektasian walau kondisi tersebut akan merugikan prinsipal telah dilakukan oleh Chauvin and Shenoy (2001:70), Baker et al. (2002).
Para eksekutif perusahaan yang memiliki sifat pengambil risiko (risk taker) akan melihat prospek dalam pelaksanaan program opsi saham dan memanfaatkan kesempatan yang tersedia untuk memaksimumkan kepentingannya. Langkah yang diambilnya adalah mempengaruhi harga pasar saham perusahaan melalui manajemen laba dengan cara menurunkan
(33)
xxxiii
dan meningkatkan jumlah laba perusahaan dan mengambil keputusan untuk menerima harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan bila harga tersebut lebih rendah dari pada referensi yang telah ditetapkannya (Putra Astika, 2008:6).
Harga pengambilan hak beli atas saham perusahaan ditentukan dari rata-rata harga pasar saham yang terjadi sebelum pengumuman opsi saham dan laba yang disajikan merupakan produk manajemen laba dengan cara menurunkan jumlah laba perusahaan yang dilaporkan menjelang pengumuman dan pengambilan opsi saham (Baker et al., 2002; Chauvin and Shenoy, 2001:71). Investigasi yang berhubungan dengan manajemen laba dengan cara menurunkan jumlah laba yang dilaporkan dalam pelaksanaan program opsi saham.
H. Akrual Total (AKT)
Penelitian ini menggunakan model Dechow et al. untuk mengestimasi akrual total (AKT). Pertimbangan ketersediaan data dan keakuratan data melandasi pemilihan model Dechow et al. tersebut dalam rangka mengestimasi akrual total. Dalam data ini tidak tersaji catatan atas laporan keuangan yang menyajikan detail atau perincian laporan laba rugi perusahaan. Akrual total yang dimodelkan oleh Dechow et al ini hanya terdiri dari laba bersih dikurangi kas flow operasi di bagi total aktiva tahun sebelumnya (Putra Astika, 2008:6).
(34)
xxxiv
I. Akrual Diskresioner (AD)
Para eksekutif berperilaku oportunistik dalam menyediakan informasi laba pada pelaksanaan program opsi saham karyawan ini. Hal tersebut memungkinkan mereka lakukan karena para eksekutif perusahaan memiliki kewenangan untuk memilih metode dan menetapkan kebijakan yang ada. Perilaku oportunistik para eksekutif perusahaan dapat dideteksi dengan berbagai metode. Salah satunya adalah dengan melihat besarnya akrual diskresioner. Pada penelitian ini akrual diskresioner merupakan proksi dari manajemen laba. Nilai akrual diskresioner sebagai proksi manajemen laba dapat diestimasi dengan menyelisihkan akrual total dengan akrual non diskresioner (Putra Astika, 2008:7).
J. Akrual Non Diskresioner (AND)
Model yang digunakan untuk mengestimasi akrual non diskresioner adalah model jones modifikasiaan (Dechow et al). Akrual non diskresioner ini digunakan untuk mendapatkan hasil akrual diskresioner dikarenakan rumus ini berkaitan dengan akrual diskresioner dan akrual total (Putra Astika, 2008:6).
(35)
xxxv
K. Penelitian Terdahulu
Asyik (2005) menemukan bahwa eksekutif perusahaan memiliki kompetensi untuk mengendalikan laba perusahaan. Menjelang hibah opsi saham (exposure) para eksekutif perusahaan telah melakukan manajemen laba dengan cara menurunkan jumlah akrual diskresioner dengan tujuan agar harga pasar saham perusahaan mengalami penurunan. Kondisi tersebut memungkinkan mereka lakukan karena informasi laba digunakan, baik para investor maupun yang potensial sebagai salah satu indikator untuk menilai perusahaan dalam hubungannya dengan prediksi harga saham.
Penelitian empiris, baik yang menginvestigasi perilaku eksekutif perusahaan dengan melakukan manajemen laba maupun dengan memanipulasi informasi untuk mendapatkan return ekspektasian walaupun kondisi tersebut akan merugikan principal telah dilakukan oleh Chauvin and Shenoy (2001), Baker et al. (2002), dan di Indonesia telah dilakukan oleh Asyik (2005).
Sugiri (2005) memandang bahwa salah satu motivasi manajemen laba adalah mengelabui kinerja ekonomi yang sebenarnya. Hal itu dapat terjadi karena terdapat ketidaksimetrian informasi antara manajemen dan pemegang saham perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa motivasi, yaitu memberikan fondamen atau dasar bagi penelitian di bidang keuangan yang berhubungan dengan
(36)
xxxvi
ESOP di Indonesia. Motivasi selanjutnya, yaitu memperluas penelitian di bidang ESOP serta untuk mendapatkan bukti empiris manfaat ESOP bagi perusahaan (BAPEPAM, 2002:6).
Penelitian reaksi pasar terhadap ESOP telah dilakukan Davidson & Woreell (1994) dan Yeo, et al. (1999) dalam jurnal (Simon. S, 2009:73) menemukan terdapat abnormal return positif dan signifikan disekitar ESOP.
Brenner et al., (2000) menyatakan bahwa program opsi saham merupakan langkah efektif untuk mempersempit problem dan menurunkan biaya keagenan (agency cost) melalui penjajaran kepentingan antara para eksekutif perusahaan dengan para pemegang sahamnya yang mempengaruhi opsi saham yang di terima oleh karyawan.
Di Jepang, 91 persen perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jepang menerapkan ESOP bagi karyawannya. Perusahaan-perusahaan ini memiliki rata-rata produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak menerapkan ESOP (Noe et all, 2003: 508). Penelitian reaksi pasar terhadap ESOP telah dilakukan Mangajun (2004) menemukan terdapat abnormal return positif.
Chang (2002) menemukan abnormal return positif dan signifikan di seputar pengumuman ESOP. Selanjutnya, Christian Herdinata (2007) menemukan terdapat abnormal return negatif di seputar ESOP.
(37)
xxxvii
Studi sebelumnya menemukan bahwa abnormal return negatif sebelum penawaran hibah opsi saham dan positif sesudah penawaran hibah opsi saham (Aboody dan Kasznik, 2000; Chauvin dan Shenoy, 2001). Pola return saham di sekitar penawaran opsi saham konsisten dengan perilaku oportunistik eksekutif yang bertujuan meningkatkan nilai opsi mereka.
(38)
xxxviii
Berdasarkan kajian pustaka, baik teoritis maupun empirik peneliti menggambarkan kerangka pemikiran hubungan ESOP, Perilaku Oportunistik Perusahaan dan Reaksi Pasar adalah sebagai berikut:
M. Hipotesis
ESO
Perilaku Oportunistik Eksekutif • Akrual Total (AKT)
• Akrual Non Diskresioner (AND)
• Akrual Diskresioner (AD) Analisis
Asumsi Klasik
Uji Linearitas
Uji Normalitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Goodness of
Uji T
Uji R2
Uji F
Reaksi Pasar
• Abnormal Return (AR)
• Cumulative Abnormal
Return (CAR)
• Average Abnormal Return
(AAR)
Kolmogrov -
One sample test
(39)
xxxix
Adapun hipotesis yang disusun berdasarkan permasalahan adalah sebagai berikut:
A.
H0 : Reaksi Pasar tidak signifikan terhadap ESOP
H1 : Reaksi Pasar signifikan terhadap ESOP
B.
H0 : Perilaku oportunistik eksekutif tidak signifikan terhadap ESOP
(40)
xl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh reaksi pasar dan perilaku oportunistik eksekutif Perusahaan terhadap ESOP (Employee Stock Option Program) pada pelaksanaan program opsi saham yang dilakukan di BEI periode 2004-2008 atau perusahaan lainnya, kita dapat ruang lingkup yang ada di sana. Dan perlu diketahui bahwa reaksi pasar dan perilaku oportunistik eksekutif perusahaan berpengaruh terhadap ESOP.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling). Ada dua jenis metode pemilihan sampel ini, yaitu; pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling) dan pemilihan sampel berdasarkan kuota. Penelitian ini menggunakan pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan (judgement sampling), yaitu pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu, pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriyanto & Supomo, 2002:131).
Sampel (sampling) yang dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan hasil, yaitu perusahaan yang mengadopsi program opsi saham dari 1 januari
(41)
xli
2004 sampai dengan tanggal 31 Desember 2008. Pemilihan sampel dilakukan secara bersasaran (purposive sampling) dengan pertimbangan untuk mendapatkan sample yang representatif dan sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan sebagai dasar pertimbangan adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengadopsi program opsi saham pada tahun 2004-2008.
b. Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi program opsi saham
(executives stock option program) dan datanya tersedia secara lengkap, baik dalam laporan keuangan utama maupun dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Tabel 1
Perusahaan ESOP Berdasarkan Waktu dan Jenis Industri
No
. Industri Perusahaan ESOP
2004 2005 2006 2007
200 8
1 Pertanian - - - - -
2 Pertambangan - - - - -
3 Industri Dasar dan Kimia 1 1 1 - 2
4 Aneka Industri - - - - -
5 Konsumsi - 1 1 - -
6 Property dan Real Estate - 1 - - -
7 Infrastruktur 1 - - - 2
8 Keuangan 3 1 1 6 5
9 Perdagangan - 1 3 2 4
Total 5 5 6 8 13
Sumber: Data Sekunder Diolah
Penelitian ini menggunakan data archival, yaitu data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti Bapepam, BEI dan sumber lainnya.
(42)
xlii
Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan seperti berikut:
a. Jumlah perusahaan yang melakukan ESOP tahun 2004-2008.
b. Laporan keuangan tahunan dan kuartalan perusahaan yang melakukan ESOP tahun 2004-2008.
c. Tanggal pengambilan keputusan untuk melakukan ESOP. d. Jumlah opsi yang diputuskan untuk dihibahkan.
e. Jumlah modal saham perusahaan pada periode menjelang keputusan dan pengumuman opsi saham.
f. Harga saham penutupan harian tahun 2004-2008. g. IHSG harian tahun 2004-2008.
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu alat yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan berasal dari;
1) Penelitian kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data kepustakaan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang akan di bahas. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal ekonomi dan dengan mencari melalui situs-situs di internet.
2) Data Sekunder
Data sekunder yang di ambil dari PT. Bursa Efek Indonesia, Bapepam dan media yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (JSX
(43)
xliii
Monthly Statistic, Fact Book) dan sumber-sumber lain yang mendukung penelitian ini.
D. Teknik Analisis
Langkah dalam melakukan teknik analisis sebagai berikut: Model Penelitian Hipotesis 1
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa tahapan dalam menganalisis data:
1. Return Saham
Data harga saham penutupan pada setiap perdagangan digunakan untuk menghitung return harian untuk masing-masing saham dengan rumus:
(Pjt – Pjt-1)
Rit =
Pjt-1
Keterangan :
Rjt : Return saham ke-j pada hari ke t Pjt : Harga saham ke-j pada hari ke t
Pjt-1 : Harga saham ke-j pada hari ke t-1
2. Return market
Data penutupan indeks harga saham, dapat digunakan untuk menghitung
return market harian dengan rumus: (Pit – Pit-1)
(44)
xliv
Pit-1
Keterangan :
Rmt : Return pasar pada hari ke t
Pit : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t
Pit-1 : Indeks Harga Saham Gabungan hari ke t-1
3. Menghitung expected return
Expected return adalah pendapatan yang diharapkan dari suatu saham di masa datang yang sesuai dengan tingkat resiko dari saham tersebut. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengestimasi expected return adalah market adjusted model, pada model ini yang menjadi expected return adalah
return ekspektasi pasar:
E (R) = E (Rm)
Berdasarkan model tersebut akan diperoleh keuntungan aktual saham yang menunjukkan adanya pengaruh informasi baru. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return di sekitar tanggal pengumuman ESOP akan di uji normalitasnya dengan kolmogrov-smirnov goodness of fit test. Pengujian yang terkait dengan reaksi pasar digunakan dengan event study untuk mendeteksi abnormal return (AR).
Abnormal return yang ada merupakan akibat reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu, untuk menghitung abnormal return dengan formula sebagai berikut:
ARit = Rit - Rmt
(45)
xlv
ARit : Abnormal return saham ke-i pada hari ke t
Rit : Retrun saham ke-i pada hari ke t
Rmt : Return pasar pada hari ke t
4. Analisis EstimasiAbnormal return
a. Mengukur Cumulative Abnormal Return (CAR)
Untuk menjumlahkan abnormal return selama periode dari masing-masing saham yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan rumus Jogiyanto (2000) sebagai berikut:
di mana:
CARit : Cumulative abnormal return ssham i pada hari t
ARit : Abnormal return saham i pada hari t
b. Mengukur Average Abnormal Return (AAR)
Setelah menghitung abnormal return kemudian dijumlahkan dan di bagi dengan jumlah saham pada t dengan menggunakan rumus:
di mana :
(46)
xlvi
AARi,t : Average Abnormal Return saham pada waktu t
ARi,t : Abnormal Return i pada waktu t n : Jumlah saham
Model Penelitian Hipotesis 2:
Pengujian yang terkait dengan Perilaku oportunistik para eksekutif perusahaan menggunakan model analisis regresi sederhana. Pemilihan model tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa penelitian ini menganalisis ketergantungan suatu variabel dependen melalui prediksi nilai rata-rata variabel dependen dalam hubungannya dengan nilai rata-rata variabel independen yang telah diketahui. Spesifikasi model yang digunakan untuk menguji hubungan antarvariabel tersebut adalah sebagai berikut:
Hasil perhitungan ADid dalam pengujian hipotesis 2 dikalikan dengan
-1 sehingga menggambarkan semakin besar manajemen laba yang dilakukan dengan cara menurunkan laba yang dilaporkan ditunjukkan dengan semakin besarnya akrual diskresioner. Hipotesis akan terdukung bila positif dan secara statistis signifikan.
Dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian apakah nilai konstanta dan koefisien memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap nilai Y. Pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode,
(47)
xlvii
yang pertama dengan uji t yaitu membandingkan nilai thitung dengan ttabel dan
yang kedua dengan uji signifikansi. Berikut adalah pengujiannya : 1. Menguji signifikansi konstanta (a) pada model regresi
Berikut adalah hipotesis yang diajukan: H0 : a = 0 (konstanta a tidak signifikan)
H1 : a 0 (konstanta a signifikan)
Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:
Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ1=µ2
Jika |thitung| > ttabel, maka H0 ditolak
Jika |thitung| < ttabel, maka H1 diterima
2. Menguji signifikansi koefisien b (POS) pada model regresi Berikut adalah hipotesis yang diajukan :
H0 : b = 0 (koefisien b (POS) tidak signifikan)
H1 : b 0 (koefisien b (POS) signifikan)
Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:
Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel di mana µ1=µ2
Jika |thitung| > ttabel, maka H0 ditolak
Jika |thitung| < ttabel, maka H1 diterima
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami
(48)
xlviii
dan diintepretasikan ukuran statistik deskriptif yang digunakan adalah minimum, maksimum, mean dan standar deviasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:170).
Uji analisis :
Uji t yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
one sample t-test. Uji one sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata sampel dengan suatu nilai hipotesis dengan menggunakan nilai probabilitas value (p-value) signifikansi (2-tailed) dengan peringkat signifikansi = 5% (Trihendradi, 2007:73).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa:
Jika t hitung < t Tabel, maka Ho diterima Jika t hitung > t Tabel, maka Ho ditolak Atau
Jika prob sig > 0,05, maka Ho diterima Jika prob sig < 0,05, maka Ho ditolak
Uji regresi :
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang dilakukan dalam uji asumsi klasik adalah sebagai berikut:
(49)
xlix
Uji linearitas dilakukan untuk melihat kesesuaian spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian dari sisi apakah benar hubungan variabel yang diujikan berbentuk linier. Uji linearitas ini menggunakan uji Scatter Plot. Uji linearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan (Bambang Ruswandi, 2009:46)
b. Uji Normalitas
Menurut Singgih Santoso (2002:212), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan, yaitu jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi mengikuti asumsi normalitas, sedangkan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak mengikuti asumsi normalitas. Pengujian dengan uji normalitas untuk model yang digunakan menunjukkan hasil bahwa residual berdistribusi normal. Pernyataan ini didasarkan pada hasil uji normalitas Kolmogorov-smirnof yang menghasilkan nilai signifikansi untuk Standardized Residual di atas 0,1 (tidak signifikan).
(50)
l
Pengujian asumsi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian untuk semua kelompok sampel dalam model regresi menunjukkan hasil bebas dari masalah heteroskedastisitas. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di sebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghazali, 2001:69). Dasar pengambilan keputusan yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2002:210).
d. Uji Autokorelasi
Menurut Bambang Ruswandi (2009:48) Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mengukur ada atau tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Aturan pengujiannya adalah:
1). 1.65 < DW < 2.35 : tidak terjadi autokorelasi 2). 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 : tidak dapat disimpulkan 3). DW < 1.21 atau DW > 2.79 : terjadi autokorelasi
(51)
li 2. Uji Goodness of Fit
a. Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi (R-Square). Jika R-Square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-Square berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai
R-Square semakin mendekati angka 0 berarti semakin lemah
kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Ghazali, 2001:45).
b. Uji statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
(52)
lii
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probability F
lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghazali, 2001:47).
c. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.
(53)
liii
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel independen :
Variabel bebas atau independen variable merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (dependen variable). Adapun yang merupakan variabel bebas (independen) adalah Reaksi Pasar dan Perilaku Oportunistik. Definisi operasional masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut:
A. Reaksi Pasar
Reaksi pelaku pasar modal terhadap informasi yang dipublikasikan di pasar modal dapat diproaksikan dengan variabel abnormal return. Perubahan harga saham akan dapat menggambarkan bentuk efisiensi pasar modal. Semakin efisien pasar, maka semakin cepat informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang ada maka kondisi pasar yang seperti ini dikatakan sebagai pasar efisien (efficient market). Suatu pasar dikatakan efisien jika tidak
(54)
liv
seorangpun baik investor individu maupun investor maupun investor institusi akan mampu memperoleh abnormal return dalam waktu yang lama.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini memiliki beberapa tahapan dalam menganalisis data:
1. Return Saham
Data harga saham penutupan pada setiap perdagangan digunakan untuk menghitung return harian untuk masing-masing saham dengan rumus:
(Pjt – Pjt-1)
Rit =
Pjt-1
Keterangan :
Rjt : Return saham ke-j pada hari ke t Pjt : Harga saham ke-j pada hari ke t
Pjt-1 : Harga saham ke-j pada hari ke t-1
2. Return market
Data penutupan indeks harga saham, dapat digunakan untuk menghitung return market harian dengan rumus:
(Pit – Pit-1)
Rmt =
(55)
lv Keterangan :
Rmt : Return pasar pada hari ke t
Pit : Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke t
Pit-1 : Indeks Harga Saham Gabungan hari ke t-1
3. Menghitung expected return
Expected return adalah pendapatan yang diharapkan dari suatu saham di masa datang yang sesuai dengan tingkat resiko dari saham tersebut. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mengestimasi expected return adalah market adjusted model, pada model ini yang menjadi expected return adalah
return ekspektasi pasar:
E (R) = E (Rm)
Berdasarkan model tersebut akan diperoleh keuntungan aktual saham yang menunjukkan adanya pengaruh informasi baru. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, data abnormal return di sekitar tanggal pengumuman ESOP akan di uji normalitasnya dengan kolmogrov-smirnov goodness of fit test. Pengujian yang terkait dengan reaksi pasar digunakan dengan event study untuk mendeteksi abnormal return (AR). Abnormal return yang ada merupakan akibat reaksi pasar terhadap suatu peristiwa tertentu, untuk menghitung abnormal return dengan formula sebagai berikut:
ARit = Rit - Rmt
di mana :
ARit : Abnormal return saham ke-i pada hari ke t
(56)
lvi Rmt : Return pasar pada hari ke t
a. Mengukur Cumulative Abnormal Return (CAR)
Untuk menjumlahkan abnormal return selama periode dari masing-masing saham yang digunakan dalam penelitian dengan menggunakan rumus Jogiyanto (2000) sebagai berikut:
di mana:
CARit : Cumulative abnormal return ssham i pada hari t
ARit : Abnormal return saham i pada hari t
b. Mengukur Average Abnormal Return (AAR)
Setelah menghitung abnormal return kemudian dijumlahkan dan di bagi dengan jumlah saham pada t dengan menggunakan rumus:
di mana:
AARi,t : Average Abnormal Return saham pada waktu t
ARi,t : Abnormal Return i pada waktu t n : Jumlah saham
(57)
lvii
B. Perilaku Oportunistik Eksekutif yang Berkaitan dengan Program Opsi Saham Karyawan (POSK)
Para eksekutif berperilaku oportunistik dalam menyediakan informasi laba pada pelaksanaan program opsi saham. Hal tersebut memungkinkan mereka lakukan karena para eksekutif perusahaan memiliki kewenangan untuk memilih metode. Perilaku oportunistik para eksekutif perusahaan dapat dideteksi dengan berbagai metode. Salah satunya adalah dengan melihat besarnya akrual diskresioner. Pada penelitian ini akrual diskresioner (AD) merupakan proksi dari manajemen laba. Penelitian ini menggunakan model Dechow et al (1995). untuk mengestimasi akrual total (AKT) serta model Jones modifikasian (Dechow et al.,1995) untuk mengestimasi akrual nondiskresioner.
Pertimbangan ketersediaan data, kesederhanaan, dan keakuratan melandasi pemilihan model Dechow et al. (1995) tersebut dalam rangka mengestimasi akrual total. Penelitian ini menggunakan data kuartalan untuk mengestimasi akrual diskresioner karena peristiwa pengambilan keputusan dalam pelaksanaan opsi saham mulai dari pengumuman opsi, pengambilan hak beli atas saham perusahaan, dan penjualan saham terjadi pada tahun berjalan. Dalam data tersebut tidak tersaji catatan atas laporan keuangan yang menyajikan detail atau perincian laporan neraca dan perincian laporan laba
(58)
lviii
rugi perusahaan. Akrual total yang dimodelkan oleh Dechow et al. (1995) adalah sebagai Berikut:
Dalam persamaan di atas, AKT adalah akrual total, laba bersih yang di maksud adalah laba bersih yang dicapai perusahaan yang berasal dari kegiatan rutin perusahaan, kas flow operasi merupakan kas yang dimiliki perusahaan yang berasal dari kegiatan operasi, dan At-1 adalah total aktiva tahun sebelumnya.
Jones menggunakan regresi untuk memisahkan akrual diskresioner dengan akrual nondiskresioner. Untuk mengestimasi akrual nondiskresioner penelitian ini menggunakan Model Jones Modifikasian (Dechow et al., 1995) dengan model sebagai berikut:
dalam persamaan di atas, AND adalah akrual non diskresioner, Ait-1 adalah total aktiva, REVit adalah perubahan pendapatan (revenue), RECit adalah perubahan piutang dagang, PPEit adalah aktiva tetap, dan adalah residual error.
Dari kedua model di atas maka nilai akrual diskresioner (AD) sebagai proksi manajemen laba dapat diestimasi dengan menyelisihkan akrual total (AKT) dengan akrual nondiskresioner (AND) sebagai berikut:
(59)
lix
Atau
2. Variabel dependen :
Variabel terikat atau dependen variable yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah ESOP.
Definisi operasional masing-masing variabel terikat adalah sebagai berikut:
a. ESOP
ESOP atau Program Opsi Saham Karyawan adalah pemberian hak (opsi) kepada karyawan untuk membeli sebagian saham perusahaan dalam suatu periode tertentu pada tingkat harga yang sudah ditentukan ketika opsi
diberikan (Telaumbauna, 2000:1). ESOP atau Program Opsi Saham Karyawan merupakan program kepemilikan karyawan atas saham perusahaan yang diharapkan dapat meningkatkan sense of belonging sehingga mendukung peningkatan kinerja perusahaan. Hal ini diduga akan mendapat sinyal yang positif (good news) dari para investor. Perkembangan dan fenomena ESOP yang masih relatif baru memerlukan pembuktian atas reaksi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Untuk menguji jumlah opsi saham yang direncanakan dan diputuskan perusahaan untuk dihibahkan kepada para eksekutif dan karyawan
(60)
lx
perusahaan yaitu diproksi dengan proporsi opsi saham (POS) (Putra Astika, 2008:8).
Jumlah opsi saham yang diputuskan untuk dihibahkan dalam jendela kejadian (event window) diyakini mampu menjelaskan perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh para eksekutif perusahaan dengan cara menurunkan jumlah laba yang dilaporkan. Keyakinan ini menjadikan jumlah opsi saham ditempatkan sebagai variabel independen. Semakin besar proporsi opsi saham yang diputuskan untuk dihibahkan kepada eksekutif dan karyawan perusahaan semakin besar pula manajemen laba yang menurunkan laba laporan dilakukan oleh para eksekutif perusahaan (Putra Astika, 2008:7).
Variabel tersebut di proksi dengan jumlah opsi saham yang diputuskan untuk dihibahkan dalam jendela kejadian (event window) di deflasi dengan jumlah saham yang telah dikeluarkan perusahaan (outstanding stock) pada akhir periode sebelumnya (t-1) sebagai nilai proporsi opsi saham. Proksi tersebut digunakan sebagai variabel independen untuk menguji fenomena manajemen laba menjelang keputusan dan pengumuman program opsi saham (Putra Astika, 2008:8). Detail perhitungannya adalah sebagai berikut:
Keterangan :
POS : Proporsi opsi saham
JOS : Jumlah opsi saham yang diputuskan untuk dihibahkan
JSB : Jumlah saham yang beredar pada awal tahun atau akhir periode sebelumnya (t-1)
(61)
lxi
Pemilihan proksi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa rasio saham yang akan dilepaskan perusahaan menarik minat para eksekutif/karyawan perusahaan untuk memiliki saham perusahaan. Koefisien variabel proporsi opsi saham (POS) dalam penelitian ini juga diharapkan positif.
(62)
lxii
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif Statistik
Saham ESOP terdiri dari 57 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. Namun, pada periode 1 Januari 2004 sampai 31 Desember 2008 perusahaan yang konsisten masuk dalam kelompok saham ESOP berjumlah 37 Perusahaan, yaitu:
Tabel 2
Perusahaan yang Konsisten Tergabung Dalam Kelompok Saham ESOP Periode 1 Januari 2004-31 Desember 2008
No. Kode Emiten Nama Emiten
1 BNGA Bank Niaga Tbk
2 ISAT Indosat Tbk
3 DYNA Dynaplast Tbk
4 MKDO Makindo Tbk
5 BBNI Bank Negara
6 APEX Apexindo
7 BMTR Global Mediacom
8 IDKM Indosiar Karya
9 SHDA Sari Husada
10 TRIM Trimegah
11 APEX Apexindo
12 BDMN Bank Danamon
13 BMTR Global Mediacom 14 MASA Multistrada
No. Kode Emiten Nama Emiten
15 MTDL Metrodata
16 SHDA Sari Husada
17 BMTR Global Mediacom
18 BNGA Bank Niaga Tbk
19 BNGA Bank Niaga Tbk
20 BNII Bank International Indonesia Tbk 21 BNII Bank International Indonesia Tbk 22 BNII Bank International Indonesia Tbk 23 BNII Bank International Indonesia Tbk
(63)
lxiii
Sumber : JSX Statistix
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas elektronik dengan menggunakan microsoft excel dan SPSS versi 13.0 forwindows untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Langkah pertama dalam penelitian ini adalah melakukan penentuan sampel dengan metode purposive sampling atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan perusahaan yang tergabung dalam saham ESOP atau Program opsi Saham Karyawan.
Statistik deskriptif dari variabel CAR pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini. Statistik deskriptif ini berfungsi untuk memberikan gambaran umum tentang data yang akan digunakan sebagai dasar untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 3
24 IATA Indonesia Air
25 APEX Apexindo
26 APEX Apexindo
27 BDMN Bank Danamon
28 BDMN Bank Danamon
29 BDMN Bank Danamon
30 BNGA Bank Niaga Tbk
31 BNGA Bank Niaga Tbk
32 BMTR Global Mediacom 33 BMTR Global Mediacom 34 BMTR Global Mediacom 35 PGAS Perusahaan Gas 36 PGAS Perusahaan Gas
(64)
lxiv
Statistik Deskriptif Variabel CAR
Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Dev.
Standar
CAR 7 -0.97 0.29 -0.1455 0.4325
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data yang digunakan sebanyak 7 periode dengan nilai CAR minimum adalah -0.97 dan nilai CAR maksimum sebesar 0.29. Dengan rata-rata nilai CAR sebesar -0.1455 dan standar deviasi sebesar 0.4325.
Tabel 4
Statistik Deskriptif Variabel POS dan AD Descriptive Statistics
37 .00000 1003.009 29.34459 164.62675605 37 -1.67304 50.95048 1.2083051 9.53391120 37
POS AD
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Sumber: Data yang diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah perusahaan yang di analisis sebanyak 37 perusahaan. Dengan Proporsi Opsi Saham tertinggi sebesar 1003.009 dan terendah sebesar 0.0000 dengan rata-rata proporsi opsi saham sebesar 29.34459 dan standar deviasi 164.62675605.
Sedangkan untuk Akrual Diskresioner (AD) nilai tertinggi sebesar 50.95048 dan terendah -1.67304 dan rata-rata 1.2083051 dengan standar deviasi 9.53391120.
B. Hasil dan Pembahasan
(65)
lxv
1.1 Pengujian Normalitas Data
Hasil pengujian normalitas data menggunakan kolmogorov smirnov test terhadap variabel CAR dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Hasil Pengujian Normalitas Data
Variabel N K-S-Z Asymp. Sig (2-tailed)
CAR 7 0.896 0.399
Hasil pengujian kolmogorov-smirnov goodness of fit test menunjukkan bahwa variabel CAR data berdistirbusi normal karena nilai 2 tailed p > 0.05.
Tabel 6
Perhitungan Average Abnormal Return (AAR) pada Event Periode
Periode AAR % Positif T-Hitung Z-Sign Test
-3 -0.0037435 0.127 -0.672 0.594
-2 0.00788866 0.208 1.144 0.081
-1 -0.0262421 0.326 -1.183 0.000
0 -0.0026912 0.154 -0.755 0.346
1 0.00188061 0.155 0.366 0.339
2 -0.0006948 0.124 -0.128 0.616
3 0.000927 0.073 0.373 0.842
Sumber : Data yang diolah
AAR yang terjadi selama event periode cenderung negatif. Perhitungan t–hitung dan z-sign test secara keseluruhan tidak signifikan karena hitung < t-tabel (2,03). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Reaksi Pasar tidak berpengaruh pada ESOP.
Hal ini disebabkan ESOP merupakan fenomena yang relatif baru bagi investor, sehingga di anggap memiliki risiko dan belum ada kepastian keuntungan yang diperoleh. Investor juga memprediksi akan terjadi dilution
(1)
civ
19/05/2008 21/05/2008 22/05/2008 23/05/2008 26/05/200
SCMA PERDAGANGAN SAHAM 1000 950 1000 1020 102
(2)
cv Lampiran 6 Return Saham (Rit)
No. Periode -3 -2 -1 0 1 2 3
1 BNGA -0.125 0.142857 0 0 0 0 0
2 ISAT -0.01923 -0.02614 0.00671141 0.04 0.01282051 0 0
3 DYNA -0.01695 0 -0.0344828 0 0 0 0
4 MKDO 0 0 0 0 0 0 0
5 BBNI 0.022222 0.043478 0 0 -0.0208333 0.06382979 -0.03
6 APEX 0.066667 -0.025 0 -0.0128205 -0.012987 0 0
7 BMTR 0 0 -0.047619 0 0 0 0
8 IDKM 0 0.015873 0 -0.015625 0 0 0
9 SHDA 0 0.026316 0 0.02564103 -0.025 0 0
10 TRIM -0.02703 0 0.02777778 0 0 -0.027027 0.013889 11 APEX -0.02778 0 0 0 0.08571429 0.01315789 -0.00649 12 BDMN -0.02381 0.00813 0.00806452 0.016 0.00787402 -0.0234375 0.012 13 BMTR -0.04348 0 0 0 0.04545455 -0.0434783 0.022727 14 MASA 0.078947 0.097561 -0.0222222 -0.0227273 0.02325581 -0.0227273 0.011628
15 MTDL 0 0 0 0.07142857 0 -0.0666667 0.035714
16 SHDA 0 -0.0411 0 0 0 0 0
17 BMTR 0 0.008264 -0.0163934 -0.0083333 -0.0168067 -0.008547 0.00431 18 BNGA 0.022472 0 0 0.01098901 0.01086957 0.03225806 -0.01563 19 BNGA 0.032258 -0.01042 -0.0315789 -0.0434783 -0.0340909 0.03529412 -0.01705
20 BNII 0.020408 0.04 0 -0.0192308 -0.0196078 0 0
21 BNII 0.020408 0.04 0 -0.0192308 -0.0196078 0 0
22 BNII 0.019231 -0.01887 -0.0384615 0.02 0.03921569 0.05660377 -0.02679 23 BNII 0.017241 -0.01695 -0.0172414 -0.0350877 0.03636364 0 0 24 IATA -0.00752 0 0 -0.0151515 -0.0230769 0.02362205 -0.01154 25 APEX -0.01587 0.005376 -0.0053476 0.00537634 -0.0160428 0 0
26 APEX 0 0.023529 0 0 0 0.02298851 -0.01124
27 BDMN -0.07333 0.035971 0.01388889 -0.0205479 -0.0629371 -0.0149254 0.007576 28 BDMN -0.01653 0.008403 0.00833333 -0.0247934 -0.0169492 -0.0172414 0.008772 29 BDMN 0.009091 0 0 -0.045045 0 0.00943396 -0.00467 30 BNGA 0.011236 -0.03333 -0.0114943 0 -0.0116279 0.01176471 -0.00581 31 BNGA 0.026667 -0.02597 -0.0266667 0 -0.0273973 -0.028169 0.014493 32 BMTR 0 0.142857 -0.0333333 0.01724138 -0.0084746 -0.034188 0.017699 33 BMTR 0 -0.02857 -0.0147059 -0.0149254 0 -0.0151515 0.007692
34 BMTR -0.03158 0 0 -0.0434783 0 0 0
35 PGAS -0.09155 0.01938 -0.0228137 -0.0622568 -0.153527 0.21078431 -0.08704 36 PGAS 0.020921 -0.04918 -0.8168103 0.04705882 0.11235955 -0.020202 0.010309
(3)
cvi Lampiran 7 Return Market (Rmt)
No Periode -3 -2 -1 0 1 2 3
1 BNGA 0.005321 -0.00776 0.01826122 0.00245016 -0.0145735 -0.0279403 0.014372 2 ISAT -0.01791 -0.00773 0.00724559 0.04460083 0.01648659 0.02766576 -0.01346 3 DYNA -0.00861 0.01166 -0.0067567 0.00538982 -0.0004164 0.00839063 -0.00416 4 MKDO 0.018298 0.008234 0.00761334 0.00828372 -0.0090068 0.01620347 -0.00797 5 BBNI 0.013937 0.009842 0.00240734 -0.0009061 0.00341251 0.00471394 -0.00235 6 APEX 0.008951 0.004036 0.00712285 -0.0089403 0.00912637 0.00395331 -0.00197 7 BMTR -0.01075 0.003978 0.00328947 -0.0018427 0.00668523 0.00463047 -0.0023 8 IDKM -0.00298 -3E-05 0.00680268 -0.0091868 0.0249986 0.01259723 -0.00622 9 SHDA -0.0018 -0.00377 -0.0093526 -0.0024356 0.03092186 -0.0084314 0.004252 10 TRIM 0.004766 0.012564 0.00880904 -0.0053801 0.00271384 0.00160051 -0.0008 11 APEX 0.005118 0.000243 0.00923683 -0.002348 0.01943389 -0.007539 0.003798 12 BDMN 0.009071 -0.00013 -0.0001591 0.00831007 -0.0020583 -0.0284744 0.014654 13 BMTR -0.01329 0.002821 0.00418357 0.016406 -0.0025766 -0.0057492 0.002891 14 MASA -0.00237 -0.00488 -0.0012762 0.00191861 0.00291861 -0.005687 0.00286 15 MTDL -0.00041 -0.00236 0.01760421 0.0146271 -0.009429 0.00256226 -0.00128 16 SHDA -0.00014 -0.00683 0.00774899 -0.0044443 0.01318677 0.00464863 -0.00231 17 BMTR 0.011034 0.001053 -0.0172605 -0.0098879 -0.0211775 0.00835744 -0.00414 18 BNGA 0.01842 0.004454 0.02428569 0.00379121 0.01422795 0.00588465 -0.00293 19 BNGA 0.005885 -0.01597 -0.0238664 -0.0266522 -0.0388146 0.03939509 -0.01895 20 BNII 0.004454 0.024286 0.00379121 0.01422795 0.00588465 -0.0159705 0.008115 21 BNII 0.004452 0.024286 0.00379121 0.01422795 0.00588465 -0.0159705 0.008115 22 BNII 0.001355 0.001258 -0.0294895 0.00271319 -0.0189822 0.0269954 -0.01314 23 BNII -0.01651 0.006899 -0.0160172 -0.033595 0.01299723 -0.0076773 0.003868 24 IATA 0.017512 0.010786 0.00172848 -0.0185683 -0.0398365 0.02279711 -0.01114 25 APEX -0.00314 0.012464 0.01111152 0.00253041 -0.0073814 0.02736848 -0.01332 26 APEX 0.003633 0.025029 0.00183424 0.00244983 -0.0055777 -6.229E-05 3.11E-05 27 BDMN -0.04446 0.005914 0.01639734 -0.033453 -0.0224382 -0.0395548 0.020592 28 BDMN -0.01427 -0.01349 -0.0058955 0.01185543 -0.0001701 -0.0040412 0.002029 29 BDMN 0.004579 -0.0009 0.00488401 -0.0189727 0.00915287 0.00450572 -0.00224 30 BNGA -0.00502 -0.00424 -0.0595795 0.0565809 -0.0038431 0.00203762 -0.00102 31 BNGA 0.009504 -0.00712 -0.0325802 0.00139696 -0.0348188 0.02165698 -0.0106 32 BMTR 0.011286 0.016796 -0.0142605 0.01321557 -0.0168799 0.00794686 -0.00394 33 BMTR -0.0134 0.017614 -0.0098954 -0.0033298 -0.0166768 -0.012995 0.006583 34 BMTR 0.00592 0.013754 -0.0135569 -0.0355628 0.00781741 -0.0048652 0.002444 35 PGAS -0.04957 0.023812 -0.0091707 -0.0414693 -0.0859482 0.0865763 -0.03984 36 PGAS -0.00488 -0.01534 0.00208119 -0.0071448 0.01437069 0.00042429 -0.00021
(4)
cvii
37 SCMA -0.01735 -0.00803 -0.0045501 -0.0102774 -0.0142353 0.00812277 -0.00403
Lampiran 8
Abnormal Return (AR), Cumulative Abnormal Return (CAR) dan Average Abnormal Return (AAR)
AR No Periode
-3 -2 -1 0 1 2 3 CAR AAR
1 BNGA -0.1303 0.1506 -0.0183 -0.0025 0.0146 0.0279
-0.0144 0.04209728 0.001137 2 ISAT -0.0013 -0.0184 -0.0005 -0.0046 -0.0037 -0.0277 0.0135 -0.0562046 -0.00151 3 DYNA -0.0083 -0.0117 -0.0277 -0.0054 0.0004 -0.0084 0.0042 -0.0610905 -0.00165 4 MKDO -0.0183 -0.0082 -0.0076 -0.0083 0.0090 -0.0162 0.0080 -0.0496257 -0.00134 5 BBNI 0.0083 0.0336 -0.0024 0.0009 -0.0242 0.0591
-0.0277 0.07529075 0.002034 6 APEX 0.0577 -0.0290 -0.0071 -0.0039 -0.0221 -0.0040 0.0020 -0.0083905 -0.00022 7 BMTR 0.0107 -0.0040 -0.0509 0.0018 -0.0067 -0.0046 0.0023 -0.0536111 -0.00144 8 IDKM 0.0030 0.0159 -0.0068 -0.0064 -0.0250 -0.0126 0.0062 -0.0319488 -0.00086 9 SHDA 0.0018 0.0301 0.0094 0.0281 -0.0559 0.0084
-0.0043 0.02182424 0.000589 10 TRIM -0.0318 -0.0126 0.0190 0.0054 -0.0027 -0.0286 0.0147 -0.0513493 -0.00138 11 APEX -0.0329 -0.0002 -0.0092 0.0023 0.0663 0.0207
-0.0103 0.04695015 0.001268 12 BDMN -0.0329 0.0083 0.0082 0.0077 0.0099 0.0050
-0.0027 0.00625744 0.000169 13 BMTR -0.0302 -0.0028 -0.0042 -0.0164 0.0480 -0.0377 0.0198 -0.0432975 -0.00117 14 MASA 0.0813 0.1024 -0.0209 -0.0246 0.0203 -0.0170 0.0088 0.14146867 0.003823 15 MTDL 0.0004 0.0024 -0.0176 0.0568 0.0094 -0.0692 0.0370 -0.0178328 -0.00048 16 SHDA 0.0001 -0.0343 -0.0077 0.0044 -0.0132 -0.0046 0.0023 -0.0552668 -0.00149 17 BMTR -0.0110 0.0072 0.0009 0.0016 0.0044 -0.0169 0.0085 -0.0139346 -0.00037 18 BNGA 0.0041 -0.0045 -0.0243 0.0072 -0.0034 0.0264
-0.0127 0.00552527 0.000149 19 BNGA 0.0264 0.0056 -0.0077 -0.0168 0.0047 -0.0041 0.0019 0.00801129 0.000216 20 BNII 0.0160 0.0157 -0.0038 -0.0335 -0.0255 0.0160
-0.0081 -0.0151036 -0.00040 21 BNII 0.0160 0.0157 -0.0038 -0.0335 -0.0255 0.0160
-0.0081 -0.0151017 -0.00040 22 BNII 0.0179 -0.0201 -0.0090 0.0173 0.0582 0.0296
-0.0136 0.09387146 0.002537 23 BNII 0.0337 -0.0238 -0.0012 -0.0015 0.0234 0.0077
-0.0039 0.03822701 0.001033 24 IATA -0.0250 -0.0108 -0.0017 0.0034 0.0168 0.0008
(5)
cviii
25 APEX -0.0127 -0.0071 -0.0165 0.0028 -0.0087 -0.0274 0.0133 -0.0694677 -0.00187 26 APEX -0.0036 -0.0015 -0.0018 -0.0024 0.0056 0.0231
-0.0113 0.01921151 0.000519 27 BDMN -0.0289 0.0301 -0.0025 0.0129 -0.0405 0.0246
-0.0130 -0.0042886 -0.00011 28 BDMN -0.0023 0.0219 0.0142 -0.0366 -0.0168 -0.0132 0.0067 -0.0327651 -0.00088 29 BDMN 0.0045 0.0009 -0.0049 -0.0261 -0.0092 0.0049
-0.0024 -0.0297721 -0.00080 30 BNGA 0.0163 -0.0291 0.0481 -0.0566 -0.0078 0.0097
-0.0048 -0.0193909 -0.00052 31 BNGA 0.0172 -0.0189 0.0059 -0.0014 0.0074 -0.0498 0.0251 -0.0395777 -0.00106 32 BMTR -0.0113 0.1261 -0.0191 0.0040 0.0084 -0.0421 0.0216 0.06599885 0.001783 33 BMTR 0.0134 -0.0462 -0.0048 -0.0116 0.0167 -0.0022 0.0011 -0.0346756 -0.00093 34 BMTR -0.0375 -0.0138 0.0136 -0.0079 -0.0078 0.0049
-0.0024 -0.0485634 -0.00131 35 PGAS -0.0420 -0.0044 -0.0136 -0.0208 -0.0676 0.1242
-0.0472 -0.0242089 -0.00065 36 PGAS 0.0258 -0.0338 -0.8189 0.0542 0.0980 -0.0206 0.0105 -0.6953617 -0.01879 37 SCMA -0.0326 0.0607 0.0246 0.0103 0.0142 -0.0277 0.0140 0.04934894 0.001333
(6)