BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Dalam dakwaan yang digunakan oleh jaksa dalam surat dakwaan ini adalah
dakwaan tunggal dengan menggunakan pasal 368 ayat 1 KUHP. Bentuk dakwaan tungal ini dipakai karena tidak adanya keraguan oleh jaksa untuk
mengidentifikasi tindak pidana apakah yang dilakukan oleh para terdakwa. Dengan tidak adanya keraguan tersebut, maka jaksa dapat membuat dakwaan
dengan bentuk dakwaan tunggal. Dalam kasus ini dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah sesuai.
2. Dalam
kasus putusan
Pengadilan Negeri
Sibolga Nomor
266Pid.B2014PN.Sbg para
terdakwa telah
dapat dimintai
pertanggungjawaban pidananya karena telah memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana yaitu adanya kemampuan bertanggungjawab,
adanya kesalahan yang berbentuk kesengajaan dolus, serta tidak adanya alasan yang menghapuskan kesalahan para terdakwa alasan pemaaaf.
Adapun bentuk pertanggungjawaban yang dibebankan kepada para terdakwa yaitu berupa penjatuhan pidana penjara selama 2 dua tahun sudalah tepat.
Universitas Sumatera Utara
B. SARAN
1. Hendaknya Jaksa Penuntut Umum menuntut terdakwa dengan hukuman
maksimal sebab perbuatan para terdakwa sangat merugikan para korban baik secara materil maupun secara moril, sebagaimana para terdakwa melakukan
pengancaman dengan menggunakan senjata tajam yang ditujukan kebagian tubuh para korban serta kata-kata ancaman yang sangat menakutkan kepada
para korban. Dengan tuntutan yang berat, maka hakim dapat menjatuhkan hukuman terhadap para terdakwa sesuai dengan surat dakwaan yang dibuat
oleh Jaksa Penuntut Umum demi memberikan rasa keadilan kepada para korban dan kepada masyarakat.
2. Hendaknya terdakwa dihukum lebih berat lagi untuk memberikan efek jera
kepada terdakwa, dengan adanya pidana yang dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana pemerasan dengan ancaman dapat menimbulkkan efek jera dan
memberi kesadaran kepada para pihak lain agar tidak melakukan tindak pidana pemerasan dengan ancaman dalam kehidupan masyarakat sehingga
keamanan dan kenyamanan tercipta di dalam masyarakat demi mewujudkan kehidupan yang harmonis.
Universitas Sumatera Utara
BAB II Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Terhadap Tindak Pidana Pemerasan
Dengan Menggunakan Senjata Tajam Yang Dilakukan Secara Bersama- Sama Dalam Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor
266Pid.B2014Pn.Sbg A.
Tinjauan Umum Mengenai Dakwaan 1.
Pengertian Surat Dakwaan
Periode HIR surat dakwaan disebut surat tuduhan atau acte van beshuldiging, seperti yang ditegaskan pada Pasal 140 ayat 1 KUHAP, diberi
nama surat dakwaan. Atau dimasa yang lalu surat dakwaan lazim disebut acte van verweijzing, dalam istilah hukum Inggris disebut imputation atau indictment.
31
Menurut Mr.I.A.Negerburgh Surat ini adalah sangat penting dalam pemeriksaan perkara pidana, karena ialah yang merupakan dasarnya,dan
menentukan batas-batas bagi pemeriksaan hakim.Memang pemeriksaan itu tidak batal jika batas-batas ittu dilampaui,tetapi putusan hakim hanyalah boleh
mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batas-batas itu
32
. Surat dakwaan merupakan dasar penuntutan perkara pidana yang dibuat
oleh jaksa penuntut umum dan diajukan ke pengadilan dengan adanya surat dakwaan tersebut berarti ruang lingkup pemeriksaan telah dibatasi dan jika dalam
pemeriksaan terjadi penyimpangan dari surat dakwaan, maka hakim ketua sidang
31
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2001, hlm. 386.
32
Harun M. Husein, Surat Dakwaan:Tekhnik Penyusunan, Fungsi dan Permasalahannya, Jakarta : Rineka Cipta, 1994. hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai wewenang untuk memberikan teguran kepada jaksa atau penasihat hukum tesangka.
33
Surat dakwaan adalah pijakan dasar bagi proses persidangan pidana di ranah hukum pidana di Indonesia. Tetapi ada kalanya surat dakwaan itu
mempunyai kesalahan sehingga diperlukan suatu perubahan surat dakwaan. Perubahan surat dakwaan terkait erat dengan Pasal 143 dan 144 KUHAP, yang
mana pada Pasal 143 KUHAP mengenai syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi dalam surat dakwaan, sedangkan Pasal 144 KUHAP adalah tentang
perubahan surat dakwaan. Pasal 143 KUHAP :
2 Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi :
a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana
itu dilakukan. 3 Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana di maksud
dalam ayat 2 huruf b batal demi hukum. 4 Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan
kepada tersangka atau kuasanya atau penasihat hukumnya dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan penyampaian surat pelimpahan
perkara tersebut ke pengadilan negeri.
Pasal 144 KUHAP : 1 Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum pengadilan
menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan penuntutannya.
2 Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai.
3 Dalam hal penuntut umum mengubah surat dakwaan ia menyampaikan turunannya kepada tersangka atau penasihat hukum dan penyidik.
Penuntut umum hanya dapat melakukan pengubahan surat dakwaan dalam dua waktu, yakni pertama sebelum pengadilan menetapkan hari sidang, yang
33
Kuswindiarti. 2009. “Pola Pembelaan Dalam Memberikan Bantuan Hukum Terhadap
terdak wa dalam Proses Pemeriksaan di Pengadilan” JURNAL MANAJERIAL. Vol. 5, No.2
Universitas Sumatera Utara
pengubahan surat dakwaan dapat dilakukan beberapa kali vide Pasal 144 ayat 1 KUHAP, dan kedua hanya satu kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum
sidang dimulai vide Pasal 144 ayat 2 KUHAP. Sedangkan hak terdakwatersangka adalah memperoleh turunan surat dakwaan yang telah diubah.
Dalam teknis perkara, jika perubahan ini dilakukan tidak sesuai waktu yang telah disebutkan di atas, terdakwa memperoleh hak untuk menolak
disidangkan dengan dasar dakwaan yang telah dirubah tidak sesuai Pasal 144 KUHAP. Jika seandainya turunan surat dakwaan dengan surat dakwaan di tangan
majelis hakim tidak mempunyai kesamaan, maka terdakwa mempunyai hak untuk menolak disidangkan dengan alasan adanya kerancuan surat dakwaan yang
selanjutnya dapat meminta kepada majelis hakim untuk menjatuhkan putusan berupa surat dakwaan tidak dapat diterima.
34
2. Fungsi Surat Dakwaan
Surat Dakwaan menempati posisi sentral dan strategis dalam pemeriksaan perkara pidana di Pengadilan, karena itu surat dakwaan sangat
dominan bagi keberhasilan pelaksana tugas penuntutan. Fungsi Surat Dakwaan dapat dikategorikan sebagai berikut :
35
a. Bagi Pengadilan Hakim
Surat Dakwaan merupakan dasar dan sekaligus membatasi ruang lingkup pemeriksaan,dasar pertimbangan dalam penjatuhan keputusan serta
Surat dakwaan juga akan memperjelas aturan-aturan hukum mana yang dilanggar oleh
34
http:abdulahffandi.wordpress.com20111007kapan-dapat-dilakukan-perubahan-surat -dakwaan,Diakses pada Tanggal 21 Januari 2017 Pukul 01.36 Wib.
35
http:panduanhukum.blogspot.co.id201205fungsidandasarpembuatansurat.html?m=1, diakses pada Tanggal 21 Januari 2017 Pukul 00.51 Wib.
Universitas Sumatera Utara
terdakwa. Dengan demikian, hakim tidak boleh memutuskan atau mengadili perbuatan pidana yang tidak didakwakan.
36
b. Bagi Penuntut Umum
Bagi seorang penuntut umum surat dakwaan merupakan dasar pelimpahan perkara, karena dengan pelimpahan perkara tersebut penuntut umum meminta
agar perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam sidang pengadilan, atas dakwaan yang dilampirkan dalam pelimpahan perkara tersebut.
Dalam tahap
selanjutnya, surat
dakwaan itu
menjadi dasar
pembuktianpembahasan yuridis, dasar tuntutan pidana dan akhirnya merupakan dasar upaya hukum.
c. Bagi TerdakwaPenasehat Hukum
Bagi terdakwapenasihat hukum surat dakwaan merupakan dasar untuk mempersiapkan pembelaan dan oleh karena itulah surat dakwaan harus disusun
secara cermat, jelas dan lengkap.
3. Prinsip Surat Dakwaan
Membicarakan prinsip surat dakwaan harus disesuaikan dengan ketentuan KUHAP, sebab prinsip yang diatur dalam HIR dengan KUHAP terdapat beberapa
perbedaan.Terutama yang menyangkut pasal 83 HIR, yang menegaskan surat tolakan jaksa bukan merupakan surat tuduhan dalam arti kata yang sebenarnya.
Yang membuat surat tuduhan menurut HIR adalah Ketua Pengadilan Negeri, yang mempunyai wewenang untuk mengubah isi tolakan jaksa. Ketua Pengadilan
36
Ramelan mantan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, dalam bukunya Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi, pada halaman 162.
Universitas Sumatera Utara
Negeri tidak terikat pada isi tolakan jaksa. Itu sebabnya, sistem pembuatan surat dakwaan menurut HIR, jaksa sebagai penuntut umum belum sempurna berdiri
sendiri, masih berada dibawah pengawasan Ketua Pengadilan Negeri. Barangkali disebabkan anggapan pada masa pembuatan HIR, sebagian besar penuntut umum
belum begitu mahir menyusun perumusan yuridis, jika dibandingkan dengan para hakimKetua Pengadilan Negeri, pada umumnya terdiri dari sarjana hukum.
37
Menurut KUHAP kedudukan jaksa sebagai penuntut umum semakin dipertegas dalam posisi sebagi instansi yang berwenang melakukan penuntutan
Pasal 1 butir 7 dan Pasal 137. Dalam posisi sebagai aparat penuntut umum, pasal 140 ayat 1 menegaskan wewenang penuntut umum untuk membuat surat
dakwaan tanpa campur tangan instansi lain. Penuntut umum “berdiri sendiri” dan sempurna volwaardig dalam pembuatan surat dakwaan. Bertitik tolak dari
ketentuan pasal 1 butir 7 dan pasal 137 serta pasal 140 ayat 1, kedudukan penuntut umum dalam pembuatan surat dakwaan dapat dijelaskan :
a. Pembuatan surat dakwaan dilakukan secara sempurna dan berdiri sendiri atas
wewenang yang diberikan Undang-undang kepada penuntut umum. b.
Surat Dakwaan Adalah Dasar Pemikiran Hakim Hakim dalam menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan suatu perkara,
khususnya perkara pidana memerlukan waktu yang cukup panjang.
38
Oleh karena itu pendekatan pemeriksaan persidangan, harus bertitik tolak dan diarahkan
kepada usaha membuktikan tindak pidana yang dirumuskan dalam surat dakwaan.
37
Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 389.
38
https:zulfanlaw.wordpress.com20080710dasar-pertimbangan-hakim-dalammenjat uhkan-putusan-bebas-demi-hukum,diakses tanggal 13, Agustus 2016, pukul 18.43. Wib.
Universitas Sumatera Utara
c. Hanya Jaksa Penuntut Umum yang Berhak dan Berwenang Menghadapkan
dan Mendakwa Seseorang yang Dianggap Melakukan Tindak Pidana di Muka Sidang Pengadilan.
Bahwa selain dari melakukan penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap executive
ambtenaar. Kejaksaan juga memiliki tugas dan wewenang dalam bidang pidana lainnya yakni melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana
bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat; melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik
39
4. Syarat-syarat Surat Dakwaan
Dakwaan harus memiliki dua syarat sesuai dengan Pasal 143 ayat 2 KUHAP disebutkan bahwa surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi : a.
Syarat Formal Syarat formal memuat hal-hal yang berhubungan dengan :
1 Surat dakwaan harus memuat secara lengkap identitas terdakwa yang
meliputi : Nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka.
2 Surat Dakwaan harus dibuat tanggal,
39
http:minsatu.blogspot.co.id201107peran-jaksa-penuntut-umum-dalam.html ,diakses tanggal 13, Agustus, 2016, Pukul 19.15.Wib.
Universitas Sumatera Utara
3 Ditandatangani oleh Penuntut Umum Jaksa
40
. b.
Syarat Materiil Syarat Materiil memut dua unsur yang tak boleh dilalaikan :
1 Dalam surat dakwaan harus berisi uraian cermat, jelas dan lengkap
mengenai tindak pidana yang didakwakan. 2
Menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan tempus delicti dan locus delicti
5. Bentuk Surat Dakwaan
Surat dakwaan merupakan landasan titik tolak pemeriksaan perkara di sidang pengadilan.Surat dakwaan harus memenuhi syarat formil dan meteriil yang
ditentukan Pasal 143 ayat 2 KUHAP. Kadang dalam peristiwa pidana tertentu, penyusunan rumusan surat dakwaan harus dibuat dalam bentuk rumusan spesifik
sesuai dengan ruang lingkup peristiwa pidana yang terjadi dihubungkan dengan kenyataan perbarengan atau consursus yang terkandung di dalam perbuatan
peristiwa tindak pidana yang bersangkutan. Terutama dalam kasus yang rumit seperti dalam peristiwa pidana yang mengandung concurus idealis maupun
concurus realis, benar diperlukan kecermatan dan keluasan pengetahuan hukum acara dan hukum pidana materiil dari penuntut umum yang membuat perumusan
surat dakwaan. Sebab dalam kasus-kasus peristiwa pidana yang mengandung samenloop atau perbarengan seperti:
a. Dalam aturan concursus idealis yang diatur dalam Pasal 63 KUHAP.
b. Perbarengan dalam perbuatan atau concursus realis:
40
https:sesukakita.wordpress.com20120528surat-dakwaanmore-1006,Diakses tanggal 14, Agustus, 2016, Pukul 21.34.Wib.
Universitas Sumatera Utara
1 Sejenis ancaman hukum pokoknya seperti yang diatur dalam Pasal 65
KUHP. 2
Tidak sejenis ancaman hukuman pokok seperti yang di atur dalam Pasal 66 KUHP.
3 Perbarengan perbuatan Antara pelanggaran dengan kejahatan atau
anatara pelanggaran dengan pelanggaran yang diatur dalam Pasal 70 KUHP.
c. Tindak pidana yang dilakukan berlanjut atau voorgezette handeling yang
diatur dalam Pasal 64 KUHP. Dalam peristiwa pidana ini diperluan keccermatan dalam menyusun
rumusan dan bentuk surat dakwaan. Kekeliruan penyusunan rumusan dan bentuk surat dakwaan dalam tindak pidana semenloop atau concursus, bisa
mengakibatkan penerapan hukum yang fatal bagi pengadilan dalam menjatuhkan hukuan yang hendak dikenakan kepada terdakwa
41
. Untuk lebih jelaslah masalah bentuk-bentuk surat dakwaan diuraikan
sebagai berikut : a.
Surat Dakwaan Tunggal Dakwaan secara tunggal yaitu seseorang atau lebih terdakwa melakukan
satu macam perbuatan saja, misalnya : Pencurian biasa ex Pasal 362 KUHP
42
. Menurut M. Yahya Harahap bentuk surat dakwaan tunggal adalah surat
dakwaan yang disusun dalam rumusan „tunggal‟.Surat dakwaan hanya berisi satu dakwaan saja.Umunya perumusan dakwaan tunggal dijumpai dalam tindak pidana
41
Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 397.
42
H.Abd.Asis, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar Edisi Pertama.Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2014, hlm. 176.
Universitas Sumatera Utara
nyang jelas serta mengandung faktor „penyertaan‟‟mededaderschap atau faktor concursus
maupun faktor „alternatif‟‟ atau faktor „subsidair‟‟.Baik pelakunya maupun tindak pidana yang dilanggar sedemikian rupa jelas dan sederhana,
sehingga surat dakwaan dapat dirumuskan dalam bentuk tunggal
43
. b.
Surat dakwaan Alternatf Dakwaan secara alternatif, yaitu dakwaan yang saling mengecualikan
antara satu dengan yang lainnya, ditandai denga kata “ ATAU ” Misalnya
pencurian biasa 362 KUHP ATAU penadahan 480 KUHP. Jadi dakwaan secara alternatif bukan kejahatan perbarengan.
Dalam hal dalam dakwaan dibuat secara alternatif, dalam dua hal menurut Van Bemmelen,
44
yaitu : 1
Jika penuntut umum tidak mengetahui perbuatan mana, apaka yang satu ataukah yang lain akan terbukti nanti dipersidangan.
2 Jika penuntut umum ragu, peraturan hukum pidana yang mana yang akan
diterapkan oleh hakim atas perbuatan yang menurut pertimbangannya telah nyata tersebut.
Lanjut Van Bemmelen
45
menyatakan bawha dalam hal dakwaan alternatif yang sesungguhnya maka masing-masing dakwaan tersebut saling mengecualikan
satu sama lain. Hakim dapat mengadakan pilihan dakwaan mana yang telah terbukti dan bebas untuk menyatakan bahwa dakwaan kedua yang telah terbukti
tanpa memutuskan terlebih dahulu dakwaan pertama.
43
Yahya Harahap, Op. cit, hlm. 399
44
Andi Hamzah, Pengantar Hukum acara Pidana Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm.185.
45
Ibid, hlm.186
Universitas Sumatera Utara
c. Surat Dakwaan Subsidair Subsidiar
Dakwaan secara subsidair yaitu diurutkan mulai dari yang paling berat sampai dengan yang paling ringan digunakan dalam tindak pidana yang berakibat
peristiwa yang diatur dalam pasal lain dalam KUHP, Contoh : Lazimnya untuk kasus pembunuhan secara berencana dengan menggunakan paket dakwaan primer
: pasal 340 KUHP, Dakwaan subsidair : pasal 338 KUHP, dan lebih Subsidair: Pasal 355 KUHP.
Dalam praktek untuk dakwaan secara subsidair sering disebut juga dakwaan secara alternatif, karena pada umumnya dakwaan disusun oleh penuntut
umum menurut bentuk subsidair, artinya tersusun primair dan subsidair.
46
d. Surat Dakwaan Kumulatif
Dalam dakwaan secara kumulatif, Yaitu sebagaimana diatur dalam pasal 141 KUHAP, bahwa” penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara
dan membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal :
1 Beberapa tindak pidana yang dilakukan seseorang yang sama dan
kepentingan pemeriksaan
tidak menjadikan
halangan terhadap
penggabungannya ; 2
Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut dengan yang lain ; 3
Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang
46
Andi Sofyan, Op. cit, hlm. 177.
Universitas Sumatera Utara
dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
Jadi dakwaan Kumulatif Yaitu : a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan satu orang sama.
b. Beberapa tindak pidana yang bersangkut paut. c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut paut.
Adapun bentuk dakwaan secara kumulatif adalah sebagai berikut : 1
Berhubungan dengan concursus idealisendaadse semenloop perbuatan denga diancam dengan satu ancama pidana.
2 Berhubungan dengan perbuatan berlanjut vorgezette handeling
perbuatan pidana yang dilakukan lebih satu kali. 3
Berhubungan dengan concursus realismeerdadse semenloop Pasal 65 KUHP yaitu melakukan beberapa tindak pidana, dengan pidana
pokoknya sejenis atau pidana pokoknya tidak sejenis. Jadi dalam dakwaan secara kumulatif, maka tiap-tiap perbuatan delik itu
harus dibuktikan sendiri, walaupun pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang delik gabungan Semenloop dalam pasal 63 dengan pasal 71 KUHP .
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Dakwan Jaksa Penuntut Umum dalam Putusan Pengadilan
Negeri Sibolga Nomor 266Pid.b2014Pn.Sbg. 1.
Syarat Formil
Surat dakwaan yang disusun oleh Penuntut Umum harus memenuhi persyaratan, salah satunya adalah syarat Formil. Syarat Formil dalam surat
dakwaan berkaitan dengan format dalam penyusunan surat dakwaan.Syarat Formil dalam surat dakwaan diatur dalam Pasal 143 ayat2 huruf a KUHAP yang
mengatakan bahwa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani serta berisi : nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan pekerjaan tersangka.
47
Adapun unsur syarat formil dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umu didalam putusan No.Reg.266Pid.b2014PN.Sbg adalah sebagai berikut:
Bahwa terdakwa I Nama
: ARYONO MANURUNG Alias BEJO Tempat lahir
: Balige UmurTgl. Lahir
: 19 tahun 16 Mei 1995 Jenis kelamin
: Laki-laki. Kebangsaan
: Indonesia. Tempat Tinggal : Jl. Patuan Anggi Kampung Kelapa, Kel.Gerobak,
Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga Agama
: Kristen Protestan Pekerjaan
: Tidak Ada
47
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan cetakan kesebelas, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. 399
Universitas Sumatera Utara
Bahwa terdakwa II Nama
: PATAR AGUS KRISTANTO SIMANJUNTAK Tempat lahir
: Sibolga UmurTgl. Lahir : 21 tahun 06 Juni 1993
Jenis kelamin : Laki-laki.
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat Tinggal : Jl. Patuan Anggi Kampung Kelapa, Kel. Pancuran Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga
Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta
Bahwa terdakwa III Nama
: RUDI RIZKY AGUSTIAN SINAGA Alias BAJINGAN
Tempat lahir : Sibolga
UmurTgl. Lahir : 18 tahun 07 Nopember 1995
Jenis kelamin : Laki-laki.
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat Tinggal : Jl. Patuan Anggi Kampung Kelapa, Kel.
Pancuran Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga
Agama : Kristen Khatolik
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian jaksa penuntut umum tersebut maka unsur syarat formil surat dakwaan sebagaimana diatur dalam pasal 143 ayat 2 huruf a
KUHAP telah terpenuhi.
2. Syarat Materil
Surat dakwaan juga harus memenuhi syarat-syarat materil agar dapat dijadikan landasan bagi hakim dalam persidangan. Pasal 143 ayat 2 huruf b
KUHAP menyatakan bahwa syarat-syarat materil surat dakwaan yang harus dipenuhi mencakup “uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak
pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan”. Dari pasal tersebut,dapat diketahui bahwa terdapat dua unsur yang
harus ada dalam surat dakwaan agar surat tersebut dinyatakan memenuhi syarat materil yaitu :
a. Uraian cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.
Salah satu syarat materil yang dapat dipenuhi adalah harus cermat, jelas, lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan.Adapun yang dimaksud
dengan pengertian Cermat, jelas, dan lengkap adalah sebagai berikut : 1. Uraian Harus Cermat
Dalam penyusunan surat dakwaan, penuntut umum harus bersikap cermatteliti terutama yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar tidak terjadi kekurangan dan atau kekeliruan yang atau mengakibatkan batalnya surat dakwaan atau unsur-unsur dalam dakwaan
tidak berhasil dibuktikan. Hal-hal yang perlu dicermati dalam pembuatan surat dakwaan antara lain terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Apakah ada pengaduan dalam delik aduan? b. Apakah penerapan hukumketentuan pidananya sudah tepat?
c.Apakah terdakwa
dapat dipertanggungjawabkan
dalam melakukan tindak pidana tersebut?
d. Apakah tindak pidana tersebut belumsudah daluwarsa? e.
Apakah tindak pidana dilakukan itu tidak “nebis in idem” 2. Uraian Harus Jelas
Dalam penyusunan surat dakwaan,penuntut umum harus dapat : a. Merumuskan unsur-unsur delik yang didakwakan
b. Menguraikan perbuatan materil yang dilakukan oleh terdakwa, dimana dalam uraian tidak boleh memadukan antara delik yang
satu dengan delik yang lain, dimana unsur-unsurnya berbeda satu sama lain.
3. Uraian Harus Lengkap Uraian dakwaan harus mencakupi semua unsur-unsur yang ditentukan oleh
undang-undang secara lengkap, dimana tidak boleh ada unsur delik yang tidak dirumuskan secara lengkap atau tidak diuraikan perbuatan materillnya secara
jelas, sehingga perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana menurut undang-undang.
Selain itu, surat dakwaan harus mencantumkan waktu serta tempat tindak pidana tersebut dilakukan, baik secara terang maupun secara alternatif. Adapun
alasan kedua unsur ini perlu dicantumkan dalam surat dakwaan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
b. Menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan tempus delicti dan locus
delicti Pada ayat berikutnya, dinyatakan bahwa surat dakwaan yang tidak
memenuhi syarat-syarat tersebut batal demi hukum, sehingga suatu surat dakwaan harus memenuhi syarat-syarat tersebut agar perkara dapat dilimpahkan
kepengadilan. 1. Tempat tindak pidana dilakukan locus delicti
48
perlu dicantumkan karena berhubungan dengan :
a. Kompetensi relatif dipengadilan. b. Ruang lingkup berlakunya undang-undang pidana.
c. Berkaitan dengan unsur-unsur yang disyaratkan oleh delik yang bersangkutan seperti “ dimuka umum”
2. Waktu tindak pidana dilakukan tempus delicti,
49
perlu dicantumkan untuk menentukan :
a. Berlakunya pasal 1 ayat 1 dan 2 KUHP mengenai asas legalitas.
b. Penentuan tentang residivis. c. Penetuan tentang kadaluwarsa.
d. Menentukan kapasitas umur terdakwa. e. Menentukan keadaan yang bersifat memberatkan.
48
Locus Delicti adalah tempat terjadinya suatu tindak pidana atau lokasi tempat kejadian perkara,
http:www.referensimakalah.com201301delicti-dalam-hukum-pidana.html?m=1, Diakses pada Tanggal 21 Januari 2017 Pukul 01.12 Wib. Lihat juga Pasal 84 KUHAP.
49
Tempus Delicti yaitu berdasarkan waktu untuk menentukan apakah suatu undang- undang dapat diterapkan terhadap suatu tindak pidana, http:www.npslawoffice.com193,
Diakses pada tanggal 21 Januari 2017 Pukul 01.15 Wib, Lihat Pasal 1 ayat 1 dan 2 KUHP.
Universitas Sumatera Utara
Dalam surat dakwaan dengan No.Reg 266Pid.B2014PN.Sbg jaksa penuntut umum menguraikan dakwaan sebagai berikut :
Para terdakwa Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan pada hari Minggu
tanggal 08 Juni 2014, sekira pukul 03.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu hari dalam bulan Juni 2014, bertempat di Jalan SM Raja Kelurahan Pancuran
Gerobak Kecamatan Sibolga Kota, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Sibolga, ”Barang
siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiriatau orang secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena pemerasan”, perbuatan tersebut dilakukan terdakwa dengan cara :
Pada hari Minggu tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, saat saksi korban David Perdana Sianturi mengemudikan becak motornya dengan
membawa ke lima teman-temannya yang bernama saksi Rince, saksi Erdon, saksi Alfaris, saksi Putra, saksi Ges dan saksi Raju ke dalam Terminal Sibolga
dengan tujuan mencari kedai tempat menonton bola dan pada saat itu setelah berada didalam Terminal Sibolga tidak ada kedai yang buka, sehingga saksi
korban David David Perdana Sianturi dan saksi Rince, saksi Erdon, saksi Alfaris, saksi Putra, saksi Ges dan saksi Raju bermaksud keluar dan hendak
meninggalkan terminal Sibolga, namun tiba-tiba datang terdakwa I Aryono
Universitas Sumatera Utara
Manurung alias Bejo dengan membawa 1 Satu buah parang berukuran panjang dengan ukuran kurang lebih 30 tiga puluh cm mengejar becak motor
yang dikemudikan saksi David Perdana Sianturi dan langsung menodongkan sebilah parang tersebut keleher saksi David Perdana Sianturi sambil
mengatakan ”matikan becak mu dan keluarkan semua barang-barang kalian”, lalu saksi David Perdana Sianturi langsung memarikan becak motornya dan
menjawab ”ngak ada bang”, kemudian terdakwa I. Aryono Manurung alias Bejo mengatakan lagi ” ini parang nanti kuputus kepala kalian”, kemudian
terdakwa-terdakwa langsung mendekati para korban lalu terdakwa I mengambil barang milik saksi Erdon berupa kaca mata dan barang milik saksi
Alfaris berua sepatu, setelah itu datang terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak langsung mengambil Hand Phone samsung dari saku celana saksi
korban David Perdana Sianturi, lalu mengambil 1 satu unit HP Nokia warna hitam milik saksi Putra Ges, serta mengambil kemeja dan sepatu milik saksi
Rince, sedangkan terdakwa III. Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan mengambil uang Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah dan Topi milik saksi
Alfaris, setelah terdakwa Aryono Manurung alias Bejo, terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian Sinaga alias
Bajingan mengambil semua barang-barang milik para korban lalu terdakwa I Aryono Manurung
alias Bejo mengatakan ”kalian tunggu disini, jangan macam-
macam kalian nanti kubakar becak kalian”, dan setelah itu terdakwa- terdakwa langsung pergi meninggalkan terminal Sibolga. Perbuatan terdakwa
Universitas Sumatera Utara
tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 368 ayat 1 KUHP.
Perumusan Dakwaan pada surat dakwaan a quo juga sudah jelas dan lengkap, sebab penuntut umum sudah sudah dapat merumuskan unsur-unsur delik
yang dilakukan dan menguraikan perbuatan materil yang dilakukan para terdakwa secara kronologis, dimana penuntut umum telah menggambarkan peran masing-
masing terdakwa sehingga ia dapat menyampai pada kesimpulan bahwa ketiga terdakwa telah” turut serta melakukan pemerasan dengan memaksa seseorang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang yang seluruhnya atau sebagian yang dilakukan secara bersama-sama atau
bersekutu” sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP. Penuntut umum menjelaskan kapan, dimana dan bagaimana para terdakwa melakukan pemerasan
terhadap saksi korban David Perdana Sianturi, saksi Rince, saksi Erdon, saksi Alfaris, saksi Putra, saksi Ges, dan saksi Raju.Disini ketiga terdakwa tersebut
melakukan pemerasan dimana terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo mengambil barang milik saksi Erdon berupa kacamata dan barang miik saksi
Alfaris berupa sepatu, setelah itu datang terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjutak langsung mengambil Hand Phone samsung dari saku celana saksi
korban David Perdana Sianturi, lalu mengambil 1satu unit Hp nokia warna hitam milik saksi Putra Ges, serta mengambil kemeja dan sepatu milik Rince,
sedangkan terdakwa III Rudi alias Bajingan Mengambil uang Rp. 10.000,- sepuluh ribu rupiah dan topi milik saksi Alfaris.
Universitas Sumatera Utara
Surat dakwaan dalam perkara a quo selain memenuhi syarat uraian yang cermat, jelas, dan lengkap juga memenuhi syarat materil yang mengharuskan
adanya keterangan mengenai tempat dan waktu tindak pidana yang dilakukan, baik secara terang maupun alternatif. Hal ini dapat dilihat dari pada bagian isi
dakwaan yang menyatakan perbuatan dilakukan “ pada hari minggu tanggal 08
Juni 2014, sekira pukul 03.30 Wib atau setidak-tidaknya pada suatu hari dalam bulan juni 2014. Bertempat di Jalan SM Raja Kelurahan Pancuran Gerobak
Kecamatan Sibolga Kota,Kota Sibolga, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang termasuk dalam wilayah Hukum Pengadilan Sibolga.Disini penuntut umum
telah menguraikan tempat dan waktu tindak pidana secara alternatif. Hal ini dikarenakan agar para pelaku tindak pidan tidak lepas dari pertanggungjawaban
pidana,dalam hal ini penyidik dapat memastikan secara persis dimana atau kapan tindak pidana dilakukan.
Dalam surat dakwaan ini, Jaksa Penuntut Umum JPU menggunakan surat dakwaan Tunggal. Hal tersebut kerena dalam bentuk dakwaannya
dipergunakan hanya satu tindak pidana saja yang didakwakan yaitu pasal 368 ayat 1 1 KUHP tentang pemerasan yang dilakukan dengan menggunakan senjata
tajam yang dilakukan secara bersama-sama.Dengan penamaan dakwaan tunggal berarti tergambar bahwa dakwaaan itu hanya tunggalsatu dan tindak pidana yang
didakwakan juga hanya tunggalsatu.Dalam penyusunan dakwaan tersebut juga tidak terdapat kemungkinan-kemungkinan alternatif, atau kemungkinan
merumuskan tindak pidana lain sebagai penggantiannya, maupun kemungkinan-
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan untuk mengkumulasikan atau mengkombinasikan tindak pidana dalam surat dakwaannya. Alasan Surat Dakwaan Tersebut di Pilih oleh Jaksa.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk dakwaan yang digunakan oleh jaksa dalam surat dakwaan ini adalah dakwaan tunggal dengan
menggunakan pasal 368 ayat 1 1 KUHP. Bentuk dakwaan tunggal ini dipakai karena tidak adanya keraguan oleh jaksa untuk mengidentifikasi tindak pidana
apakah yang dilakukan oleh para terdakwa. Dengan tidak adanya keraguan tersebut, maka jaksa dapat membuat dakwaan dengan bentuk dakwaan tunggal.
Hal ini juga dilakukan untuk mempersingkat dan mempermudah proses pembuktian, tuntutan, namun tidak menimbulkan resiko akan lepas atau bebasnya
terdakwa dari segal tuntutan hakim. Oleh sebab itu dakwaan jaksa dalam surat dakwaan tunggal sudah tepat dalam surat dakwaan tunggal, sebab jaksa telah
dengan teliti menentukan surat dakwaan nya terhadap para terdakwa melalui unsur-unsur dalam pembentukan surat dakwaan, serta jaksa yakin para terdakwa
telah melakukan tindak pidana pemerasan dengan ancaman yang dilakukan secara bersama-sama oleh para terdakwa.
Dengan memperhatikan uraian dakwaan Jaksa penuntut Umum diatas, maka unsur syarat materil surat dakwaan yang terdiri atas uraian harus cermat,
waktu tindak pidana dilakukan tempus delicti, tempat tindak pidana dilakukan locus delicti dan uraian harus lengkap sudah terpenuhi. Dengan demikian
dakwaan Jaksa
Penuntut Umum
Umum dalam
perkara No.Reg
266Pid.B2014PN.Sbg telah memenuhi syarat formil, syarat materil dan dituntut dalam surat dakwaan Tunggal dimana jaksa penuntut umum sangat yakin bahwa
Universitas Sumatera Utara
perbuatan para terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam pasal 368 ayat 1 KUHP, maka dakwaan Jaksa Penuntut umum sudah sesuai
dengan Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP.
50
50
“uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebut waktu dan tempat tindak pi
dana itu dilakukan” Lihat Pasal 143 ayat 2 huruf b KUHAP.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum rechtstaat, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka machtsstaat. Indonesia
menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan, serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensinya adalah
hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.
1
Hukum bisa dilihat sebagai perlengkapan masyarakat untuk menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu hukum
bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku act, behaviour dan karena itu pula hukum berupa norma.
2
Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana hukum mengikatkan diri pada masyarakat
sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut ibi ius ibi societas. Kemajuan di bidang hukum ditandai dengan usaha untuk memperbaharui
hukum itu sendiri, kerena hukum sebagai salah satu tiang utama untuk menjamin ketertiban dalam masyarakat, diharapkan mampu mengantisipasi dan mengatasi
segala tantangan, kebutuhan serta kendala yang menyangkut perubahan- perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Meskipun seringkali secara faktual,
hukum berjalan lebih lamban daripada perkembangan dan perubahan berbagai hal di masyarakat.
1
Penjelasan atas pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung , 1982, hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana, yang didefinisikan sebagai
“perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar
larangan tersebut‟‟.
3
Istilah perbuatan pidana lebih tepat dengan alasan sebagai berikut :
1. Perbuatan yang dilarang adalah perbuatan perbuatan manusia, yaitu suatu
kejadian atau keadaan yang ditimbulkan oleh kelakuan orang, artinya, larangan itu ditujukan pada perbuatannya. Sementara itu, ancaman pidananya
itu ditujukan pada orangnya. 2.
Antara larangan yang ditujukan pada perbuatan dengan ancaman pidana yang ditujukan pada orangnya ada hubungan yang erat. Oleh karena itu
perbuatan yang berupa keadaan atau kejadian yang ditimbulkan orang tadi, melanggar larangan dengan orang yang melakukanperbuatan tadi erat pula.
Seperti yang telah dikemukakan diatas, didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, tindak pidana pemerasan diatur dalam pasal 368 KUHP, yang
rumusannya sebagai berikut : 1
Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan dirinya sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau dengan ancaman untukmenyerahkan sesuatu benda yang seluruhnya atau sebagian merupakan kepunyaan orang tersebut
atau kepunyaan orang ketiga, atau untuk membuat orang melakukan pemerasan , dipidana dengan pidana penjara selama
–lamanya Sembilan tahun.
2 Ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal 365 ayat 2, ayat 3,
dam ayat 4, juga berlaku bagi kejahatan ini.
3
Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Bandung, 2002, hlm. 38.
Universitas Sumatera Utara
Tindak pidana pemerasan sebagaimana diatur dalam KUHP sebenarnya terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan afpersing
dan tindak pidana pengancaman afdreiging. Kedua macam tindak pidana tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan bertujuan memeras
orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasanya disebu
t dengan nama sama, yaitu ”Pemerasan‟‟ serta diatur dalam bab yang sama yaitu Bab XXIII KUHP.
Sekalipun demikian, tidak salah kiranya apabila orang menyebut , bahwa kedua tindak pidana tersebut mempunyai sebutan sendiri , yaitu pemerasan untuk
tindak pidana yang diatur dalam pasal 368 KUHP dan pengancaman untuk tindak pidana yang diatur dalam pasal 369 KUHP. Oleh karena memang , dalam KUHP
sendiri pun juga menggunakan kedua nama tersebut untuk menunjuk pada tindak pidana yang diatur dalam pasal 368 dan 369 KUHP.
4
Tindak pidana pencurian dengan tindak pidana pemerasan contohnya . Perbedaan antara tindak pidana pencurian dan pemerasan atau afpersing itu
terutama terletak pada kenyataan bahwa unsur mengambil tidak terdapat dalam tindak pidana pemerasan . Benda yang menjadi obyek tindak pidana pemerasan
itu dapat berada di tangan pelakunya, bukan karena diambil melainkan karena adanya penyerahan yang dipaksakan oleh orang yang menguasai benda tersebut
kepada pelaku. Akan tetapi , antara kedua tindak pidana itu juga terdapat suatu kesamaan , yaitu bahwa kedua-duanya merupakan kejahatan-kejahatan yang
ditujukan pada harta kekayaan orang lain.
4
Adami Chazawi, Stelsel Pidana, Tindak Pidana , Teori-Teori Pemidanaan Dan Batas Berlakunya Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 54.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah