misappropreation theory serta menelaah lebih lanjut kelemahan-
kelemahan yang dimiliki Peraturan Pasar Modal Indonesia dalam menyelesaikan kasus-kasus insider trading yang bisa
dijangkau apabila diterapkan konsep misappropreation theory.
D. Keaslian Penulisan
Bahwa skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Peran Teori Penyalahgunaan
Misappopreation Theory Sebagai Upaya Preventif Bagi Praktik
Insider Trading Dalam Pasar Modal Indonesia” yang diangkat
dalam skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini memiliki keterkaitan sebagai perbandingan dengan skripsi yang pernah dibahas oleh Elva Anggreini P dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Teori Penyalahgunaan dalam Praktek Insider Trading dalam Pasar Modal Indonesia Studi Terhadap Penjualan Saham PT.Bank BCA. Tbk”.
Perbedaan pembahasan terletak pada peran general dari teori penyalahgunaan misappropreation theory sebagai bentuk tindakan preventif
bagi praktik insider trading yang penanganannya belum secara konprehensif diregulasi oleh Peraturan Pasar Modal Indonesia, juga sekaligus sebagai tindakan
represif yang perwujudannya sedang diupayakan dalam perumusan peraturan perundang-undangan tentang pasar modal sebagai akibat reformasi bidang pasar
modal oleh Otoritas Jasa Keuangan OJK. Penulisan skripsi ini dimulai dari mengumpulkan bahan-bahan yang
berkaitan dengan masalah insider trading dan misappropreation theory, kasus-
Universitas Sumatera Utara
kasus insider trading yang dijadikan sebagai bahan ulasan, peraturan perundang- undangan yang berkaitan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan,
media cetak maupun media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Apabila dikemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal
tersebut dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian hari. E.
Tinjauan Kepustakaan
Undang-Undang Pasar Modal Indonesia memberikan batasan pasar modal dalam Pasal 1 angka 13 yakni kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
23
Secara sederhana, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai instrumen keuangan sekuritas jangka panjang, baik
dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta.
24
Sementara itu, Undang- Undang Pasar Modal Indonesia tidak memberikan batasan insider trading secara tegas. Undang- Undang Pasar Modal hanya
memberikan batasan terhadap transaksi yang dilarang, antara lain yaitu orang dalam dari emiten yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan
23
Pasal 1 angka 13 UUPM.
24
M.Irsan Nasaruddin et. al, Op.Cit., hlm.13.
Universitas Sumatera Utara
transaksi penjualan atau pembelian atas efek emiten atau perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan.
25
“ Buying and selling corporate shares by officers, directors, and stockholders who own more than 10 of stock of a corporation listed on a
national exchange. Such transactions must be reported monthly Securities and Exchange Commision”.
Sedangkan pengertian insider trading menurut Black’s Law Dictionary adalah:
26
Insider trading adalah perdagangan efek yang dilakukan oleh mereka yang
tergolong orang dalam perusahaan dalam arti luas, perdagangan mana didasarkan atau dimotivasi karena adanya suatu informasi orang dalam inside
information yang penting dan belum dibuka untuk umum.
Maksudnya kurang lebih adalah pembelian dan penjualan saham perusahaan oleh karyawan, direktur, dan pemegang saham yang kepemilikannya
lebih dari 10 dari perusahaan yng terdaftar pada bursa nasional. Dengan demikian transaksi harus dilaporkan tiap bulannya kepada Securities Exchange
Comission SEC.
27
Pelaku insider trading dapat dikategorikan sebagai tippe, pengertian dari tippe
adalah penerima informasi pertama dari insider sedangkan secondary tippe adalah pihak lain yang menerima informasi tidak langsung dari insider melainkan
dari tippe lain.
25
Pasal 95 UUPM.
26
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, Fifth edition, West Publishing Company, St.Paul, Minn, 1979,hlm. 715-716.
27
Ibid,hlm. 108.
Universitas Sumatera Utara
Fakta material sebagai faktor penting yang menjadi sebab terjadi atau tidak terjadinya praktik insider trading adalah fakta yang menurut pengamatan yang
wajar dan objektif dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan. Suatu fakta adalah material menurut Rule 10b-5 jika “ terdapat kecenderungan bahwa
pemegang saham yang mengerti akan mempertimbangkan bahwa informasi tersebut penting dalam memutuskan tindakan yang akan dilakukannya”.
28
a. Penggabungan usaha merger, pengambilalihan acquisition,
peleburan usaha consolidation atau pembentukan usaha patungan; Menurut Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, Informasi atau Fakta Material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi
harga efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau Pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Sebagai contoh,
Informasi atau Fakta Material adalah antara lain informasi mengenai :
b. Pemecahan saham atau pembagian dividen saham stock dividen;
c. Pendapatan dan dividen yang luar biasa sifatnya;
d. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e. Produk atau penemuan baru yang berarti;
f. Perubahan tahun buku perusahaan;dan
g. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam
manajemen.
29
28
Asril Sitompul, Pasar Modal : Penawaran Umum dan Permasalahannya, Op.Cit.
,hlm.146.
29
Penjelasan Pasal 1 angka 3 UUPM.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip Keterbukaan adalah Pedoman Umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang Pasar
Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat
berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek di maksud dan atau harga dan efek tersebut.
30
Prinsip Keterbukaan meliputi dua fase, yaitu masa sebelum listing dan masa sesudah listing. Fase sebelum listing ini dimulai pada saat perusahaan ingin
melakukan go public, dan proses go public itu sendiri sudah mengharuskan emiten terbuka. Keterbukaan masa sebelum listing umumnya tercermin dari
prospektusnya.
31
Praktik insider trading yang terjadi di industri pasar modal sangat lah efektif untuk diatasi apabila dianalisis penyelesaiannya berdasarkan pendektan
dari Teori Penyalahgunaan misappropreation theory. Misappropreation theory adalah teori yang mengajarkan bahwa orang luar perusahaan yang melakukan
transaksi secara tidak sengaja berdasarkan informasi yang belum tersedia bagi masyarakat undisclosed information, maka dianggap sama dengan telah
melakukan insider trading. Keterbukaan pada masa setelah listing tercermin dalam laporan
berkala yang wajib disampaikan oleh perusahaan publik kepada Bapepam sekarang Otoritas Jasa Keuangan OJK, dan mengumumkan laporan tersebut
kepada masyarakat.
32
30
Pasal 1 angka 25 UUPM.
31
Adrian Sutedi, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2009, hlm.98
32
Hj.Yulfasni, Op.Cit.,hlm. 112.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penulisan